Waktu terus berlalu dan hari berganti hari, terkadang aku kasihan melihat anisa yang selalu curhat kepadaku tentang pahitnya tanggapan-tanggapan rasa yang diberi oleh hilman.
"Nis, sudahlah. Kamu cari lelaki lain yang lebih baik dari dia” Nasihatku.
"Ngga tau kenapa may, aku tahu dia balas rasa aku dengan penuh sayatan dihati sampai hatiku sakit banget. Tapi, aku belum bisa buka hati untuk yang lain” curhatnya sambil menitikkan air mata.
“Sebenarnya apa yang kamu suka dari dia, sampai kamu segininya banget,” tanyaku heran padanya. Setahu ku hilman itu laki-laki yang jail, rese dan menyebalkan. Lalu apa yang membuat Anisa bisa jatuh hati kepadanya, itu yang ada dipikiranku.
“aku juga tidak mengerti apa yang menarik perhatianku sampai aku bisa segininya sama dia” jawabnya dengan wajah tertunduk dengan linangan air mata.
“Awas kamu dipelet sama dia”. Ledekku menghiburnya.
"kamu mah aneh-aneh aja, emangnya zaman sekarang masih ada main dukun-dukunan begitu” ucapnya dengan tertawa kecil sambil menghapus air matanya.
“Ya ampun nis, kamu kira di zaman modern nggak ada dukun, ya pasti masih ada dukun mah”
“Udah deh ah, kamu mah malah bahas dukun”.
“Ya lagian kamu ditanya kenapa suka sama dia, malah jawab nggak ngerti. Ya kan aneh”.
“Ya udahlah nggak penting”. Aku merangkul anisa dan menepuknya memberi tepukan semangat.
"may, makasih yah sudah menjadi pendengar yang baik untuk aku, kamu memang teman terbaik aku. Kamu selalu memberi aku kekuatan setiap kali aku rapuh. Kamu juga yang membuat aku bangkit dari rasa sakit. Sekali lagi aku ucapkan terimakasih ya may. Semoga kita tetap menjadi teman baik yah, dan aku harap jangan ada kebohongan diantara kita " masih dalam rangkulan.
Jleb. Hatiku dan pikiranku berputar, perlahan mencerna kalimat akhir yang diucapkan Anisa. "Ya tuhan, bagaimana jikalau bisa tahu yang sebenarnya, kalau hilman menyukaiku pasti ia akan marah dan menjauhiku, bisa jadi ia akan memusuhiku karena setiap pandangan orang lain terhadap yang menurutnya pendusta itu pengkhianat. Sedangkan aku menyembunyikan semuanya hanya karena tidak ingin melihat bisa semakin sedih" batinku.
"Iya nis, sama-sama, semoga kita tetap menjadi teman baik yah" kataku dengan tersenyum pada Anisa.
***