Ujian Terakhir.

POV istri


' yah mau di apain lagi mas, mama sih gak apa apa, cuma kalau siang kerja, malam kerja. Apa gak capek mas ". Ujarku ketika suamiku mengeluh ada potongan gaji dari kantor tempatnya bekerja, karena invalid perusahaan.

" Yah kan mas kerja sampingannya cuma Sabtu dan Minggu ma, lagian jadi satpam itu kerjanya cuma mondar mandir habis itu duduk. Selama gak ada maling aman aman aja ma. Ini semua papa lakukan buat mama dan anak anak biar selalu hidup gak kekurangan ".

Aku terharu mendengar ucapan suamiku, dan
termenung sejenak.

" Gimana pa, kalau mama juga kerja bantu bantu papa cari uang " kataku meminta persetujuan suamiku.

" Emang mama bisa kerja apa. Paling juga jadi pembantu. Usia seperti kita ini susah ma cari kerja " 

" Iih papa. Gini gini mama masih kuat lagi. Biar cuma jadi pembantu atau  tukang cuci mama juga mau ".

" Terserah mama aja deh, yang penting mama senang " ucap suamiku dengan tatapan penuh arti.

aku tersenyum senang dan mengiyakan keinginan suamiku kerja tambahan jadi satpam setiap Sabtu dan Minggu untuk menambah pendapatan keluarga. Padahal biasanya hari Sabtu dan Minggu malam kami isi dengan kumpul bersama kedua anakku Rani dan Roni. Tapi mau apalagi kebutuhan sekolah kedua anakku yang saat ini bersekolah di SMP cukup besar. 

Akhirnya setiap malam Sabtu dan Minggu aku hanya bertiga dengan anakku tanpa kehadiran suamiku. 

Aku bersiap siap memanaskan sepeda motor ku untuk mengantarkan anakku yang bungsu pergi sekolah. Ketika Yati perempuan yang biasa di panggil perawan tua, tetangga satu kampung denganku itu lewat depan rumahku. 

Dengan baju seksi dan dandanannya menornya dia melirik kearahku dan tersenyum sinis.

" Apaan mba Yati liat liat " ucapku tak senang dengan tatapannya.

" Aah enggak saya cuma lewat doang " balasnya genit.

Aku memutuskan untuk tak meladeninya. Sebenarnya aku kasiannya padanya banyak ibu ibu yang suka menggosipkan dirinya karena suka nongkrong di pos ronda dan menyapa bapak bapak yang lewat di sana. Menurutku Yati itu cantik tanpa dia harus berdandan berlebihan. Namun entahlah kenapa sampai sekarang dia belum menikah.

Pulang dari mengantar anakku sekolah aku mampir kerumah teman lamaku. Aku menceritakan tentang kondisi keuangan keluargaku. Dia menyarankan aku untuk menggantikannya sebagai tukang ojek online untuk membantu keuangan keluargaku dengan memakai akun gojek miliknya. Kebetulan sehari hari aku mengantar anakku pulang pergi sekolah.

Aku mengiyakan tawaran temanku dan diam diam setiap Sabtu dan Minggu kerja sebagai ojek online tanpa memberitahu suamiku. Bukankah suami pernah bilang terserah diriku yang penting aku senang.  Aku berniat mengumpulkan uang untuk memberi kejutan pada suamiku untuk kerja kerasnya karena selama 15 tahun menikah aku tak pernah memberinya kejutan.

Hari Minggu pagi biasanya suamiku libur kerja. Tapi seperti keinginannya dia izin kerja sampingan sebagai satpam pengganti. Setelah suamiku pergi kerja dan menyiapkan makanan untuk kedua anakku. Akupun bersiap untuk nongkrong di halte tengah kota untuk bekerja sebagai ojek online. Aku bilang pada anakku mau pergi karena ada urusan. Karena sudah besar mereka bisa ku tinggal di rumah.

" Tiing " gawaiku berbunyi tanda ada pesan masuk, ternyata orderan dengan senang hati aku menuju alamat yang dimaksud dan mengantarkan customer ku ketempat tujuan.

Rp 20 ribu, aku mensyukuri orderan pertama ku hari ini. Selang beberapa menit kemudian gawaiku berbunyi lagi. 

" Alhamdulillah " ucapku dalam hati ketika melihat gawai ku ada orderan yang kedua.

" Ada yang pesan makanan bubur ayam 2 porsi plus ongkirnya. Lumayan lah " aku membatin. Entah kenapa tiba tiba aku teringat suamiku yang juga menyukai bubur ayam.

Aku mengambil uang dalam kantong celanaku. Cukup untuk beli orderan kali ini.

Aku pun segera melajukan motorku membelikan pesanan dan membawanya ke alamat tujuan.

Aku mencari cari alamat yang di maksud. Sampai aku di sebuah kos kosan yang terlihat sepi. Tapi nampaknya kos kosan ini penuh karena terlihat jemuran yang menggantung di sana sini. Aku mulai meneliti nomor pemesan makanan online ku.

Hingga aku sampai di kost kostan yang paling ujung dan nomor yang tepat. Aku pun mulai mengetuk pintu kost kostan itu.

" Orderan ! " Teriakku lantang dengan suara yang di buat buat menirukan suara tukang pos yang biasa mengantarkan paket.

" Ooh iya tunggu sebentar ya ! " Terdengar suara sahutan dari dalam kost kostan itu.

Aku menunggu pintu di buka namun aku merasa ada yang aneh. Suara itu seperti suara yang sangat ku Kenal. Hingga ketika pintu kos kosan itu terbuka aku melihat seseorang yang sangat ku kenal. Laki laki yang menemani hidupku selama 15 tahun menyambut ku di depan pintu tanpa memakai baju hanya memakai sarung. Dia menatapku dengan tatapan terkejut.

" Ma...ma.. " ucapnya pelan terbata bata.

" Sudah datang pesanannya mas " sahut suara perempuan dari dalam melangkah keluar sembari membenahi baju yang di kenakannya.

Perempuan itu dan aku saling menatap dan terkejut.

" Yati " panggilku 

Aku menatap marah pada  Yati yang berpakaian sangat seksi itu dan dia pun juga melihat ku dengan wajah pucat.
Darah langsung naik di ubun ubunku. Tubuhku bergetar, saat aku berusaha mengontrol emosi yang bergejolak ini.

" Jadi ini yang papa bilang kerja sampingan ". Ucapku dengan napas memburu menahan amarah.

" Bu... Bu....bukan begitu ma, papa cuma..". Belum sempat suamiku menyelesaikan ucapannya, mataku beralih kearah Yati yang bersembunyi di belakang suamiku dengan wajah pucat ketakutan.

" Sekarang aku mengerti. Kenapa kamu tidak juga menikah " ucapku ketus kearahnya.

Aku lalu melempar bungkusan yang ku bawa ke wajah suamiku.

" cukup sampai disini, kita selesaikan nanti di pengadilan agama pa " ucapku lalu berlalu pergi.

Suamiku berusaha menahanku dan menarik tanganku. Aku menghentakkannya.

' ma.. ma .. tunggu ma, maafin papa ma, papa khilaf ma "

Aku terus berlalu menuju motorku. Tanpa memperdulikan beberapa pasang mata mengintip dari balik jendela kos kosan.

Aku memacu motorku dengan perasaan tak karuan. Air mata ku menetes menyiratkan hatiku yang terluka.

Bisa saja aku mencaci maki suamiku dan Perempuan itu atau menghajar mereka untuk melampiaskan emosiku. Namun aku tak ingin mengotori mulut dan tanganku untuk membalas perbuatan hina mereka. Biarlah Tuhan yang membalasnya.

Rasa syukur menghinggapiku. Selalu ada cara Tuhan untuk mengungkap suatu kebenaran. 

Air mata kembali menetes membasahi pipiku. Terbersit doa yang terbaik untuk kedua anakku sambil mataku terpaku ke jalan raya yang kulewati.

Aku tersadar ketika terdengar suara klakson panjang di belakangku. Dan..

" Bruuugh "

Hanya hitungan detik aku terlempar menjauh dari sepeda motorku. Sekilas aku melihat sepeda motorku terlindas sebuah truk besar yang tak lama berhenti.

Aku terbaring di jalan raya. Kurasakan sakit di kepala ku dan ada sesuatu yang mengalir di kepalaku. Mataku berkunang-kunang dan ku sempatkan mengucapkan kalimat syahadat.

Seketika aku merasakan gelap, gelap, gelap dan gelap.

Bersambung...

Balikpapan 5 Desember 2021





Komentar

Login untuk melihat komentar!