Kuburan di depanku masih terlihat merah dan basah di penuhi bunga bunga. Aku menangis seraya memeluk kedua buah hatiku Rani dan Roni yang juga sedari tadi tak berhentinya menangis.
Tak ku hiraukan tatapan mata orang orang yang mengikuti pemakaman istriku. Rasa bersalah dan penyesalan begitu besar menghantuiku.
Dan kini satu satu mereka pergi meninggalkan kami yang kini tinggal bertiga. Aku berusaha menenangkan kedua anakku lalu mengajak mereka pulang kerumah.
**************************
Seminggu setelah kematian istriku. Aku masih tak bisa melupakannya, setiap sudut rumah ini selalu mengingatkanku padanya. Anakku Rani dan Roni juga sudah mulai tenang walau aku tahu mereka masih belum bisa melupakan ibunya.
Saat makan malam bersama kedua anakku, Aku memandang wajah Rani ketika kulihat dia tak memakan masakan yang kuhidangkan di depannya. Tangannya hanya mengaduk aduk dan entah pikirannya kemana. Sementara Roni hanya diam dan menyantap makanannya sedikit demi sedikit seperti tak berselera.
" Kenapa gak di makan Rani " tanyaku.
" Rani gak lapar pa, Rani kangen mama " katanya dan kulihat matanya berkaca kaca.
" Roni juga pa, Roni kangen masakan mama " anak bungsuku ikut berbicara.
Aku menatap mereka dengan perasaan bersalah. Dadaku terasa sesak mendengar ucapan mereka.
" Papa juga, tapi kita harus ikhlas. Biar mama tenang di alam sana " ucapku terbata menahan air mata yang akhirnya tak mampu ku bendung, namun aku cepat cepat menghapusnya. Aku harus terlihat kuat di hadapan anak anakku.
Aku tak bisa membayangkan bagaimana jika anak anakku tahu apa yang sudah kulakukan padanya ibunya sebelum kecelakaan yang menimpa ibunya terjadi.
***********************
Kulangkahkan kaki kekamarku setelah memastikan kedua anakku telah tidur, tugas istriku dulu yang kini kugantikan.
Kamar ini terasa sepi tanpa kehadiran istriku. Kupandangi fhoto dirinya yang terpajang di dinding kamarku. Kerinduan menyergapku
Aku tak kuasa lagi. Aku menangis sejadi jadinya.
" Betapa besar dosaku, aku sudah menyakiti istriku. Aku menyesal, sangat menyesal "
" Aku belum sempat meminta maaf dengan sungguh sungguh atas apa yang sudah kulakukan pada istriku. Aku khilaf, aku bersalah ".
" Aku sudah membohongi istriku demi menutupi hubungan terlarangku dengan Yati dengan mengatakan gajiku di potong perusahaan, agar aku bisa membaginya dengan Yati. Andaikan waktu itu istriku tahu dan aku jujur padanya, aku akan bisa melihat senyum kegembiraan pada wajahnya. Kalau sebenarnya aku naik jabatan dan gajiku di naikkan karena hasil kerjaku yang baik. Tapi inilah kenyataan yang kulakukan pada istriku "
Aku semakin merasa bersalah ketika kuingat perlakukan istriku pada Yati saat memergoki kami berdua. Tak ada sedikit pun sumpah serapah yang keluar dari mulutnya. Atau tindakan ekstrim dari istriku yang kubayangkan. Begitu sabar dan mampu istriku mengontrol emosinya.
Hingga akhirnya aku memutuskan dan berjanji pada diriku sendiri untuk tidak akan menikah lagi dan menghabiskan sisa umurku untuk membesarkan dan merawat kedua anakku.
Aku terbangun dari tidurku ketika matahari pagi yang sejuk menembus kaca jendela kamarku dan menyadari rupanya aku tertidur di lantai semalam.
*****************************
" Maafkan mas, Yati. Tapi kita akhiri hubungan kita ini. Mas sudah berjanji dalam hati tidak akan pernah menikah lagi. Mas mau fokus membesarkan Rani dan Roni " kataku ketika bertemu dengan Yati setelah sebelumnya aku menghubunginya dan bilang ingin bertemu.
Aku memperhatikan Perempuan yang biasanya berpenampilan seksi itu dan sempat menawan hatiku itu berpenampilan lain hari ini.
Yati terlihat berpakaian sopan dengan dress panjang berlengan panjang dan dandanan tipis polos. Entah kenapa dia tak berpenampilan seperti biasanya.
" Iya mas, Yati juga berniat mengakhiri hubungan kita ini. Yati merasa bersalah terhadap istri mas, istri mas orang baik. Saya sudah menyakitinya. Kejadian yang menimpa istri mas betul betul memukul hati saya. Saya ingin bertobat dan menjadi orang baik. Saya tak ingin lagi mengganggu suami orang " ucap Yati dan menghapus air matanya
Aku tak menyangka Yati bisa punya pemikiran seperti ini. Aku pun tenang melepasnya dan mendoakannya agar dia segera mendapat jodoh laki laki yang baik dan bisa menerimanya apa adanya.
Sebelum berpisah kami berdua berjanji untuk menyimpan kisah kami berdua dan melupakannya.
***********************
Jam 12 lewat tengah malam aku terbangun setelah bermimpi indah bertemu istriku dan dia memaafkanku. Aku memutuskan untuk berwudhu dan mengerjakan sholat tahajud. Hal yang sudah beberapa hari ini kulakukan.
Ketika aku sujud. Dadaku kiriku terasa sesak dan menyakitkan. Aku tak mampu menahannya. Rasa sakit itu begitu kuat lalu dengan keadaan setengah sadar aku mengucapkan dua kalimat syahadat dan tak lama semua terasa gelap, gelap dan gelap.....
Tamat
( Penyesalan selalu datang terlambat. Namun bersyukurlah jika kita masih di beri kesempatan untuk bertobat, karena umur tak mampu di tebak kapan akan berakhir )