Kutitipkan Rasa Dalam Sebait Do'a (1)
Berawal dari rasa yang hinggap sesaat
Kini telah tumbuh beranak-pinak
Sosok yang telah mengetuk hati dan jiwa
Hanya bisa ku genggam dalam untaian sebait do'a

Tidak mengapa, jika semesta menertawakan
Karena aku yakin, takdir Allah tidak akan pernah mengecewakan
Ku pilih jalan mengimplementasikan cinta dalam sujud panjang
Dari pada harus mengumbar lalu mengungkapkan

***

Ku tunaikan sholat dhuha 4 raka'at, setelah dzikir dan berdo'a aku kembali merapihkan mukena. Sesaat setelah itu aku menuju pekarangan masjid. Lantunan surat Al-Baqoroh menyadarkanku dari lamunan. Suara yang begitu merdu, menyejukan hati siapa saja yang mendengarnya. Masya Allah, seperti tidak ada cacat sama sekali. 

Rasa penasaran begitu menyeruak di dalam hatiku, siapakah gerangan yang melantunkan surat ini? Aku pun perlahan berjalan dan pandanganku menyapu keseluruh ruangan masjid dari luar. Bola mataku meneliti dari mana datangnya sumber suara. Akhirnya pandanganku berhenti ke arah seorang ikhwan berpeci. Kurasa dari postur tubuhnya sudah tidak asing lagi bagiku. Setelah aku perhatikan ternyata benar, tak lain dia adalah...
“Kak Hilman Faturrahman,” seorang lelaki yang telah aku kagumi awal mula aku duduk di bangku kelas 1 SMA. 

Kelasnya beda satu tingkatan denganku, tepatnya kelas 3. Dia mengambil jurusan IPA, sama sepertiku. Namun yang bikin aku kagum, bakatnya yang lebih menonjol dalam hal agama. Kenapa tidak? Dia cukup terkenal di sekolahku, karena selain mendapatkan juara umun dalam hal bidang akademik, lomba-lomba seperti MTQ dan Syarhil Qur'an dia pernah dapatkan dengan juara satu. Berpengalaman sebagai mantan ketua osis di sekolahku, menjadikannya mahir dalam hal public speaking.Tak heran, jika ia menjadi incaran para siswi lainnya.

Deg!! Tiba-tiba jantungku berdegup sangat kencang. Hatiku gak karuan. Aku berusaha mengontrol diri supaya hati kembali tenang.

“Gadhul bashar Sya,, tenangkan dirimu” batinku berbisik. Aku pun langsung memalingkan wajah dari sesuatu yang tak pantas aku pandangi. Lalu beranjak pergi meninggalkan masjid dan melanjutkan perjalananku menuju kelas.