Si Gadis Menyebalkan
Gerakan tangan Arga terhenti ketika matanya yang memicing ke lensa menangkap sosok gadis berjilbab yang menghalangi objek fotonya.

Ia pun sedikit menggeser tubuh ke kanan, memfokuskan kamera lagi lalu mendesah kesal. Sosok itu masih tertangkap lensa, membuat Singapore Flyer berserta deretan gedung pencakar langit di sampingnya terhalang.

Arga mengedarkan pandangan, mencari titik yang dirasa bisa memenuhi keinginannya. Akan tetapi, Merlion Park sangat ramai sehingga ia tidak bisa menemukan celah. Hanya di tempatnya berdiri sekarang titik paling cocok untuk membidik lingkaran besi itu.

Melangkah mendekat, Arga melihat kedua bahu gadis itu berguncang pelan. Tangannya mengusap-usap cairan bening dari hidung dengan ujung jilbabnya. Kening Arga pun mengernyit risih. Ternyata, di tempat seramai ini masih ada orang tak tahu malu menangis sembarangan, ingusan pula.

Ia pun memilih mundur, khawatir akan terkena cipratan ingus wanita itu. Ia juta tak ingin orang-orang mengira dia temannya. 

“Nyonya memanggil Anda, Tuan!” ucap Geo - asistennya ketika Arga baru saja membidik si patung singa. Bosnya itu tidak menyahut, malah mengarahkan kamera ke sudut lain dan terdengar bunyik klik beberapa kali. 

Geo tidak berani mengganggu kesibukan Arga, tapi dia juga takut diomeli Nadia jika tuannya itu sampai telat pulang.

“Tuan, Nyonya menyuruh Anda pulang.” Sekali lagi Geo mengingatkan.

Arga mendesah dan menatapnya sebal. Tanpa mengatakan apa pun ia berlalu dari hadapan Geo yang langsung diikuti pria itu di belakang.

*** 

“Sayang, ke sini bentar!” ucap Nadia girang ketika Arga baru saja membuka pintu apartemen. 

Pria itu tidak menjawab, pun tidak membantah perintah sang mama. Ia mendekati wanita itu dan duduk di sampingnya.

“Liatlah, cantik, kan?” Mamanya menunjuk seorang wanita di sebuah postingan instagram. Wanita berjilbab navy yang berdiri di antara dua orang yang terlihat seumuran dengan orang tuanya.

Arga melirik malas dan tidak memberikan komentar apa pun.

“Dia yang akan menjadi calon istrimu,” ucap Nadia terang-terangan.

Arga sama sekali tidak kaget. Akhir-akhir ini mamanya getol membicarakan tentang pernikahan. Sudah pasti untuk menyindirnya yang tak kunjung membawa calon ke rumah. 

Sejak remaja, hidup Arga selalu diikat oleh aturan. Mulai dari di mana ia harus bersekolah, dengan siapa ia bergaul, pun sampai di mana laki-laki itu jajan. Masa sekolahnya tidak sama seperti remaja pada umumnya yang cenderung bebas berekpresi.

Hampir setiap waktu Arga disibukkan dengan belajar karena harus menggantikan ayah angkatnya memimpin perusahaan. 

Ia sosok yang tidak terlalu ramah, tapi suka sekali mengkritik bila ada sesuatu yang mengusiknya. Banyak wanita terpesona padanya tapi takut mendekat.

Jika boleh memilih, Arga tidak ingin mewarisi bisnis ayah tirinya itu ... Ia lebih suka berkelana dengan kamera. Cita-cita lelaki itu ingin menjadi seorang fotografer professional dan membangun perusahaan sendiri yang bergerak di bidang yang ia suka.

“Dia anak sahabat Mama, Naomi namanya. Mama sudah membicarakan dengan ibunya untuk menjodohkan kalian, dan Tante Sarah sangat setuju.” Mama menjelaskan. “Dia anak baik, kamu akan bahagia memilikinya.” 

Nadia memberenggut ketika Arga tidak memerhatikan. Pandangan putranya itu lurus ke arah tivi sedangkan mulutnya sibuk mengunyah keripik kentang. 

“Kamu nggak ndengerin Mama, Ga?”

Kali ini Arga menoleh. “Denger, kok!” ucapnya lalu menatap tivi lagi.

Terdengar******panjang dari Nadia. “Mama ingin kamu mendapat pendamping yang baik untuk masa depanmu, jadi Mama mohon jangan menolak Naomi, ya?”

Selalu saja begitu. Untuk kebaikan masa depan yang dijadikan alasan, padahal Arga sendiri yang lebih berhak memilih calon istri untuk dirinya.

Terdengar suara pintu depan terbuka. Mama langsung berdiri, menyambut ayah tirinya pulang. Untuk sejenak Arga bisa bernapas lega, namun pandangannya berubah tajam dan wajahnya mengkaku. Semua ini gara-gara si******Naito. 

Jika saja pria itu bisa diandalkan, tentu Arga tak akan capek-capek mengantikan posisinya menjadi tahanan perusahaan. Ia bisa bebas pergi ke manapun, memilih jalan hidupnya sendiri tanpa ada campur tangan orang tua.

“Bagaimana kerjasamamu dengan Takeda San hari ini?” tanya Hiroshi Naoki ketika tiba di ruang tengah. 

“Tidak ada masalah.” Arga menjawab singkat.

“Jangan sampai kau gagal mendapatkannya!” tegas Hiroshi seolah Arga akan membuatnya bangkrut kalau tidak mendapatkan kerjasama itu.

Arga malas meladeni orang tua itu dan memilih pergi. “Ga, nggak sopan ninggalin Papamu yang belum selesai ngomong!” Mamanya kesal tapi Arga tak peduli.

Ia masuk kamar, menyalakan laptop, dan memindahkan foto-foto yang sempat ia tangkap ke folder khusus. 

Arga mengecek hasil bidikannya satu per satu. Ia mengklik tombol panah ke kanan pada keyboard sambil tersenyum tipis karena puas dengan foto-fotonya.

Namun, tiba-tiba dahi pria itu mengkerut saat mendapati foto seorang wanita yang diperlihatkan mama tadi terpampang di monitornya sekarang. 

Ternyata, gadis ingusan itulah calon istrinya …

*** 

Setelah urusan bisnis di Singapura selesai, Keluarga Hiroshi bertolak ke Jepang. Selama tinggal di rumah mereka, Arga tidak pernah bertemu dengan Naito.

Naito menyewa apartemen sendiri dan jarang pulang. Hubungan dua orang tak sedarah itu memang dingin sejak orang tua mereka menikah.

Masih terekam jelas dalam ingatan Arga ketika Naito dengan seenaknya mengatakan Nadia wanita murahan. Sesuatu yang tak bisa dimaafkan olehnya hingga sekarang. Jika saja saat itu mamanya tidak menghalangi, sudah pasti Arga mencabik-cabik wajah Naito yang sok ketampanan. 

Dua tahun tinggal seatap dengan pria itu, membuat mamanya menderita. Arga sering melihat Naito berlaku kasar, menghina dengan berbagai kata kotor. Mama jadi sering menangis diam-diam, tapi tidak ketika wanita itu sedang bersama papa tirinya.

Mama akan selalu tersenyum dan terlihat bahagia. Ia memilik menyembunyikan lukanya. Karena itu, Arga berjanji akan bersungguh-sungguh membahagiakan sang mama dengan menuruti apa pun maunya, walau hal itu tidak ia suka.

Arga belum sepenuhnya menerima keputusan sang mama mengenai perjodohan itu. Ia meminta waktu untuk berpikir. Baginya, Naomi adalah wanita yang tidak pantas dijadikan pendamping hidup. Meskipun manis, gadis itu terlalu kuno untuk orang sekelas Arga.

Sore cerah di Jepang menyuguhkan pemandangan spesial hari ini. Arga tidak membuang waktu lagi. Ia mengambil kamera dan keluar tanpa memedulikan peringatan Hiroshi yang menyuruhnya untuk tetap tinggal karena sebentar lagi mereka akan menghadiri pertemuan bisnis.

Arga segera menuju stasiun, melebur bersama hiruk pikuk manusia. Dengan kamera kesayangannya, ia berhasil mengabadikan setiap momen unik yang ia temui di jalanan. Senyumnya melebar ketika tubuhnya bebas dari kekangan ruangan yang hanya dihuni meja-kursi, laptop, dan berkas-berkas saja.

Pada arah tertentu, Arga tercenung melihat Naito berjalan di trotoar. Pria itu tidak sendirian. Seorang wanita berpakaian serba tertutup mengiringi langkahnya. “Naomi?” ucap Arga dengan kedua alis terangkat.

Mengetahui gadis menyebalkan itu kenalan Naito, ia tertarik mengikuti mereka, dan segera menyusul sebelum kehilangan jejak. 

Naomi dan saudara tirinya berhenti di depan sebuah bangunan mungil. Naito tampak lebih banyak bicara. Ia menarik-narik jaket Naomi dan gadis itu menginjak sepatunya sambil melotot. 

Sayup-sayup Arga mendengar Naito merayu Naomi sedangkan calonnya itu sama sekali tidak menanggapi. Sudut bibir lelaki itu pun tertarik kecil. Dengan santai Arga mengambil ponsel di saku dan menempelkannya ke telinga. 

“Halo …  Ma, aku akan menerima perjodohan itu,” ujarnya lalu menyeringai kecil. Ia sudah menemukan senjata untuk melawan saudara tirinya.

*** 

Kata Sifat dalam Bahasa Jepang

Kata sifat dibedakan menjadi dua macam, yaitu yang berakhiran –i dan kata sifat –na

- Kata sifat berakhiran – i 

Oishii (enak) bila diubah menjadi bentuk negatif – i di belakang huruf dihilangkan dan diganti dengan –kunai. Jadinya, oishikunai (tidak enak). 

Kalau diubah menjadi lampau ( ) maka oishii untuk – i di belakangnya dihilangkan lagi lalu ditambah menjadi – katta. Jadinya, oishikatta.

Nah, untuk perubahan negatif lampau, dari oishikunai, huruf i di belakang dihilangkan lalu tambah – nakatta. Jadinya, oishikunakatta.

- Kata sifa –na 

Kebanyakan kata sifat -na itu tidak berakhir dengan huruf i. Kalaupun ada itu kata sifat yang dikecualikan.

Kantan (mudah), tidak berakhir dengan huruf - i. Maka, untuk menjadikan bentuk negatif, tinggal tambah –jyaarimasen. Jadinya, kantan jyaarimasen (bentuk sopan).

Kalau diubah ke bentuk lampau, tinggal tambah –deshita. Jadinya, kantan deshita ( ).
Sedangkan negatif lampau, tinggal tambah –jyaarimasen deshita. Jadinya, kantan jyaarimasen deshita (sopan).

Ada yang mau nyumbang lagi? 
Coba ubah kata-kata sifa dibawah ini jadi bentuk negatif.
- Kawaii (lucu/cantik)
- Omoshiroi (menarik)
- Shinsetsu (ramah)