Aku tak berkutik. Aku merasakan nyaman dalam dekapannya. Aku merasa disayang, dilindungi dan berbagai rasa hangat muncul dalam dada.
Oh Tuhan aku jadi bego. Sesekali Bang Samudra tersenyum memandangku. Aku terus saja hanyut mengiringi langkahnya sampai aku sadar kami sudah kembali ke halaman restoran di mana mobilnya diparkir. Mungkin ada setengah jam kami berjalan.
"Abang antar kamu pulang."
🐦
Semalaman aku tidak bisa tidur. Aku belum berani bicara sama keluargaku tentang pernyataan cinta Bang Samudra. Aku saja belum tahu bagaimana rasa hatiku. .
Sore hari besoknya, aku mendapat telepon dari Mami Sofi. Mami minta aku menginap di rumahnya, sebentar lagi supir datang menjemput. Aku tak punya alasan untuk membantah.
Ketika tiba di sana, Sofi menarikku ke kamarnya.
"Plita, heii . . . kalian semalam kemana aja? Kau sudah mau dipinang?" Sergap si Sofi.
"Sofiiii aku bingung, aku ga ngerti kok Bang Sam bilang cinta?"
"Hahhh ha ha ha hah." Sofi ngakak.
"Pelita, sini ikut Mami. Sofi kamu pasti lagi godain Pelita kan? Kamu Sofi di kamar saja, jangan ganggu."
Kami duduk berdampingan di sofa ruang keluarga. Mami mengelus punggungku dan berkata lembut.
"Nak, apa yang ada dalam pikiranmu tentang Samudra?"
Aku panas dingin, bingung, hampir menangis.
"Mami, aku orang desa, orang tuaku tak berpangkat. Hidup kita berbeda. Aku takut tak sesuai. Aku tidak mau keluargaku jadi hinaan."
Mataku memanas, titik air mata menetes.
"Lupakan semua itu, tanya hatimu, apa Pelita suka sama Samudra?
Aku memandang mami dengan mata yang masih basah. Mami menghapus air mataku dengan jarinya.
"Sayang,. . . jawablah!"
"Kalau suka ia sih Mam!"
Cihhuuuy teriak Sofi, dia menguping. Mami mencium keningku.
"Pelita mau ya jadi anak Mami."
"Iya Mami." Aku langsung setuju, tanpa pikir panjang maksudnya.
"Anak bujang Mami mencintaimu! Kami akan ke desa menemui orang tuamu ya."
OOOOHHH ???????
🐦
Semua anggota keluarga sudah duduk di meja makan. Aku di dudukan di samping mami. Bang Samudra di depanku.
Selama acara makan berlangsung aku tidak berani mengangkat wajahku. Mereka semua senyum-senyum, terlebih si Sofi. Dia menyebutku kakak ipar. Papi memanggilku menantu. Adduh maaak, aku mau pulaaang.
🐦
Dua hari sebelum Bang Samudra berangkat tugas, aku resmi jadi tunangannya.
Papi meminta pada ayah agar aku dibolehkan tinggal bersama mereka. Awalnya ayah keberatan karena kami hanya bertunangan, belum muhrim. Setelah papi menjelaskan bahwa tunanganku tidak tinggal serumah, ayah mengizinkan.
Aku cabut dari rumah kos dan tinggal di rumah calon mertua.
Sejak itu kami mulai pacaran, jarak jauh. Sehari dua kali saling kirim kabar.
Aku mulai merindukannya. Oh Samudra, akankah cintamu untukku seluas Samudra? Aku mulai hanyut dengan rayuanmu. Ombak cintamu menghempasku ke pantai harapan.
Bang Sam hanya akan pulang di akhir tahun. Bang Sam memintaku untuk menikah dalam masa cutinya.
Kedua keluarga kami setuju tapi bagaimana dengan kuliahku?
Ketika hal itu aku tanyakan pada mami. Santai aja Mami menjawabnya.
"Tidak apa Pelita tetap kuliah seperti Sofi. Waktu liburan aja nanti ikut suami.
Maka menikah lah aku dan siap untuk ditinggal tugas oleh suami. Setelah kami menikah suami hanya akan datang setahun sekali, berarti tahun depan baru jumpa lagi. Mammmiii gimana kalau aku rindu?
Rencananya, liburan semester nanti aku dan Sofi akan menyusul suamiku. Ada waktu dua mingguan.
Itu rencana kami sebagai manusia, ada rencana Tuhan yang lebih baik untuk kita. Sebulan setelah keberangkatan suami, aku mulai muntah-muntah. Aku dibawa ke dokter, benar aku hamil, sudah masuk empat minggu.
Dalam tri semester pertama kehamilan, aku letoi, tak ada selera makan. Mami mengurusku seperti ibuku sendiri. Ketika mami melihat ku menangis sendirian di kamar, mami malah ikut menemaniku tidur di kamarku, meninggalkan papi sendirian di kamarnya.
Kudengar mereka berdua bicara.
"Pelita masih sangat muda, menikah, hamil, terus ditinggal suami, jauh dari orang tua tempatnya bermanja. Mami mungkin tidak akan sanggup seperti dia."
"Pelita, Nak, kalau ingin apa-apa bilang sama Mami dan Papi ya. Kami ini sama dengan ayah ibu di desa, kami tempatmu bermanja."
Aku memeluk mami, menangis dalam dekapannya. Sudah dua hari aku ingin makan cireng dan es leci. Aku tidak berani meminta. Tapi saat ini aku tidak tahan lagi.
Sekarang pukul delapan malam, aku minta cireng dan es leci. Mertuaku mengerahkan semua orang di rumah untuk memenuhi keinginan ngidamku. Dua puluh menit kemudian pesanan datang, masih harus digoreng lagi. Malam itu aku makan dua porsi cireng ditemani oleh Mami mertuaku. Maluku pun hilang saking ngilernya.
👶
Seminggu lagi akan melahirkan, suamiku tiba-tiba pulang. Aku bahagia sekali, rasa takut menunggu saat melahirkan sedikit berkurang.
Sebagaimana yang diperkirakan dokter, seminggu kemudian aku melahirkan seorang putri cantik, kami memberinya nama Biuty Pery.
Bang Samudra sudah kembali ke tempat tugas, tapi sekarang ada ibuku dan ayah yang baru datang dari desa. Mereka hanya beberapa hari bersama kami. Berat bagi mereka meninggalkan cucunya tapi mereka juga punya tugas di desa.
Aku mulai aktif lagi ke kampus. Aku harus dapat menyelesaikan kuliah dalam masa study empat tahun. Aku penerima beasiswa jadi ga boleh lalai lagi.
Selama aku kuliah, urusan merawat bayi diambil alih mami dan babysitter. Mami memintaku fokus saja pada usahaku menyelesaikan studyku.
Biuty juga bukan anak yang rewel meski sering kutinggal. Tapi mami lah yang sekarang hilang kemerdekaanya. Waktu santainya disita oleh cucu. Ohhh Tuhan bagaimana aku harus bersyukur atas semua nikmat ini? Alhamdulillah.
Ketika aku lulus kuliah sebagai sarjana arsitektur, Bang Samudra pun dipulangkan dari tempatnya bertugas di daerah terpencil.
Kini kami telah berkumpul, mertuaku tak mengizinkan kami pindah rumah. Aku juga bersyukur sangat disayang oleh mertua dan iparku.
Aku juga diizinkan bekerja mengembangkan ilmu yang kuperoleh dengan penuh perjuangan.
Bersama dengan beberapa teman, aku buka kantor di rumah, kami menjalankan usaha konsultan interrior. Sofi tidak ikut serta karena dia mau studi lanjut ke program S2.
Aku bangga bisa menikmati kebahagian hidup bersama orang-orang yang penuh cinta dan kasih sayang.
Saudaraku semua, kasih sayang itu bisa kita tumbuhkan dengan upaya dan niat saling membahagiakan.
🐼
Jadilah menantu yang baik dan kalau sudah jadi mertua, jangan jahat ya.
Moga semua happy.
11kcptrl
120121
#Sinar_Fajar KBMapp
Cerpen ini telah saya kembangkan lagi menjadi sebuah Cerbung dengan judul yang sama. Silahkan mampir.