21
***
Aku tidak mengerti sama sekali, mengapa Anisa selalu memperhatikan hilman sambil senyum-senyum sendiri, dan aku pikir itu hanya sekedar melihat kelucuan yang hilman buat untuk menghibur teman sebangkunya yang sedih. Tapi, aku semakin aneh, saat hari-hari berikutnya, anisa yang biasanya jarang memegang handphone. Sekarang begitu sering memegang handphone. Begitulah aku, selalu menjadi pengamat dalam setiap keganjalan yang membuat aku penasaran, dan mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya.  Terlebih melihat Anisa yang selalu tersenyum setiap harinya. Dengan rasa ingin tahu yang begitu besar, aku mendekati anisa dan mencari tahu apa yang membuatnya tersenyum setiap hari. "Nisa, aku senang deh lihat kamu setiap harinya selalu bahagia. Kalau boleh aku tahu apa sih yang membuat kamu sebahagia itu?" tanyaku penasaran. 
"Aku tuh bahagia seperti ini, karena aku bisa saling kirim pesan dengan hilman. Walaupun pesan singkat yang ku terima darinya, itu sudah cukup buat aku bahagia may, setidaknya masih ada komunikasi antara aku dengan dia. Memang kesannya, dia cuek, seolah dia sedang berusaha menjaga jarak denganku, karena setiap dia  membalas pesan pun isinya singkat sekali. Tapi aku tetap bahagia, meski responnya sedikit menyakitkan untukku. Bahagianya aku tidak harus dengan menunggu dia mengajak aku makan siang bareng ke kantin atau mengajakku pulang bareng. Kamu sendiri tau may bagaimana sikap hilman kalau bertemu sama aku secara langsung, cuek. " jelas ana dengan mimik sedih. "May menurut kamu aku harus bagaimana supaya aku bisa deket lagi dengan hilman.  Terkadang aku tuh rindu sama setiap kebersamaan diantara aku dan hilman sewaktu kelas 7, dia itu laki-laki yang baik dan humoris, pokoknya idaman aku banget may. Semua itu berubah ketika kelas 8, entah apa yang menyebabkan hubungan diantara kami jauh seperti ini. Dekat terasa jauh." sedihnya.
"Maaf nis, kalau menurut aku lebih baik kamu coba untuk mendekati hilman lagi, terus kamu bicarakan semua masalah yang terjadi diantara kamu dengan hilman dalam keadaan emosi yang stabil, bicarakan dari hati ke hati, supaya ketemu jalan keluarnya harus seperti apa nantinya." saranku kepada anisa yang sedang merindukan hilman yang dulu, hilman yang selalu perhatian dengannya dan baik terhadapnya, itu cerita yang aku dengar dari anisa.
"Saran kamu boleh juga may, besok aku coba yah, mudah-mudahan saran kamu ini berhasil, makasih may" peluk Anisa. 
"Sama-sama nis" membalas pelukannya
***