Niat Yang Salah (3)
Hilman pov
Kini tanganku telah memegang selembar surat pemberian dari Ryan, katanya tadi Naila menitipkannya untuk diberikan kepadaku. Dengan hati-hati aku pun mencoba membuka surat itu. Aku terkejut saat membacanya, ini adalah surat cinta dari Naila. 
Anehnya hatiku biasa saja, tidak ada getaran sedikit pun. Ini pertama kalinya seorang wanita menyampaikan perasaannya padaku. Aku tak mengindahkan surat itu. Bagaimana tidak? Hatiku tidak bisa untuk di bohongi. Perasaanku saat ini hanya terpaut pada satu hati, pada satu nama, dialah Nasya sahabat dekatnya.
***
Nasya
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Seperti itulah fase kehidupan, hari demi hari berlalu begitu cepat. Tak terasa, kak Hilman akan segera melalui masa putih abu-abunya. Hari ini adalah hari kelulusannya mengakhiri bangku kelas 3.

Apa kabar hati? Bagaimana dengan perasaanku dengan kak Hilman? Apakah masih dalam rasa yang sama? Jawabannya iya. Aku masih bertahan, dalam perasaan yang sedikit pun tidak berubah, meski sudah mengetahui semuanya. Aku tidak khawatir, karena cinta akan datang kepada satu kepemilikan. Biarlah saat ini mengalir sebagaimana mestinya. Allah yang membolak-balikan hati manusia, kalaupun suatu saat nanti aku harus melupakan Kak Hilman. Maka itu sudah menjadi KetetapanNya dan harus menerima dengan penuh keikhlasan

"Sya" Seseorang menepuk pundakku dari belakang
Suara itu seketika membuyarkan konsentrasi ku yang kini telah membaca novel di halaman kelas. Aku menutup novelnya lalu mengalihkan pandangan kepada Naila yang sedang berdiri di hadapanku. Dia tampil cantik hati ini, tak seperti biasanya.

"Ada apa gerangan?" suara hatiku
"Kamu, mengagetkan aku saja, ada apa Nai?" Balasku dengan menatap matanya
"Lihat penampilanku, sudah oke? Hari ini adalah hati spesial buat kak Hilman. Hari ini juga aku akan mengungkapkan secara langsung perasaanku padanya. Bagaimana menurutmu,”?
“Kamu serius Nai?” mataku terbelalak mendengar itu semua.

“Iya Sya, aku serius. Aku capek harus bersandiwara seperti ini. Surat yang telah aku berikan pun tak sama sekali dia hiraukan”

Naila selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk kak Hilman. Bahkan ia rela menggunakan hijab agar kak Hilman meliriknya. Ia tahu yang dilakukannya adalah hal yang bodoh, tapi ia tetap melakukannya. Demi memenangkan hati kak Hilman, itulah prinsipnya.