Hati, Ada Apa Denganmu? (3)
Hilman pov

Hari ini aku berangkat ke sekolah lebih awal dari biasanya. Setelah menempuh perjalanan hampir 15 menit aku telah sampai di sekolah. Aku berjalan menuju ruang kelasku. Melihat gedung-gedung sekolah aku hanya bisa diam membisu. Sambil berjalan aku mengulang hafalanku dalam hati. Tak sengaja tepat dibelokan aku telah menabrak sosok yang tak.asing aku lihat. Seketika itulah muroja'ahku terhenti. Berdiri di depanku seorang wanita cantik dengan hijab putihnya yang panjang. 
“Astaghfirullah, tundukan pandanganmu Hilman,” hatiku berbisik lalu segera mengalihkan pandanganku dari sosok wanita itu. 
Tak lama kemudian aku membantu membereskan buku yang kini telah berserakan di lantai.

“Namanya Nasya,” aku tau namanya sekarang. Dia adalah sosok wanita yang telah menarik perhatianku selama ini. Sering aku melihatnya ketika aku hendak sholat dhuha. Ini adalah pertama kalinya aku mengagumi seseorang. Betapa aku tak mudah untuk menjatuhkan hati. Dia berbeda, itu pandanganku. Biarkan rasa ini terpendam, sampai waktunya Allah mempertemukan dalam ikatan sakral. 

 Penampilan yang sederhana, itulah yang aku suka
Senyumnya yang teduh bagai tanda kelembutan hatinya
Tutur katanya dan wajahnya yang berseri 
Sebagai bukti keta'atannya kepad Sang Illahi
Pandangan yang selalu tertunduk, 
Bagaikan wanita yang begitu menjaga muru'ahnya

***
Nasya pov

Setiba nya di kelas aku merasa heran, karena bangku di sebelahku masih kosong. Sampai saat ini Naila belum juga datang. Padahal jam pelajaran akan segera di mulai. Tak biasanya dia datang terlambat.

Terdengar suara seseorang memanggil namaku dari luar pintu kelas. Aku pun beranjak menemuinya,

“Kak Nasya ya,, ini kak ada titipan dari mamanya kak Naila. Kebetulan hari ini dia sakit, jadi tidak bisa mengikuti pelajaran seperti biasa” Katanya, sambil menyodorkan surat keterangan dokter kepadaku, untuk di sampaikan kepada guru.

“Naila sakit” batinku berbisik. Sambil menghela nafas lembut, aku mengambil surat itu. Dengan wajah yang seketika menjadi sedih karena sahabat ku kini terbaring sakit. 

“Baiklah.. Makasih ya dek. Nanti aku sampaikan” balasku dengan tersenyum manis.

Kini aku merasa kesepian, saat belajar pun tak ada teman untuk di ajak berbincang. Banyak teman lain sebenarnya, namun Naila berbeda. 
Kuambil handphone di dalam tasku dan kutarikan jemariku diatas layar hp si benda gepeng ini.

Message sent to naila:
Aku merindukan hadir mu, tawamu, semua gurauanmu padaku, jadi segera sembuh dari penyakit mu wahai sahabatku
Syafakallah syifaan ajilan, syifaan la yughadiru ba’dahu saqaman (Semoga Allah menyembuhkanmu secepatnya dengan kesembuhan yang tiada sakit selepasnya)

Incoming message for nasya:
Aamiin. Makasih sya. InsyaAllah aku akan baik-baik saja. Semangat untuk hari-harinya sahabatku.