Akhlak Dalam Pandangan Islam (2)
Seorang Muslim ketika menyambut seruan Allah untuk berlaku jujur, maka dia akan jujur. Apabila Allah memerintahkannya untuk amanah, dia akan amanah. Begitu pula apabila Allah melarang curang dan berbuat dengki, dia akan menjauhinya. Dengan demikian, akhlak dapat dibentuk hanya dengan satu cara, yaitu memenuhi perintah Allah SWT. untuk merealisasikan akhlak, yaitu budi pekerti luhur dan amal kebajikan. Sifat-sifat ini muncul karena hasil perbuatan, seperti sifat ‘iffah (menjaga kesucian diri) muncul dari pelaksanaan shalat. Sifat-sifat tersebut juga muncul karena memang wajib diperhatikan saat melakukan berbagai kegiatan interaksi, seperti jujur yang harus ada saat melakukan jual beli. Meski aktivitas jual beli tidak otomatis menghasilkan nilai akhlak karena nilai tersebut bukan tujuan dari transaksi jual beli. Jadi, sifat ini muncul sebagai hasil dari pelaksanaan amal perbuatan atau sebagai perkara yang mesti diperhatikan saat melakukan satu perbuatan. Karena itu, seorang Mukmin dapat memperoleh nilai rohani dari pelaksanaan shalatnya, dalam contoh lain, dia memperoleh nilai materi dalam transaksi perdagangannya, serta pada saat yang sama telah memiliki sifat-sifat akhlak yang terpuji.

Allah SWT. telah memerintahkan jujur, amanah, punya rasa malu, berbuat baik pada kedua orang tua, silaturahmi, menolong orang dalam kesulitan, dan sebagainya. Semuanya merupakan sifat akhlak yang baik dan Allah SWT. menganjurkan kita terikat dengan sifat-sifat ini. Sebaliknya, Allah SWT. melarang sifat-sifat yang buruk, seperti berdusta, khianat, dengki, durhaka, melakukan maksiat, dan sebagainya.

Menanamkan sifat-sifat baik pada masyarakat dapat dicapai dengan mewujudkan perasaan-perasaan dan pemikiran-pemikiran Islam. Setelah hal ini terwujud di tengah-tengah masyarakat, maka pasti akan terbentuk pula dalam diri individu-individu.

Ada empat sifat yang wajib dimiliki serta dicapai oleh individu, yaitu sifat-sifat yang menyangkut masalah akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak. Empat hal ini tidak boleh dipisahkan pada pribadi seseorang sehingga harus selalu lengkap dan sempurna. Sekalipun hanya satu dari unsur itu yang hilang, maka tidak akan tercapai kesempurnaan pribadi individu.

Akhlak saja tidak cukup untuk memperbaiki pribadi seseorang karena akhlak salah satu bagian dari kepribadian. Untuk itu, seorang individu harus diberikan pemikiran akidah, ibadah, dan muamalah, di samping akhlak yang diperlukan dalam hidupnya bersama yang lain.