19
"Ada apa sar?" aku menghampiri  ke kursinya dan duduk disamping sari.
"may, aku tuh seneng banget tau karena bisa sekelas lagi sama kamu, sama oci juga. Dengan begini kita akan menjadi teman baik sepanjang hayat" sari memelukku dan ditimpali pelukan oci kegirangan. "Kita akan menjadi teman baik selamanya" ucap oci masih dalam memeluk. Karena sangat bahagianya sari dan oci, mereka membuat badanku terasa capek karena mereka memelukku sambil menggoyang-goyang tubuhku yang kecil ini. Dan posisiku ditengah menambah sesak didada. "iya sar, aku juga seneng bisa sekelas lagi sama kamu sama oci juga. Maaf sar, ci meluknya jangan sambil digoyang dong, akunya jadi pusing dan gerah" aku mencoba mencari angin dengan melepas pelukannya perlahan-lahan. "Eh maaf ya may, aku tuh merasa bahagia sekali makanya nggak sadar kalau kamu kepanasan, maaf yah" sari nyengir kuda."iya aku juga minta maaf may" oci memelas. "Iya aku maafin, janji jangan diulangi lagi, sakit tau, " lirihku.  "iya janji" kata mereka serentak
Ditengah asyiknya obrolanku dengan teman-temanku, aku merasa ada yang ganjil. Aku mencoba menerka keganjilan itu, ternyata aku melihat dihadapanku ada dua orang laki-laki yang sedang memperhatikan aku dan temanku. Dari kejauhan terdengar suara walaupun kecil tapi masih terdengar jelas ditelinga. Laki-laki berdua itu ternyata sedang membicarakan aku dan teman-temanku. Salah satu laki-laki itu ingin berkenalan dengan kami tapi dia malu. "Hey kamu, hilman maulana yah. Ngapain kamu cari tau nama kita berdua ke Ahmad, sini kenalan langsung ke orangnya, jangan bisik-bisik kedengaran orangnya" kata sari menyuruh dua laki-laki itu untuk mendatanginya. "Iya nih sar, si hilman pengen kenalan sama orang yang disamping kamu tuh" tunjuk Ahmad ke arah aku.
"Haha.ya ampun hilman. Masa seorang hilman maulana malu sama perempuan, kalau kamu laki-laki pemberani sini dong, jangan ngumpet dibawah ketiaknya Ahmad, haha." ledek sari. Sari terkekeh melihat tingkah hilman maulana  yang malu-malu.
Aku melihat dengan sangat jelas wajah hilman maulana yang memerah itu, entah itu karena malu atau kesal dengan perkataan sari, setelah itu dia langsung menghampiri kami berdua.
"Hay, kenalin namaku hilman maulana, kamu bisa panggil aku hilman atau maulana, itu terserah kamu, panggil saja sesukamu, kalau nama kamu siapa?" dia mengulurkan tangannya kearahku. Tapi, aku tidak langsung meresponnya, temanku sari yang lebih dulu merespon uluran tangan hilman.
"Oh ya kenalin nama aku sari, dan ini temanku yang sebelah kiri namanya maesaroh dipanggilnya may. Untuk yang sebelah kiri kedua itu namanya oci." sari langsung menarik tangan hilman menerima uluran tangannya dan menjawab pertanyaannya sambil memperkenalkan kita kepada hilman. 
"Jadi nama kamu may, senang bisa sekelas sama kamu"
"Ye, kok cuma sama may doang sih yang senangnya, sama akunya nggak gitu?" sewot sari
"Hehe, iya aku juga senang bisa sekelas sama kalian" kata hilman sambil tertawa
"Ekhem, duh sar gatal sekali ya tenggorokan aku nih. Antar aku ke kantin yuk sar" ucap oci menarik tangan sari dan meninggalkan aku dengan hilman. "Mad, katanya tadi ada yang mau dibeli di kantin, hayu bareng" ajak sari menarik tangan Ahmad yang sedang sibuk dengan handphonenya.