"Bismillahirrohmanirrahim, Subhaanalladzii sakkhara lanaa hadza wama kunna lahu muqriniin wa-inna ilaa rabbina lamunqalibuun " Bibirku bergerak, mengucapkan do'a kala hendak berkendara. Aku pun mulai melajukan motor beat kesayanganku, yang biasa aku panggil Cutty dengan kecepatan yang sedang.
Sudah lama sekali rasanya tidak bercumbu dengan alam luar. Mempunyai rasa bahagia tersendiri ketika diri sudah berhadapan dengan panorama yang begitu menakjubkan. Tak lupa, aku pun bersholawat di dalam hati dengan penuh riang. Bersyukur hari ini masih bisa menghirup udara segar. Dengan di suguhkan alam yang hijau, seakan-akan aku menyaksikan semuanya bertasbih memuji Allah. Pemandangan yang cukup memukau seketika mengecohkan pandanganku ku ketika berkendara.
"Astaghfirullah sya,, fokus sama jalan" Batinku menggerutu ingat pesan orang tua.
Tiba-tiba . Brug!!!!
Terdengar hantaman cukup keras di depan sana. Keadaan memaksa motorku untuk berhenti. Aku pun turun mencoba mendekati keadaan yang telah di kerumuni banyak orang. Aku bertanya kepada salah seorang warga, dengan kondisi yang sangat berdesakkan membuatku tidak bisa melihat secara jelas.
"Mba, apa yang sebenarnya terjadi?" Tanyaku terhadap seorang warga dengan wajah penuh keheranan
"Itu dek, korban terluka akibat tabrak lari" Sahutnya dengan nada iba.
Ingin rasanya aku membantu, namun diri sendiri merasa gelisah karena khawatir akan telat masuk sekolah. Kejadian ini tentu membuat jalan menjadi macet, dengan waktu yang sudah menunjukkan pukul 06:30. Pelaksanaan upacara akan dimulai 30 menit lagi. Sontak membuatku resah, dan berfikir bagaimana aku bisa lewat.
Segala cara aku lakukan, akhirnya aku pun bisa melanjutkan perjalananku dengan waktu yang sudah di ujung tandu. Akhirnya aku tiba di sekolah dengan keadaan gerbang sudah ditutup.
"Pak, tolong buka pintunya" Ucapku kepada bapa satpam tepat mengarah kepadaku. Dengan tubuh yang gagah, dan bermuka masam.
Memang dia terkenal sangat di takuti para siswa, namun dibalik sikap juteknya tersimpan hati yang sangat mulia.
Tak lama, pak satpam pun membukakan pintu gerbangnya.
Dan berkata "Adek ini sudah telat, jadi harus di hukum! Nanti ketika upacara, barisnya di luar lapangan!" Dengan nada yang sedikit tegas
"Ma'af kan saya pak. Tadi di jalan terdapat sedikit halangan, jadi membuat saya telat" Sahutku dengan nafas yang terpotong potong karena terburu-buru.
"Itu resiko adek. Bukan urusan saya. Hukuman harus tetap jalan!" Balasnya agak memaksa
"Saya petugas upacara pak. Jadi mana mungkin saya meninggalkan tanggung jawab. Belum tentu ada yang mau menggantikan posisi saya." Ucapku dengan nada memohon dengan nafas ngos-ngos an.
Dengan keadaanku bercucuran keringat, kelopak mata yang terlihat penuh permohonan , sontak membuat bapa satpam simpati dan menuruti keinginanku.
"Baiklah, tapi lain kali jangan di ulangi lagi ya?" Kata pak satpam penuh nasehat. Sambil membiarkan aku pergi.
"Siap pak! Terima kasih" Sahut ku dengan gembira dan penuh semangat lalu beranjak pergi meninggalkan perbincangan