Salah seorang pemuda memberhentikan sepeda motorku. “Ma'af, tolong jangan halangi saya, saya buru-buru, permisi,” ucapku dengan rasa yang begitu takut. Tiba-tiba dia menahanku dan menarik kerudung putih yang aku kenakan dari belakang.
“Ma'af mas, saya tidak punya urusan dengan anda. Anda tidak berhak menyentuh saya sedikit pun, tolong lepaskan tangan anda dan biarkan saya pergi,” tegasku
“Disini dulu main sama kita-kita” pinta salah seorang geng motor itu yang semakin merajalela mendekati diriku
“Ma'af mas, anda tidak berhak atas saya. Tolong jauhi saya!” aku pun berkata tegas menyekati mereka supaya ada batasnya
Perasaan takut telah menjalar ke seluruh tubuhku. Aku berharap, ada seseorang yang Allah kirimkan untuk membantuku agar bisa lepas dari geng motor ini.
Tak lama kemudian, sebuah sepeda motor parkir dihadapanku. Tak kusangka, orang itu adalah kak Hilman. Dia berusaha mendekati keadaanku yang di halangi geng motor
“Ma'af mas, ada apa ya? Ko dia dihalangi seperti itu?” tanya Kak Himan hati-hati
“Apa urusannya sama lo. Mening sekarang lo cabut dari sini!” bentak salah seorang geng motor itu
“Ma'af mas, dia teman saya,”
“Dasar lo ikut campur aja urusan gua. Cari mati, mau so jadi pahlawan lagi. Bukk... Bukk... Bukk. Arghh”
Aku tak kuat melihat pemandangan mereka yang sedang berkelahi. Suara tangis yang tertahan tak bisa aku tutupi. Kasian Kak Hilman yang menjadi korban. Aku langsung turun dari motor dan berusaha meleraikan mereka. Memberanikan diri untuk maju dan tak sengaja tiba-tiba brugh!!
“Ahh..,, ” aku terkena pukulan salah seorang geng motor itu. Lalu badanku seketika terhampar ke jalan
“Mas, kalo berani jangan sama perempuan dong,” tegas kak Hilman.
“Toloong-toloong..” suara lantang kak hilman pun membuat segerombolan geng motor itu untuk pergi. Entah mungkin takut disalahkan karena telah membuat keonaran disini.
“Kamu tidak apa-apa?” tanya kak Hilman
Aku berusaha bangkit sendiri sambil memegangi pipi yang sedikit memar akibat pukulan tadi.
“Aku tidak apa-apa kak. Makasih atas bantuannya. Gara-gara saya kakak jadi dipukuli mereka,” balasku menundukan pandangan
“Tidak masalah, sekalian juga tadi saya lewat. Sudah kewajiban saya juga membantu sesama, Tempat ini memang sangat rawan, lain kali kamu harus berhati-hati apalagi dengan waktu yang sudah mulai petang,” kata kak Hilman menasehatiku.
Sesama manusia memang kita harus saling menolong. Sebab Allah selalu menolong seorang hamba selama hamba tersebut suka menolong saudaranya. Aku sangat bersyukur Allah telah melindungiku melalui perantara kak Hilman ini.
“Iya kak. Sekali lagi terima kasih. Semoga Allah membalas kebaikan kakak,”
“Iya sama-sama,” balas kak Hilman.