Kenalan sama si Neneng
PoV Neneng

Hal apa yang paling menyesakkan dalam hidup?

Salah satunya adalah ketika diundang ke nikahan teman sebaya dan masih sendirian alias jomlo. Setiap kali melihat orang jalan bergandengan tangan, hati ini periiih, sakiit, dan jiwa jomlo meronta ingin diakhiri, apalagi lihat orang bersanding di pelaminan, bisa nggak tidur saking sedihnya ngebayangin malam pertama yang bikin deg-degan. Astagfirullah otak, kamu suka traveling deh!

Aku ini cantik, tapi masih kalah cantik sama cewek lain yang penampilannya aduhai. Setiap kali bertemu cowok ganteng, belum apa-apa aku udah gemeter duluan, pas dia ngajak salaman, aku malah kebelet ingin buang air kecil dan akhirnya saat kembali cowok itu menghilang tanpa mau lagi bertemu. Selalu begitu, entah sudah berapa kali teman atau keluarga mengenalkan pada lelaki dan kejadian sama terulang lagi.

Huaaa ... sifat pemalu ini mendarah daging, susah buat diilangin. Bukan cuma diledekkin temen sebaya akibat masa jomlo yang belom nemu kapan hilal buat diakhiri, Mama ikutan gedek liat aku yang tiap malam minggu cuma nangkring di kamar olangan. Nyesek, Gaes ....

Kata Mama dulu pas aku mau lahir, jiwa pemalu itu udah muncul, sampe bidan yang bantu lahiran kesel gara-gara aku keluar masuk, gituu aja teruus, untung bisa hidup juga. Hikz.

Sampe sekarang rasa malu dan tak percaya diri itu melekat kayak lem, susaaah lepaas, padahal kata orang aku cantik, tapi kenapa nggak pernah pede ketemu cowok ganteng? 
Tuhan ... berikan aku hidayah, sungguh jomlo ini menyiksaku. Aku udah gatel pengen nikah!

"Neneeeng ... buruaaan! Katanya mau ke kondangan, kenapa jam segini belum keluar kamar juga?" teriak Mama di luar kamar.

"Iya, Ma. Bentar lagi."

Lalu aku dengar langkah Mama yang sepertinya mulai menjauh dari pintu kamar.

Sudah satu jam aku duduk terpekur di depan cermin, menatap bayangan diri yang sudah mengenakan make up dan tampil cetar membahana, pakaian yang aku kenakan juga tak kalah cetar, gaun panjang berwarna merah muda. 

Namun, tetap saja aku tidak percaya diri untuk keluar dari kamar apalagi pergi ke kondangan. Kulirik jam yang di ponsel, seketika mataku membelalak. Gawat, telat!

Teman-teman pasti sudah nunggu, aku harus segera pergi. Dengan mengucapkan bismillah, hamdalah, astagfirullah dan sebagainya aku pun bergegas dan memberanikan diri untuk berangkat.

Kompraaaang ....

Panci yang tengah Mama pegang di dapur terjatuh begitu aku datang untuk pamit, mata Mama membulat seakan dia habis melihat hantu siang hari.

"Neneng, ini kamu?" tanya Mama.

"Bukan, Ma. Ini Song Hye Kyo."

"Kok, tumben cantik?"

"Siapa?"

"Ya, kamu. Mama, kan, lagi ngomong sama kamu Neneeeng ...."

"Aku? Aku cantik, Ma? Serius? Miapah?"

"Hmmm ...."

"Beneran, Ma, aku cantik?" 

"Kagaaak ... salah ngomong tadi. Mama khilaf. Buruan berangkat, biar ceper ketularan!"

Aku tertunduk sedih, bunga-bunga harapan nemu cowok ganteng di pelaminan orang buyar sudah. Ternyata sudah dandan dari subuh, aku tetap saja nggak cantik. Aku melangkah gontai keluar rumah dan menuju tempat kondangan yang jaraknya tak jauh dari rumah.

Sesampai di sana, aku sedikit tersenyum karena melihat teman senasib, seperjuangan, se-jomlo juga sehati. Dan berharap, kali ini ada cowok khilaf yang mau aku gebet buat jadi temen kondangan.

Komentar

Login untuk melihat komentar!