Keesokan harinya
Waktu anisa mencoba mendekati hilman, hilman selalu membuat kesan yang menyakitkan dan mengecewakan buat anisa. Entah karena apa dia memberi tanggapan yang hingga membuat anisa sampai terkadang menangis ketika setelah mencoba mendekatinya. Apa mungkin karena hilman tidak suka dengan sikap anisa yang agak kekanak-kanakan atau karena ia menyukai orang lain. Sebagai temannya, aku hanya dapat memberinya nasihat, karena kalau ingin marah kepada hilman pun aku ini siapa, walaupun kami sekelas tapi aku tidak begitu dekat dengannya. Apalagi kalau lihat mukanya itu selalu saja membuatku kesal dan malas untuk berbicara dengannya. Berbeda dengan anisa, dia sudah kenal dan dekat dengan hilman semenjak masa Masa Orientasi Siswa (MOS), bahkan dulu dia sempat diantar pulang olehnya dan mereka pun saling curhat satu sama lain, jalan-jalan bareng dan melakukan hal lainnya selayaknya teman dekat yang kenal dari dulu. Tapi kini semuanya hanya tinggal kenangan bagi Anisa. Aku tahu semua tentang Anisa dan hubungan dekatnya dengan hilman, karena Anisa sendiri yang bercerita kepadaku, memang Anisa itu orangnya terbuka, semua ia ceritakan tanpa terlewati. Sebenarnya aku merasa bersalah pada Anisa. Karena diam-diam aku tahu bagaimana perasaan hilman saat ini, memang benar hilman saat ini sedang menyukai orang lain tapi bukan Anisa, melainkan aku. Iya, itu yang aku rasakan setiap kali jarak diantara aku dengan hilman begitu dekat. Seakan aku tau isi hati hilman seperti apa, dia begitu menyukaiku tapi sikapku yang membuat dia bingung dan serba salah dalam melakukan sesuatu yang dapat menarik perhatianku. Menurutku itu bukan sebuah tebakan dariku, atau sekedar menduga-duga, atau ke GR-an melainkan aku benar-benar merasa kalau hilman sedang menyukaiku.
Sering kali anisa bercerita kepadaku, bahwa dia rindu masanya dengan hilman yang seperti dulu, dia merasa bahwa akhir yang seperti ini adalah salahnya, salahnya karena ia menyimpan rasa cinta untuknya, sedangkan hilman tidak tahu soal perasaan Anisa yang sebenarnya, maka dari itu Anisa menyesalinya. Menurut nisa yang pernah ia katakan padaku, "mengapa tidak dari dulu aku jujur dengan perasaanku kepada hilman. Andai saja aku bisa jujur tentang perasaanku kepadanya, mungkin jarak ini tidak akan ada diantara kami" perkataan nisa yang pernah diceritakan selalu ada diingatanku.
Aku selalu dihantui dengan rasa bersalahku, bagaimana perasaan Anisa ketika ia tahu bahwa hilman menyukaiku, dan akupun mengetahui hal itu. Pasti dia akan marah denganku, pasti dia akan menjauhiku mungkin akan memusuhiku. Itu sebagian dugaanku, ketika ke khawatiranku itu terjadi.
***