Tepat pada pukul 06.00 pagi, dengan seragam yang rapih serta balutan hijab putih yang menambah semangatku pagi ini. Aku sengaja berangkat lebih awal untuk menjadi petugas upacara. Ku kemas buku mata pelajaran, tak lupa alat tulis untuk di masukkan ke dalam tas berwarna ungu kesukaanku.
Wajah putih tidak mengharuskan untuk ber-makeup yang tebal. Cukup tambahan lip balm, dengan taburan bedak bayi membuatku semakin percaya diri. Setelah siap, aku pun meninggalkan kamarku yang posisinya di lantai atas. Beranjak turun menelusuri tangga satu per satu dan ku temui orang tua ku yang sedang berada di meja makan.
“Nasya sayang, sini nak kita sarapan dulu” Ajak mama yang sedang mengolesi roti dengan selai coklat
“Aku insyaAllah puasa ma.” Ucap ku sambil tersenyum, lalu duduk sejenak bergabung dengan kedua orang tuaku.
“Lah, kamu ga bilang. Tadi pagi kamu tidak sahur bukan?” Sahut mama dengan tatapan bola matanya penuh dengan kekhawatiran
“Iya, gapapa ma. Udah biasa. Nasya kuat ko” Balasku meyakinkannya dengan tersenyum manis
“Jaga kesehatan kamu ya nak. Kami ga mau kamu sakit.” Sahut papa,
“Iya papaku sayang” Balasku beranjak dari tempat kursi sambil memeluk papa dari belakang.
Ditengah perbincangan kami, kak roni pun menghampiri. Postur tubuh yang tinggi, kulit putih, rambut yang sedikit ikal, namun sayang dia belum dipertemukan dengan jodohnya. Berjalan sambil memegang sebuah handphone di tangannya. Mata nya fokus kepada layar hp si benda kecil itu. Sampai tidak memperhatikan jalan, lalu tidak sengaja dia menabrak vas bunga yang berada di samping kanan nya.
Plak!!
“Aduh, kenapa harus jatuh segala si, untung saja tidak pecah.” Katanya dengan menyalahkan benda yang jatuh di hadapannya padahal dia yang salah
“Yeeehh, kak roni. Mangkanya kalo jalan pake mata. Fokus aja sama handphone. Lagi chat'an sama siapa si? Pacar ya??” Ledekku sambil bercanda
“Apa si kamu adik rese, kepo deh. Wlee!” Sahut kakakku sambil menjulurkan lidahnya.