“nis, aku minta maaf, jujur aku nggak menyimpan rasa kepada hilman”.
“Terserah, aku nggak peduli”.
"Apa kamu segitu bencinya sama aku? Aku nggak mau kita kaya gini, aku nggak mau pertemanan kita hancur karena masalah laki-laki," ucapku mempertahankan pertemanan dengan anisa.
“aku juga nggak mau pertemanan aku hancur. Tapi, kamu yang membuat semuanya hancur”.
“Harus berapa kali aku bilang nis, aku minta maaf, aku minta maaf”.
"maaf may, hati aku masih belum bisa menerima apa yang terjadi, aku masih syok dengan semuanya. Mungkin seiring dengan berjalannya waktu perlahan-lahan aku bisa maafin kamu”.
“baiklah, aku tunggu ketulusan hati kamu untuk bisa maafin aku”.
Semenjak cerita yang selama ini Fitri dan aku sembunyikan akhirnya datang pada waktunya untuk anisa dapat melihat yang sebenarnya. Maka dari itu pelajaran yang dapat aku ambil dari pertemanan antata aku dan anisa ini adalah seberapa pintarnya kita menyembunyikan sesuatu dari orang terdekat, suatu saat pasti akan terkuak juga. Setakut-takutnya kita mengungkapkan sesuatu yang sangat berarti yang dapat melukai hati orang terdekat, lebih baik kita ungkapkan sendiri kepadanya, daripada orang lain yang mengungkapkannya pasti lebih sakit mendengarkannya.
***
Hubungan antara aku dan anisa masih belum membaik, anisa masih marah kepadaku. Dia selalu menghindar dariku. Aku sedih, aku juga bingung harus bagaimana, aku sudah berusaha untuk mendapatkan maaf darinya, dan aku juga sudah menjelaskan semuanya tetap saja dia masih belum bisa memaafkanku.
"May, kantin yu" ajak hilman maulana kepadaku. Aku masih terdiam, tidak menjawab ajakan hilman kepadaku, untuk saat ini aku sedang tidak ingin berbicara dengan siapapun yang ku butuhkan menenangkan diri dan memikirkan bagaimana agar bisa memperbaiki kembali pertemanan yang sudah retak ini.
"May kamu kenapa sih, aku ajak ke kantin, kamu diam saja, kamu marah sama aku?," aku tidak memperdulikannya, dan aku langsung bangkit dari tempat dudukku lalu aku tinggalkan dia seorang diri.
"May awas ada batang pohon yang jatuh" teriak hilman sambil berlari mencoba untuk menyelamatkan aku.
Brug...
Batang pohong yang terjatuh itu menimpa kaki hilman maulana.
"Astagfirullah, ya allah maulana kaki mu berdarah" aku segera menghampiri maulana dengan kepanikanku, aku langsung menolongnya.
"Nggak apa-apa may, ini hanya luka kecil nanti juga sembuh" kata hilman maulana menggigit bibir bawahnya. Aku tidak mempercayainya. Aku tahu dia sedang berbohong, dia sedang menyembunyikan rasa sakitnya dariku.
"Kita ke ruang UKS saja yuk, nanti aku obatin kamu disana, sini aku bantu kamu berdiri" ku ulurkan tangan lalu aku membantunya untuk berdiri dan membopongnya berjalan menuju ruang UKS.