“Laba-laba memakan serangga. Tidak semua laba-laba membuat jaring untuk menangkap mangsa, akan tetapi semuanya mampu menghasilkan helaian serat protein yang tipis namun kuat dari kelenjar (disebut spinneret) yang terletak di belakang tubuh dan dikeluarkan dari air ludahnya seperti yang tadi Rara lihat di gudang. Serat ini digunakan untuk membantu laba-laba dalam bergerak, berayun dari satu tempat ke tempat lainnya, menjerat mangsa, membuat kantung telur dan melindungi sarang.”
“Rara bisa belajar dari laba-laba,” kata Ayah kembali. Kali ini ayah menyimpan gawainya di kursi.
“Belajar apa, Yah?” tanya Rara setelah ia berdiam mendengar penjelasan ayah.
“Laba-laba adalah pekerja yang giat, ketika Rara merusak jaring-jaring yang telah di buat si laba-laba maka ia akan kembali membuat jaring baru. Ia tidak menyerah membuat jaring. Rara bisa belajar dari laba-laba dengan giat belajar, jangan mudah menyerah ketika soal matematika susah. Apalagi belajarnya selalu ditemani ibu,” ujar Ayah dan dibelainya anak yang telah lama dinantikannya ini.
Ayah dan Rara terdiam sejenak menikmati angin sepoi-sepoi berhembus. Udara pagi di belakang rumah sungguh menyegarkan. Pohon mangga, pohon pisang dan pohon pepaya tersusun rapi menambah kesan asri pada rumah yang berada di pinggiran kota.
“Laba-laba salah satu hewan yang diabadikan dalam Alquran, surah Al-Ankabut. Selain itu, laba-laba juga diabadikan dalam Sirah Nabi Muhammad saw. Rara mau dengar kisahnya?” tanya Ayah memecah keheningan Rara.
Rara hanya mengangguk memberi tanda ia siap mendengarkan cerita itu.
“Kisah laba-laba ini berawal dari perintah Allah Swt untuk menyelamatkan Nabi Muhammad saw. Orang-orang Quraisy mengejar dan hendak membunuh Nabi ketika Nabi berhijrah dari Mekah ke Madinah. Nabi Muhammad saw. diperintahkan bersembunyi di Bukit Tsur. Saat nabi telah berada dalam gua, Allah Swt memerintahkan laba-laba untuk membuat sarang dimulut gua. Ketika orang-orang Quraisy datang mencari Nabi, mereka tidak melihat keberadaan Nabi di dalam gua karena terhalang oleh jaring laba-laba. Mereka melihat sarang laba-laba di mulut gua. Mereka pun berpikir tidak mungkin Nabi melewatinya. Jika Nabi melewatinya maka sarang laba-laba tentu sudah rusak. Akhirnya, Nabi pun selamat setelah beberapa hari bermalam di gua itu. Kisah ini juga di abadikan dalam surat At-Taubah ayat ke-40.”
“Apa arti surat At-Taubah ayat ke-40, Yah?” tanya Rara. Ia terkagum-kagum dengan mendengar kisah laba-laba.
Ayah pun mengambil gawainya dan kembali membuka aplikasi Alquran. Ia lalu membacakannya.
“Jika kamu tidak menolong (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah), sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, ‘jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita’. Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang Maha perkasa, Maha bijaksana.” ucap Ayah.
“Wah, Laba-Laba, eh, Araneae jadi hewan yang hebat dong, Yah. Ia membantu Nabi Muhammad saw.” kata Rara. “Kalau sahabat Nabi ketika dalam gua Tsur?” cecar Rara pada Ayah.
“Abu Bakar As-shiddiq.” jawab Ayah dengan mantap. “Rara tidak perlu menjadi laba-laba untuk membantu Nabi, cukup jadi anak Shalehah Ayah dan Ibu, Rara juga nggak perlu cemburu dengan laba-laba karena di dalam Alquran juga disebutkan tentang hamba-hamba Allah yang bertakwa termasuk Rara,” kata Ayah. “ Ayoo… sudah sudah saatnya membuat kebun, matahari sudah mulai terik.”
Ayah dan Rara pun berdiri sambil berpegangan tangan menuju menuju lahan kebun toga yang akan di buatnya.
Ditunggu krisannya?
Login untuk melihat komentar!