25
"Oke. Aku bisa menyembunyikannya, percayalah. Tetapi suatu saat sesuatu yang disembunyikan pasti akan ketahuan juga may”.
“Aku mengerti, makasih ya Fit atas informasi dan sarannya. Maaf kalau kamu keberatan karena aku menyuruhmu untuk menyembunyikan sesuatu. Aku akan jaga kepercayaanmu”.
“Iyah may, aku nggak keberatan kok. Santai aja”. “Ga keberatan untuk apa?”. Tiba-tiba dari belakang anisa menyambar. “Eh kamu sudah datang? Sejak kapan disini?” Tanyaku agak terkejut. “Baru saja, oh iya kamu sudah mengerjakan tugas sekolah belum?” Tanya anisa, mengabaikan pertanyaannya yang pertama. “Udah nih” menyodorkan bukunya. “Syukurlah”. Dalam hatiku lega.

Disepanjang pelajaran berlangsung anisa selalu memperhatikan hilman, dia selalu membicarakan apa yang sedang hilman lakukan, dia tanpa hentinya memperhatikan hilman sampai terkadang hilman tidak sengaja melihat ke arahnya dan mereka saling bertatapan, anisa senang sekali dikala itu. Karena ia bisa melihat sorot matanya yang kata dia matanya itu indah. Tapi menurutku biasa saja. Hanya saja bulu matanya yang lentik itu memang indah dan manis untuk dilihat.
***
Hari selalu berganti, begitu pun waktu cepat berlalu, aku dan Fitri masih menjaga dan menyembunyikan rahasia ini, walau terkadang Fitri hampir pernah tergelincir dengan cerita itu. Tapi ia mampu memiringkan dan mempermainkan kata.
Aku dan anisa, kian hari semakin nyaman layaknya saudara yang kemana-mana selalu berdua dan curhat berdua sampai terkadang kita menangis berdua. Dan pada satu hari aku dengan anisa sedang mengobrol, tiba-tiba dia menanyakan.
“may, kamu suka nggak sama hilman?” menunjukkan wajah yang penasaran.
“Hah..maksudnya?” Jawabku, aku terkejut mendengar pertanyaannya yang seakan-akan dia tau kalau hilman suka sama aku.
“Maksud aku,  kamu tertarik nggak sama dia?”.
“Ya nggak lah, lagian aku juga nggak terlalu deket sama dia dan dia pun jutek banget gitu, bahkan aku jarang banget ngobrol sama dia”. Jawabku.
“kamu nggak bohongkan?” Tanyanya meyakinkan.
“Ih apa sih kamu, masa iya aku bohong sama teman sendiri. Apalagi tentang lelaki yang kamu suka”. Jawabku tenang.
“Tapi awas aja kalau kamu sampai suka sama dia”. Balasnya dengan alis yang agak diciutkan.
"kamu tenang aja, aku bukan tipe teman yang makan teman kok" Jawabku meyakinkannya.