“Cinta adalah fitrah. Suatu anugerah yang datang dari Allah SWT. Cinta tak pernah salah, ketika kita bisa mengendalikan dan menyalurkannya di jalan kebaikan, tidak melebihi Cinta kepada Sang Pencipta Alam”
Rasa ini tiba-tiba datang, hadir tanpa diundang
Tak ada yang mengetahui,
Kecuali Sang Illahi sebagai saksi
Tentang diriku wanita biasa, dan dirimu lelaki yang sempurna
Tak berhak memang, kurang pantas dan memang tak pantas
Namun apalah daya diriku yang hanya bisa memendam perasaan
Hanya mampu terbungkam disepertiganya malam
Mencintai dalam diam, tanpa perlu takut kehilangan. Karena Allah telah menyiapkan yang terbaik bagi hamba-Nya yang sabar dalam penantian
Berulang kali aku menertawakan puisi yang aku tulis bulan lalu. Membuatku senyum-senyum sendiri, terkadang merasa aneh dengan perasaan ini. Inilah kebiasaanku, senang dalam menuangkan isi pikiran ke dalam buku harian. Ketika rasa tak mampu bicara, buku ini yang mewakilkan segalanya.
Mataharu tampak enggan memperlihatkan sinarnya. Gumpalan awan putih di langit membuat suasana menjadi teduh. Ditambah suara kicauan burung yang saling berlomba-lomba mengeluarkan suara indahnya. Sangat cocok untuk bepergian ke luar rumah. Namun tidak denganku, aku memilih di rumah sesekali keluar itupun kalo ada yang mengajakku pergi.
Tok-tok-tok..
Suara ketukan pintu terdengar dari luar.
“Nasya,, kamu sedang apa nak? Mama boleh masuk?” suara mama terdengar di telingaku.
“Iya ma. Tunggu sebentar. Nasya bukakan pintunya,” sahutku sambil menutup buku diary dan bergegas menemui mama yang menungguku diluar.
Terbukalah pintu kamar, dan berdirilah mama dengan pakaian gamis potongan payung berwarna cokelat. Di tambah balutan hijab sama seperti warna bajunya yang panjangnya sampai menutupi dada. Membuat mama semakin anggun ketika orang melihatnya. Termasuk diriku.
“Nasya, pagi ini mama mau ke majlis. Kebetulan ada jadwal kajian, kamu mau ikut?”
Ajakan mama kepadaku sambil tersenyum simpuh. Wajah yang sudah tak lagi muda namun tetap berseri dan terlihat cantik saat kupandangi.
“Masya Allah, cantik sekali mamaku ini. Apa si rahasianya ma?”