“Jangan menjatuhkan harga diri seorang wanita, hanya untuk mencari perhatian kepada seorang hamba. Sungguh, kamu tidak pantas mengemis mencari cinta. Dekati Allah, perbaiki diri, dan yakinlah bahwa yang akan ditakdirkan kepada kita tidak akan pernah jauh meninggalkan”
Naila pov “Berhijab?” inilah pilihanku agar dia memberikan sedikit perhatiannya. Konyol memang, tapi biarlah. Aku berdiri dihadapan cermin memantulkan penampilanku yang berbeda. Setelah sudah siap, aku mengambil tas yang biasa aku pakai lalu beranjak pergi ke garasi. Disana papa pasti sudah menunggu.
Aku terbuai oleh paras nya wajahmu yang indah dan menawan.Terbayang senyumannya yang begitu teduh. Semua nya tampak indah mempesona, karena cinta tak pernah memandang kekurangan. Lelaki sholeh, baik, pintar, pandai mengaji. Wajar kalau dia menjadi orang terpopuler dan incaran para siswi lainnya. Semoga dengan merubah penampilan, aku mampu menarik perhatiannya.
Itulah yang kini sedang aku alami. Pagi ini, aku sudah berada di taman sekolah. Merasakan hembusan angin yang berulang kali menerpa tubuhku.
Selama berjalan menuju kelas, semua orang tertuju padaku. Mereka seperti tercengang melihat penampilanku yang sekarang. Sebagian mereka menatap dengan tatapan yang sinis. Namun aku tak menghiraukan, tak ambil pusing dengan semua itu. *** Duarrr!!! Aku sedikit jahil mencoba mengagetkan Nasya yang kini telah sibuk menulis sesuatu di buku nya.
“Naila, ka-kamu?” ujarnya kaget. Berulang kali matanya tertuju pada penampilanku dari ujung kepala sampai bawah mata kaki. “Iya, lihatlah penampilanku. Bagaimana?” “Kamu serius sudah berhijab? Aku tidak sedang bermimpi kan?” sahutnya sambil menepuk halus kedua pipi chubby nya. Wajahnya terlihat penuh keraguan. “Aduuh.. Biasa aja dong Sya. Aku berhijab itu hanya untuk mengalihkan perhatian kak Hilman padaku,” “Apa!” “Stttt. Jangan berisik,” sambil menutup mulut kecilnya. “Tapi ini salah Nai, jangan pernah niatkan kebaikanmu untuk mencari perhatian seorang hamba, niatkan karena memang menutup aurat adalah suatu kewajiban yang Allah perintahkan kepada setiap kaum hawa,” sahut Nasya menceramahiku “Iya bu ustadzah. Nanti juga mengiringi.” balasku “Ta-tapi Nai,”
Kriingg
Bel masuk telah berbunyi. Perkataan Nasya pun terpotong, karena ibu guru telah masuk ke dalam ruangan kelas.