"Aduh, basah tau." rok sekolahku terkena tumpahan minuman air es . Langsung ku kibas rokku agar tidak terlalu basah dan sedikit mengering
"Maaf. Maaf, aku gak sengaja."
"Lain kali hati-hati dong" setelah ku lihat wajahnya. Ternyata dihadapanku ini adalah laki-laki aneh yang menyebalkan. "Kamu. Kenapa sih kamu tuh selalu buat aku kesal, buat aku marah, aku tuh benci sama kamu. Heran saya sama kamu, kita kan gak saling kenal terus kenapa kamu melakukan semua ini kepada saya?" penuh dengan amarah.
"Kenalin nama aku maulana" dia mengulurkan tangannya. Aku tepis uluran tangannya. Karena aku terlanjur kesal dan marah. "Terserah nama kamu siapa. Yang jelas kamu tuh laki-laki aneh dan menyebalkan." Karena masih terbawa emosi, aku tidak memperdulikan dia dan aku langsung pergi dari hadapannya.
"Tunggu!" Langkahku pun terhenti. "Apa? Kamu belum puas lihat aku menderita seperti ini hah? Kamu pikir ini sebuah lelucon? Lihat rokku basah gara-gara kamu. Apa ini nggak membuat aku malu ? Malu banget tau. Aku tuh benci sama kamu." masih terbawa emosi, emosi yang kian memuncak. "Aku minta maaf, kalau kamu mengizinkan aku bisa bantu kamu. Bentar lagi bell masuk berbunyi, aku mau kamu ikut aku dulu sebentar saja"
"Aku gak mau ikut kamu, kamu itu jahat. Semua ini salah kamu, kamu sengaja menumpahkan minuman es itu ke aku, kamu jahat" ku lontarkan kalimat itu ditelinganya dengan penuh emosi. Lalu ku dorong tubuhnya itu. Entah dari mana air mata itu keluar, tiba-tiba saja air mata itu menetes dihadapannya. Mungkin saja karena aku sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan dia, laki-laki rese dan menyebalkan. "Kamu jangan nangis, aku gak ada maksud bikin kamu menderita, apalagi lihat kamu meneteskan air mata seperti ini. Sekali lagi saya minta maaf. Saya kan sudah minta maaf sama kamu, masa gak dimaafkan. Bukannya agama islam mengajarkan umatnya untuk saling memaafkan." kata dia yang berusaha untuk mendapatkan kata maaf dariku. Dan berusaha menenangkan ku. "Aku mau maafkan kamu, kalau kamu mau bantu aku untuk rokku yang basah ini. Menurut kamu aku harus gimana? Apa aku izin untuk pulang ke rumah saja?"