Naomi tiba di rumah Imam dua puluh menit kemudian.
Selama lima menit ia hanya termangu di depan pintu, ragu memencet belnya. Namun, demi hati yang masih berharap akan cinta, Naomi akhirnya memberanikan diri menekan tombol dengan logo lonceng yang menempel pada salah satu kusen.
Deringan hasil tekanan benda bulat itu terdengar beberapa kali.
Gadis itu mendadak gugup ketika suara sandal sayup-sayup tertangkap telinga. Pintu pun terbuka, menampakkan wajah seorang wanita paruh baya yang menatapnya dengan pandangan cukup terkejut.
“Selamat sore, Mbok Sum. Apa Imam di rumah?”
Wanita paruh baya yang sudah Naomi kenal itu mengangguk. “Ada, Mbak. Mari masuk, saya panggilkan Mas Imamnya.”
Naomi mengangguk takzim dan mengikuti intruksinya. Ia duduk memangku sling bag sambil menahan gelisah yang mulai menyerang.
Ini untuk pertama kalinya gadis itu akan bertemu si mantan setelah putus beberpa waktu lalu.
Naomi mengigit bibir bawah sambil mengernyit khawatir. Sepertinya ia terlalu gegabah. Apakah yang ia lakukannya ini sudah benar? Bukankah ia sendiri sudah tahu Imam tidak mencintainya, lalu mengapa harus datang ke tempat ini?
Sepertinya aku sudah gila!
“Naomi?” Suara bariton itu mengalihkan pikiran Naomi.
Gadis berjilbab cokelat susu itu mendongak dan tubuhnya langsung berdiri tegak. Ia sempat tergagap, bingung ingin memulai dari mana …
Tak lama kemudian, wanita paruh baya tadi kembali ke tengah-tengah mereka, memecah kegugupan yang sempat melanda gadis blasteran itu.
“A-ada yang ingin kukatakan padamu.” Naomi menunduk malu.
“Duduklah, kita bisa bicara sambil minum teh …” Imam mendaratkan tubuh pada sofa empuk yang berseberangan dengannya.
“Silakan, Mbak!” Mbok Sum tersenyum kecil.
“Terima kasih, Mbok,” balas Naomi manis.
Usai Mbok Sum pergi, keheningan kembali menyela. Jemari Naomi menjalin satu sama lain sedangkan jantungnya tak henti berdebar cemas. Sulit sekali mengawali percakapan ketika mereka sudah putus hubungan.
“Minumlah,” ujar Imam kemudian cepat-cepat menyeruput minuman sendiri untuk menutupi kecanggungan yang sedang dirasakan.
“Aku hanya ingin memastikan sesuatu ...” Naomi memberanikan diri menatap sosok yang pernah mengisi hatinya itu.
“Tentang?”
Naomi tidak langsung menjawab. Ia menarik napas sejenak dan mengembuskannya pelan. “Tentang wanita yang bersamamu waktu itu …”
“Maksudmu, Dita?” Kening Imam berkerut.
“Ya.” Naomi mengangguk pelan. “Apakah … kau ayah dari anak yang dikandung wanita itu?”
Imam terkesiap. Keningnya berkerut, menandakan kalau sedang berusaha mencerna pertanyaan Naomi mati-matian.
“Selama kita bersama dulu, apa kau pernah menghianatiku?”
Pertanyaan Naomi semakin memperdalam kerutan di dahinya. “Tunggu … Aku tidak tau kamu sedang membahas apa?”
“Tentu saja tentang kehamilan Dita. Apakah kau yang menghamilinya?” Naomi was-was menanti jawaban Imam. Bila lelaki itu memang ayah kandung dari anak yang dikandung Dita, maka sudah dipastikan Naomi tak akan lagi mengharapkan Imam.
“Kamu ini ada-ada saja … Dita belum pernah hamil, Naomi.”
“Tapi aku pernah menolongnya ketika dia mau melahirkan.” Naomi mengingat jelas peristiwa itu, ketika sedang dalam perjalanan ke bandara, ia menemukan seorang wanita yang tergeletak tak sadarkan diri dalam keadaan hamil besar.
Ia sangat yakin kalau itu Dita, cinta pertama mantan kekasihnya. Naomi sendiri yang mengurus administrasi dan membayar biaya persalinannya di Rumah Sakit Sardjito.
Gadis itu tidak sempat menemani Dita sampai bayinya lahir karena Naomi harus bergegas agar tidak ketinggalan penerbangan.
Tiba-tiba Imam tersenyum miring dan menggeleng-gelengkan kepala. “Aku tau kamu sangat terobsesi padaku, Naomi. Tapi jangan menggunakan cara licik untuk menfitnah Dita agar aku meninggalkannya.”
Pernyataan itu seolah menikam dada Naomi. Ia merasakan tusukan yang begitu kuat karena Imam menganggapnya demikian. Dengan padangan penuh luka, ia hanya bisa menatap lelaki itu hampa. Bagaimana bisa Imam yang ia kenal baik selama ini berkata seperti itu?
Naomi menyesal. Seharusnya ia tidak pernah datang. Seharusnya ia mengikuti nasihat Rara untuk melupakan Imam. Bukankah kehadiyannya di tempat ini malah mempermalukan dirinya sendiri?
“Terima kasih karena kamu sudah menyayangiku selama ini, tapi maaf … aku tetap memilih Dita,” tambah Imam lagi.
Menyadari penjelasan apa pun yang akan ia berikan pada Imam akan sia-sia, akhirnya Naomi beranjak dari tempat duduk. “Maaf, sudah mengganggumu,” lirihnya dan berbalik pergi.
Setelah tubuh gadis itu melewati pintu gerbang, diam-diam wanita yang sejak tadi menguping pembicaraan mereka menghela napas lega. Dita akan memastikan gadis berdarah Jepang itu tak akan kembali ke sisi Imam.
Naomi menatap rumah besar itu sekali lagi. Hatinya kembali didera sakit yang menyiksa karena tak bisa menggapai cinta yang diinginkan.
Tekadnya sudah bulat. Ia akan pulang ke Jepang lalu menerima tawaran perjodohan orang tuanya yang selama ini mati-matian dihindari.
***
Di part ini saya akan mengenalkan sebagian kata bilangan dalam bahasa Jepang.
Satu : ichi
Dua : ni
Tiga : san, dibaca sang.
Empat : shi/yon
Lima : go
Enam : roku
Tujuh : nana/sichi
Delapan : hachi
Sembilan : kyuu/ku
Sepuluh : jyuu
Lalu bagaimana kalau kita mau baca angka lebih dari sepuluh?
Misal 11 = 10 1 = jyuu ichi > jyuu ichi
20 = 2 puluh (dari sepuluh) = ni jyuu
21 = 2 puluh 1 = ni jyuu ichi
30 = 3 puluh =san jyuu
Kalau ratusan “hyaku”
100 : hyaku
200 : ni hyaku
300 : sanbyaku (pengecualian)
400 : yon hyaku
500 : go hyaku
600 : roppyaku (pengecualian)
700 : nana hyaku
800 : happyaku (pengecualian)
900 : kyuu hyaku
Kalau ribuan “sen”
1000 : sen
2000 : ni sen
3000 : san sen
4000 : yon sen
5000 : go sen
6000 : roku sen
7000 : nana sen
8000 : hassen (pengecualian)
9000 : kyuu sen
Kalau puluhan ribu “man”
10.000 : ichi man
20.000 : ni man
30.000 : san man
40. 000 : yon man
50.000 : go man
60.000 : roku man
70.000 : nana man
80.000 : hachi man
90.000 : kyuu man
100.000 : ambil sepuluhnya, jyuu man = jyuu man
1.000.000 : ambil seratusnya, hyaku man =hyaku man
10.000.000 : amibl seribunya, sen man = sen man
100.000.000 : ichi oku
1.000.000.000 : ambil satunya, ichi oku = ichi oku
Untuk penyebutan lain saya kasih contoh :
- 450 : 4 ratus 5 puluhan = yon hyaku go jyuu
- 4500 : 4 ribuan 5 ratusan = yon sen go hyaku
- 45.000 : 4 puluhan ribu 5 ribuan = yon man go sen
Catatan : dalam bahasa Jepang, kata berakhiran –n biasanya dibaca –ng. Misalnya 1.000/sen = seng.
Nah, mulai dihapal, ya …