Namaku Afifah Nasya Razeta. Biasa dipanggil Sya atau Nasya. Aku lahir di Jakarta. Nama Papaku Adi Nugroho, dan Mamaku Sri Utami. Papa adalah seorang Dokter di salah satu Rumah Sakit Cendikia Utama. Papa orangnya sabar, pekerja keras, dan juga sangat ulet. Selain bakatnya dalam ilmu kedokteran, ia juga salah satu pecinta seni. Senang dalam mengoleksi beberapa alat musik. Sedangkan Mama dulu katanya seorang Guru PAI di salah satu sekolah Madrasah Aliyah. Akan tetapi, setelah ia melahirkanku beliau memilih berhenti bekerja dan menjadi Ibu Rumah Tangga, mengurus suami dan anak-anak nya. Ibuku adalah wanita yang sholehah pokoknya, kata-kata yang keluar dari lisannya selalu berbalut penuh makna. Ia selalu setia mendengarkan curhatanku, dan tak lupa memberi arahan islaminya ketika langkahku tak sesuai jalan-Nya.
Mereka berdua adalah Surga Duniaku. Sering terucap kata nasehat untuk anak-anak nya, agar kelak menjadi anak yang bisa di banggakan dunia dan akhirat. Tak lepas dari bimbingan kepada anak-anak nya agar tidak pernah bosan dalam menuntut ilmu, mereka berdua orang tua terhebat yang selalu menyayangi anak-anaknya tanpa batas
Aku adalah anak bungsu tepatnya anak ketiga dari tiga bersaudara. Tentang kak Irfan, kakak pertamaku yang sudah mengakhiri masa lajang nya di usia 22 tahun. Ia sekarang bekerja sebagai Manager di salah satu Perusahaan di daerah Bandung dan menyandang gelar suami. Kakakku yang kedua bernama Roni, saat ini sedang melanjutkan pendidikan S1 di salah satu Universitas Jakarta. Selisih umurku dengan kakak ke duaku selama empat tahun. Kini aku duduk dibangku SMA dengan umur yang sudah tujuh belas tahun.
Belajar hidup di sebuah Pesantren selama tiga tahun adalah suatu kenikmatan. Selain mendapatkan ilmu, aku terus dibina menggapai pencapaian terbaik sebagai seorang santri yaitu memiliki akhlakul karimah. Betapa tidak, aku juga telah belajar banyak dari Pesantren. Dimana masa MTs aku sudah bisa belajar mandiri, tentang kesabaran, kebersamaan, dan merasakan bagaimana makna nya berjuang. Namun semuanya tidak bertahan lama, awal masuk bangku SMA aku harus kembali ke rumah orang tuaku.
Aku memang paling berbeda di banding saudara-saudaraku. Yang mungkin mereka lebih fokus dalam hal mengejar karir, dan aku sendiri difokuskan dalam mendalami ilmu agama. Entah mungkin karena aku adalah satu-tunya anak perempuan. Orang tua sangat berharap padaku, agar menjadi seorang anak yang sholehah, bisa mengaji, berakhlak yang baik, paham ilmu agama. Mulia sekali bukan, keinginan kedua orang tuaku? Iya, semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anak nya.
“Kehidupan dunia hanya sebuah permainan, fatamorgana dunia, tidak akan kekal selamanya. Untuk itu, tidak hanya dunia yang kita cari, namun kita juga harus memiliki bekal akhirat yang akan kita bawa mati kepada kehidupan yang nyata” Pesan mama kepada anaknya.