Hari ini aku akan mengikuti lomba MHQ. Setelah diberi waktu untuk mempersiapkan semuanya, kucoba menghilangkan rasa gugup dan berusaha untuk memberikan yang terbaik. Sejenak aku bercermin, tanganku kini sedang sibuk menusukkan jarum pentul di hijab yang aku pakai.
Aku beralih menatap pemandangan luar di balik jendela kamar. Pagi yang sangat cerah membuat banyak orang beraktivitas pada hari ini. Suara kicauan burung terdengar begitu merdu. Para pohon pun seraya ikut bertasbih memuji keindahan yang Allah ciptakan ini.
Pintu kamarku terbuka. Terlihat kak Roni yang sedang berdiri tersenyum jahil melihat penampilanku. “Cie yang mau lomba, cantik banget. Mau cari jodoh juga tah” ucapnya jahil “Ish kakak. Aku mau lomba MHQ, bukan ikut lomba ajang pencarian jodoh,” balasku sambil melengkungkan kedua bibir. “Oalah. Semangat banget adikku ini. Selamat semoga berhasil ya. Semoga Allah selalu melancarkan,” ujarnya menunjukan dukungan dan rasa simpati. Kali ini bicaranya bijak. Seperti itulah sikapnya yang selalu berubah-ubah. “Gitu dong kak. Lain kali bicaranya serius kenapa, ngomel mulu.” “Waduh. Kamu mau diseriusin? Sama siapa?” ejek kak Roni. Huh! Dasal menyebalkan. Sontak aku melemparkan bantal le arahnya dan kena. “Aww! Sakit tau,” rengeknya seperti anak kecil “Rasain! Belum tau aja adenya kalo lagi marah,” balasku sambil tertawa. Ketika aku sedang puas-puasnya tertawa, tiba-tiba suatu benda kecil berbentuk bola menimpaku. “Aduhh.. Hih kak Roni!” balsku kesal “Haha. Pembalasan dari kakak tuh. Mangkanya, jangan macem-macem,wlee” tingkahnya yang menjengkelkan sambil menjulurkan lidahnya. “Ihh kakak!” Kemudian dia langsung pergi meninggalkanku tanpa merasa bersalah. *** Pukul 13.40 Aku sudah sampe rumah. Kegiatanku begitu sangat melelahkan. Namun aku bersyukur semua perjuanganku telah terbayar dengan mendapatkan sebuah penghargaan. Sangat mengesankan. Ketika aku sedang merebahkan diri di kasur, tiba-tiba ibu menghampiriku. “Nasya, bagaimana perlombaannya?” “Alhamdulillah mama, aku menjadi juaranya Liat deh, bagus kan pialanya?” sahutku sambil memegang sebuah piala dan memberitahukan nya kepada mama “MasyaAllah, selamat ya sayang. Tapi inget pesan mama. Jangan terlalu terpukau terhadap kesenangan dunia. Kalaupun kamu mendapatkam hadiah, itu hanyalah sebuah bonus saja. Tujuanmu utamakan dalam mengharapkan Keridhoan-Nya,” pesan mama kepadaku. “Iya mama. Terimakasih selalu ada untuk menasehatiku,” sambil memeluk tubuh hangatnya.