Chapter 1
Chapter 1

Pertemuan adalah takdir dan waktu yang akan menjelaskan di pertemuan-pertemuan setelahnya untuk apa kalian dipertemukan 

Tina memilih gaun untuk dipakai di malam ulang tahun sahabatnya dengan perasaan kesal. Tak ada gaun yang cocok  di lemari bajunya. Ia mencoba satu persatu gaun yang dipajangnya. Mulai dari yang berwarna merah marun hingga warna yang tidak disukainya. Mungkin seharusnya ia tak datang? ini ide gila. Rika adalah sahabatnya. Jika sampai tak melihatnya di hari jadinya, akan membahayakan persahabatan mereka.

Entah kenapa Tina merasa harus datang hari ini. Setelah melihat tumpukan baju yang berada di ranjang tatapannya kini menuju fotonya saat berdua dengan sahabatnya itu. Gadis berkulit kuning langsat dengan lesung pipi membuat senyum manis di pipinya itu kini tersenyum melihat foto yang dipasangnya, selama beberapa tahun ini. Foto itu yang membuatnya sadar bahwa pesta itu penting sekali untuknya. Karena foto itu ia harus segera menemukan gaun yang tepat untuk menghadiri acara garden party yang diadakan sahabatnya.

Awal perkenalan dengan sahabatnya itu ketika menjadi tetangga sebelah rumahnya di Bandung. Saat itu Tina masih SMP dan dia homeschooling, ayah-ibunya tak tega melihat ia pulang-pergi sendirian dari sekolahnya. Jika memungkinkannya ke luar dari rumah. Tapi karena alasan kekhawatiran itu, terpaksa ia lebih banyak di dalam rumah daripada di luar. Sejak itulah Tina jadi takut ke mana-mana sendirian. Bukan hanya itu, kemampuan beradaptasinya juga berkurang. 

Ketika melihat seorang cewek mungil memakai baju anak SMP seumurannya, dia ingin sekali menyapanya tapi Tina takut mungkin dia akan menyakitinya atau melakukan hal-hal yang di luar prediksinya.

“Hai, kamu nggak sekolah, ya?” tanya cewek mungil itu Tina masih diam di depan pagar rumahnya yang terbuka. 

“Aku … sekolah di rumah,” ucap Tina polos. 
Gadis  kecil itu hanya diam menatapnya dengan anggukan mengerti. Mungkin dia memang mengerti kalau dirinya sekolah di rumah. 

“Namaku Rika,” ucap gadis itu sambil menjulurkan tangan ke arahnya. Saat itulah persahabatan dimulai. Mereka saling mengenal satu sama lain dan mereka terikat untuk menjadi sahabat selamanya.

Tina mengingat awal mula persahabatannya, semua itu membuatnya tersenyum bahagia apalagi setelah mendengar bahwa dia akan disekolahkan di tempat yang sama dengan Rika. Ini akan semakin menarik sekali. Akhirnya Tina mulai menentukan gaun yang akan dipakainya ke acara itu. kini pilihannya pada gaun berwarna coklat berbahan satin. Gaun yang pernah dibelinya sewaktu di mal bersama ayah-ibunya kini menghiasi tubuhnya. 


Tidak kalah hebohnya dengan Tina. Valen juga merutuki nasibnya yang tak menemukan baju bersih di lemarinya. Kenapa pesta sialan itu tak datang tepat waktu. Asisten rumah tangganya memang belum selesai mencuci baju-baju yang dipakai Valen yang biasanya digunakan untuk mendatangi pesta. Undagan itu rasanya tak tepat untuk dirinya. Tapi dia harus datang untuk menghormati setiap undang yang diberikan untuknya.

Valen tahu Rika adalah adik kelasnya. Valen sudah kelas XII sedangkan Rika kelas XI dan siapa yang tidak mengenalnya di SMA Semesta? Pertanyaan itu kini tak penting lagi. Baginya dia harus menemukan setelan yang tepat untuk datang ke pesta itu. jika sampai tak datang, ia akan merasa bersalah.

Setelah melihat tumpukan bajunya berkali-kali kini matanya tertuju pada tuksedo berwarna hitam polos. Dia ingat tuksedo itu dibelikan ayahnya sewaktu di Prancis. Saat itu kehidupan keluarganya bahagia dan tidak seperti sekarang. Jika keluarganya bahagia sampai sekarang mungkin rumah ini tak akan sesepi hari ini. Bahkan di tengah kegalaunnya mencari baju yang tepat untuk mendatangi pesta temannya saja dia harus berpikir sendiri. Seandainya ada ayahnya di sini mungkin akan lain ceritanya. Seandainya ada mamanya di kamarnya mungkin akan berusaha memillihkan baju yang pantas. Semuanya hanya seandainya.

Valen membuka pintu kamarnya dan melihat ke bawah. Sepi. Tak ada siapa-siapa di rumah megahnya ini. Ia tidak kesepian sebenarnya. Bukankah sejak pertengkaran itu sepi baginya sudah menjadi teman. Dia bahkan lebih menyukai kesepian daripada keramaian yang terjadi di rumahnya. Keramaian yang membuatnya menderita selama ini.

Valen kembali melihat baju yang disiapkannya setelah menemukan apa yang menarik bagi hatinya. Kemeja warna cream dan tuksedo yang dibelikan ayahnya. Kini langkahnya siap mendatangi garden party itu. mungkin dia akan menemukan banyak kesenangan di sana.



Menghadiri sebuah acara atau semacam pesta ulang tahun bukanlah kebiasaan Tina, bukan karena kesulitan memilih dress tetapi lebih dari itu. Dia tak bisa berhadapan dengan orang banyak. Mungkin hari ini pengecualian, karena yang berulang tahun adalah sahabatnya. Ia  sulit beradaptasi dengan keramaian, karena dia terbiasa di rumah dengan fasilitas yang memadai, dan yang membuatnya tak harus keluar rumah adalah dia tidak sekolah di luar tetapi home schooling. Sehingga sekarang dia tak memiliki kemampuan beradaptasi. Jadi, yang dilakukannya selama di rumah sahabatnya adalah diam. Memandang segala yang terlihat di matanya, karena ulang tahun temannya kali ini mengusung konsep garden party sehingga taman yang tadinya biasa saja kini disulap menjadi luar biasa. 

“Tin, lo kok diem di situ sih, ke sini dong, gue mau kenalin lo sama temen-temen,” ucap Rika yang mungkin sejak tadi mencari keberadaannya. Sedangkan Tina kini masih menghadap kolam renang dan duduk di kursi kayu berwarna coklat di depan kolam tersebut.

“Ya, sebentar lagi gue ke sana,” ujar Tina yang masih memandang gemerlapan lampu di kolam itu.

Special itulah kata yang tepat untuk menggambarkan ulang tahu ke-17 sahabatnya kali ini. banyak sekali teman-teman sekolah Rika yang datang, mereka tampak bahagia. Wajah-wajah tulus mereka terlihat meski lampu taman tak terlalu terang. Tina juga ingin memiliki teman banyak seperti Rika. 

Rika malam ini tampak manis, dia memakai gaun selutut yang berbahan chiffon, rambutnya diurai dan riasannya sederhana. Gaun tanpa lengan itu tampak cantik menghiasi tubuh mungilnya. Rika benar-benar bahagia di pesta ulang tahunnya. Suara membahana terdengar dari para undangan yang menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Rika. Bahagia mungkin itu yang kini dirasakannya, mungkin karena kehadiran banyak tamu undangan yang merupakan teman sekolahnya.

“Sendiri?” tanya seseorang yang belum dikenal oleh Tina, mungkin itu teman Rika, pikirnya. 
Dia tampak gagah, laki-laki yang berumur sekitar 18 tahun itu tampak memandangnya. Lelaki yang memakai tuksedo, berwajah cerah dengan potongan rambut spike Mohawk  itu tampak keren. Tina memandang lekat ke mata itu, tak ada yang special di matanya, hanya saja dari matanyalah ia bisa melihat kepercayaan.

“Iya, gue nggak  suka keramaian,” ujar Tina. 

“Nama gue Valennatan, panggil aja Valen,” ucap Valen seraya memberikan tangan kanannya sebagai salam perkenalan.

“Tina,” balas Tina sambil menjabat tangan Valen, isyarat ia setuju dengan pertemanan itu.

Pertemuan pertama selalu indah, menyenangkan dan mengejutkan karena akan ada banyak hal yang akan membuat seseorang itu bertemu kembali. Entah dengan cara apa dan bagaimana. Tina tersenyum dan duduk di kursi bercat coklat itu bersama Valen. Sama-sama memandangi suasana taman yang penuh keramaian. 

Sementara Rika hanya memandang Tina yang duduk menghadap kolam renangnya dengan perasaan bahagia. Sahabatnya mau datang ke acaranya itu adalah sebuah keajaiban. Apalagi sekarang bersama kakak kelasnya yang seingatnya sangat terkenal di sekolahnya. Rika hanya tersenyum tanpa menghalangi perkenalan mereka. Rika berpikir itu adalah awal yang baru untuk sahabatnya. 


Kamu adalah orang yang ingin kubahagiakan selain keluarga
seseorang yang ingin selalu kuceritai segala isi hati
meluangkan waktu bersama
merenda hari-hari gembira
meski tak indah
walau tak sempurna
kamu selalu bisa membuatnya bergelimang ceria
dengan caramu
:sahabat

(*) 

Terima kasih sudah membaca 
Bantu love, subscribe, dan komentar ya😘

Komentar

Login untuk melihat komentar!