Iman yang Kuat
Agar manusia bisa menjalani hidup di dunia dengan benar dan terus meningkat hingga mencapai taraf kehidupan paling tinggi, ia harus memiliki keyakinan mendasar yang melandasi seluruh hidup dan kehidupannya. Keyakinan mendasar itu berupa jawaban yang benar tentang apa itu hakikat alam, manusia dan kehidupan; apa yang ada sebelum dunia dan yang ada sesudah dunia; serta apa hubungan antara dunia dengan yang ada sebelum dan sesudah dunia. Jawaban atas ketiga hal itu akan menjadi pemikiran integral (fikrah kulliyah) yang akan menjadi dasar semua perilaku dalam menempuh hidup di dunia serta mengelola kehidupan dunia.
Islam telah memberikan jawaban atas ketiga hal itu dengan jawaban yang benar dan sesuai fitrah; jawaban yang memuaskan akal dan menenteramkan hati. Jawaban itu adalah akidah Islam. Akidah Islam inilah yang berpengaruh menentukan dan mengarahkan kehidupan manusia sehingga produktif dan tidak jumud.
Islam memberikan jawaban atas ketiga pertanyaan mendasar itu dengan jawaban bahwa di balik alam, manusia dan kehidupan ada Sang Pencipta (Al-Khâliq). Dialah Yang menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan. Dialah Allah SWT, Zat Yang wâjib al-wujûd (keberadaan-Nya mutlak).
Alhasil, keberadaan (eksistensi) Allah SWT dan keesaan-Nya telah bisa diyakini dan diimani secara pasti dengan proses berpikir secara ‘aqliyyah disertai dengan bukti-bukti dan dalil pasti. Adapun tentang hakikat (esensi) Zat-Nya tidak mungkin bisa dijangkau oleh akal. Sebabnya, Zat-Nya berada di balik apa yang bisa dijangkau akal. Keimanan atas hakikat Allah SWT berikut nama-nama, sifat-sifat dan sebagainya haruslah didasarkan pada informasi dari Allah SWT sendiri di dalam wahyu-Nya. Keberadaan al-Quran sebagai kalamullah juga bisa diimani secara ‘aqliyyah, yakni dari fakta al-Quran yang berbahasa Arab.
Dengan demikian keimanan kepada Allah SWT sebagai Sang Pencipta, al-Quran sebagai kalamullah serta Muhammad saw. sebagai nabi dan rasul-Nya telah bisa dibangun secara ‘aqliyyah dengan bukti dan dalil. Hal itu menjadi pilar tegaknya keimanan pada semua hal gaib dan apa saja yang diberitahukan oleh Allah SWT dalam al-Quran baik yang bisa dijangkau akal ataupun tidak. Dari sini berarti kita wajib mengimani Hari Kebangkitan (Hari Kiamat), surga, neraka, hisab, azab, para malaikat, jin, setan dan lainnya yang telah diinformasikan secara pasti (qath’i) oleh al-Quran atau hadis-hadis mutawatir.
Berdasarkan hal itu, kita wajib mengimani apa yang ada sebelum kehidupan dunia. Itulah Sang Pencipta, yaitu Allah SWT. Kita pun wajib mengimani apa yang ada sesudah kehidupan dunia. Itulah alam akhirat sebagai tempat kembali manusia kepada Sang Pencipta (Allah SWT).