Aku mondar-mandir tak karuan, sesekali memijat pelipisku yang kini nyeri.
Kulirik jam yang melingkar di pergelangan tangan. Sudah pukul 3 sore, dan aku tak tahu di mana Istriku sekarang.
Aku sudah mencarinya di penjuru tempat di rumah ini, tak kutemukan sosoknya. Ratusan kali aku mencoba menghubunginya. Dan nihil, hanya berdering tak mendapatkan respon dari seberang sana. Nela seolah acuh padaku, tak biasanya ia seperti ini, kalau aku tak ada kabar, ia sudah pasti khawatir. Dan ini tidak!
Panik, kesal, syok, marah semua berbaur menjadi satu. Sialan, siapa orang yang berani memberitahukan hal ini pada Istriku, dan lihat sekarang. Tanpa basa-basi Nela menjadikan foto perselingkuhan ku sebagai profil hampir di seluruh media sosial miliknya. Tak hanya Wa, postingan di FB nya pun mengundang hujatan banyak orang.
Ck, citraku sebagai suami setia ternodai. Sia-sia aku menjaga image di hadapan mertua dan keluargaku. Jika akhirnya tragis seperti ini, sempat ada keinginan menikahi Husna secara diam-diam. Akan tetapi kalau sudah begini, mana berani aku. Bisa-bisa aku kehilangan segalanya.
Aku menghempaskan bobot tubuhku di sofa, pikiranku kacau, menyugar rambut kebelakang, lalu meraih ponselku yang menganggur di meja. Lekas aku kembali menghubungi Nela. Beberapa spam chat dari Husna tak kuhiraukan. Yang terpenting sekarang adalah Nela.
[Sayang, Istri Mas yang paling cantik, pulang Yank, Mas nungguin kamu di rumah.]
[Kamu di mana sih Yank, Mas jemput ya?]
[Nela tolong dong ganti profil Wa kamu yang Sayang, hapus sekalian postingan kamu tuh di FB, nanti orang tua kita bisa tahu.]
[Ya Allah Nela jangan durhaka sama suami. Buruan pulang, kita bicarakan semua ini baik-baik, dengan kepala dingin. Mas bisa jelasin Yank, Mas ga ada hubungan apa-apa sama Husna.]
[Nela ... Mas malu, itu nanti bisa tersebar. Buruan ganti Yank, pakai foto pernikahan kita aja ya? Bagus kok kamu di sana cantik banget.]
[Yank balas dong, ini penting yank. Menyangkut harga diri suami mu lho ini. Nela, tolong balas chat Mas.]
Meski kesal, jari-jariku terus mengetik pesan untuk Nela, berharap ia mau membalas atau sekadar membacanya. Minimal ia tahu, kalau aku sedang panik sekarang. Tapi apa ini Ck?! Centang dua abu-abu. Nela online dua puluh menit yang lalu.
“Ahhhh, brengsek!” Aku terus mengumpat. Apa aku pergi saja ke rumah mertuaku, siapa tahu Nela ada di sana, tapi bagaimana jika mereka tahu aku telah menyakiti anaknya.
Menghubungi Mama? Tentu bukan lah solusi. Nela menantu kesayangannya, teman-teman Nela pun aku tak punya kontaknya.
Akhirnya aku memutuskan membuka aplikasi berlogo kamera, yakni Instagram. Aku mencoba mengirim pesan di sana, siapa tahu Nela mau membalasnya.
Detik berganti, bukan sepucuk harapan yang kudapatkan, malahan aku tercengang bukan main, bola mataku bahkan ingin lompat keluar. Napas ini tersengal-sengal. Untuk sesaat duniaku benar-benar berhenti berputar.
Nela memposting sebuah foto di Instagram nya 30 menit yang lalu. Dan aku tahu foto siapa itu, nampak postingan barunya di penuhi komentar. Foto aku dan Husna yang sedang makan, bahkan tak tanggung-tanggung Nela juga menyertakan video. Dimana aku sedang merayu dan bermesraan dengan Husna.
Mati kau Ali, hancur sudah karirmu. C'k, awas saja jika kamu pulang Nela. Aku benar-benar geram dengan perbuatan Istriku, di taruh di mana otaknya itu.
Next?