Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur
Meski saat ini carut-marut, ada harapan negeri ini menjadi lebih baik. Segenap kaum Muslim selalu berharap agar Indonesia bisa menjadi sebuah negeri yang penuh dengan kemakmuran dan berlimpah ampunan Allah ‘Azza wa Jalla (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur).

Sebuah negara yang baik, kehidupan masyarakatnya juga baik. Kebutuhan hidupnya terpenuhi. Keamanannya terjaga. Masyarakatnya juga jauh dari sikap permusuhan dan saling membenci. Mereka justru toleran dan saling memaafkan. Dengan itu ampunan Allah Sang Maha Pengampun turun kepada mereka.

Banyak kalangan merasa prihatin melihat kenyataan Indonesia saat ini. Negeri ini berlimpah sumberdaya alamnya, namun tak dapat menjamin kemakmuran penduduknya. Pasalnya, sebagian besar kekayaan itu justru diserahkan kepada pihak asing. Warga pun tidak mudah untuk memenuhi kebutuhan pokok, pelayanan kesehatan yang memadai, juga jaminan keamanan.

Frasa baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur ada dalam firman Allah SWT. Frasa tersebut disematkan pada negeri Saba’.

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ

Sungguh bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan), “Makanlah oleh kalian dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhan kalian dan bersyukurlah kalian kepada-Nya. (Negeri kalian) adalah negeri yang baik dan (Tuhan kalian) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.” (TQS Saba’ [34]: 15)

Sayang, kejayaan dan kemakmuran negeri Saba’ berakhir saat mereka berpaling dari peringatan Allah SWT. dengan meninggalkan ketaatan kepada-Nya. Allah SWT. lalu menimpakan azab keras yang memporakporandakan keadaan yang semula baik itu.

Akibatnya, Negeri Saba’ yang awalnya subur dan makmur, pasca bencana banjir besar itu, tidak lagi menghasilkan tanaman-tanaman yang dapat menghidupi mereka. Allah SWT. mengganti tanaman-tanaman di negeri itu dengan tanaman yang buahnya pahit sehingga hal itu meruntuhkan kejayaan negeri Saba’.

Belajar dari kaum Saba’, seharusnya umat Muslim dapat mengambil sejumlah hikmah antara lain: Pertama, bahwa kemakmuran dan kejayaan suatu kaum semata-mata adalah karunia Allah SWT. Hal itu bisa diraih dengan cara mentauhidkan Allah SWT., mengimani dan mengikuti ajaran rasul-Nya serta menerapkan syariah-Nya.
Kedua, agar sebuah negeri bisa mendapatkan status “wa rabbun ghafur” adalah selalu bersegera kembali ke jalan Allah SWT. dengan menjaga tauhid dan kembali menaati-Nya.

Karena itu, jika bangsa ini menghendaki negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, semestinya mereka berusaha keras mengubah kondisi fasad ini agar sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Caranya adalah dengan melaksanakan syariah-Nya secara kaffah. Itulah tuntunan hakiki atas kaum Muslim yang mengharapkan keberkahan dan ampunan Ilahi.