10
Mencintai diam-diam adalah caraku mencintaimu dengan sepenuh hati. Namun, sekalipun aku tak melukaimu, pada akhirnya akulah yang lebih terluka karenamu. Saat aku memutuskan untuk mencintai dalam diam, saat itu juga aku harus siap terluka dalam diam.
Katakanlah, aku ini gadis naif, yang cuma berani memendam perasaan cinta sendirian. Mencintai sendiri dan akhirnya merasakan sakit sendiri. Gadis naif sepertiku tak pantas bersanding denganmu. Tapi, ada saatnya aku lelah. Lelah mencintai diam-diam. Lelah patah hati diam-diam.
Tak banyak orang yang lebih memilih untuk mencintai dalam diam ketimbang mengutarakannya. Aku pun tidak tahu mengapa aku lebih memilih mencintai dalam diam ketimbang membuat suatu hubungan.
Apa yang akan dilakukan oleh gadis sepertiku ketika jatuh cinta? Aku akan menutup diriku rapat-rapat. Seolah tak ingin membiarkan dirimu tahu bahwa aku menyimpan rasa padamu. Meskipun jauh dalam hatiku sebenarnya aku punya rasa ingin memiliki.
“Jadi dia laki-laki yang sudah membuatmu seperti ini may?,” kata nur yang tiba-tiba sudah berada disampingku. “hmm…” aku terkejut, dan aku membalikan badanku. “Eh, kamu nur, sejak kapan kamu disini?” tanyaku salah tingkah.
“Sejak kamu memperhatikan dayat diam-diam,” jawab nur.
Aku tersenyum dan mencoba untuk tetap terlihat tenang didekat nur, aku tidak ingin orang lain tahu tentang perasaanku, aku takut mereka meledekku di kelas. Aku gak mau teman-temanku tahu itu, apalagi cerita tentang perasaanku pada dayat terdengar oleh wawan, aku khawatir dia makin menjauh dariku dan marah ke dayay, apalagi sampai tidak mau temenan lagi. Aku gak mau itu terjadi. Karena yang ku tahu wawan dan dayat sahabatan, aku hanya ingin persahabatan mereka baik-baik saja.  
“kamu suka sama dia may?,” Tanya nur. Aku hanya menggelengkan kepala, perasaanku seketika tak menentu.
“kamu bohong may!,” ucap nur tak percaya.
“aku nggak bohong kok, beneran deh,” jawabku tersenyum pada nur
“Mata kamu nggak bisa bohong may, aku sahabat kamu dari SD, dan aku udah kenal kamu lama may, jika memang kamu menyukainya, jujur saja sama aku.”
“mmm, i….iya deh aku jujur, a…aku suka sama dayat nur,” kataku gugup.
"Sejak kapan kamu suka sama dia?" tanya nur mengerutkan dahinya, seolah tak percaya.
"Sejak pertama kali melihatnya, jauh sebelum aku dan dayat dipersatukan dalam satu kelas yang sama seperti sekarang ini," jawabku.