Grup WhatsApp Keluarga

“Hallo Nela, kamu denger Mas kan, sekarang juga kamu ganti profil kamu di Wa, dan jangan bikin status macam-macam lagi. Kita selesaikan masalah ini. Kamu cepetan pulang, Mas tungguin di rumah.”

Aku terus mengajak Nela bicara, meski respon dari seberang sana hanya diam, kadang kala Nela menyahut. Di mana ia menaruh otaknya itu, bisa-bisanya Nela pergi ke salon di saat suaminya kelimpungan mencari dirinya. Sumpah, ingin sekali aku menyeretnya dari salon sekarang, tapi sayangnya aku tak tahu di salon mana ia berada.

Aku meluapkan emosi dengan memukul setir. Dasar istri tidak berguna, apa tak bisa pulang sebentar dan mendengarkan penjelasanku dulu. Bukan malah seenaknya menjadikan foto perselingkuhanku sebagai profil Wa-nya. Mana aku baru naik jabatan, bisa modar ini urusannya. Makiku dalam hati.

“Nela ayo dong buruan pulang, Sayang. Pulang yuk, nanti Mas antar lagi kamu ke salon. Jangan kan ke salon, apa pun yang kamu minta Mas turutin.” Aku masih berusaha membujuknya, menahan amarahku agar tak meledak.

Tadi, saat aku menurunkan kaca mobil, banyak orang yang menatapku aneh, luar biasa sekali dampak media sosial, belum ada 24 jam sudah ada orang yang mengenali rupaku. Tak bisa kubayangkan nasib Husna—kekasihku sekarang, citranya di masyarakat pasti hancur karena ulah Istriku. Benar-benar Nela itu Istri gila!


“2 tahun lagi aku baru pulang Mas, sekalian bawa calon, kamu hadapi keluargaku ya.”

Aku menggeleng, bukan jawaban itu yang ku mau, tubuhku menegang sesaat, rasanya percuma bicara panjang lebar padanya, terlebih ia malah menyuruhku menghadapi keluarganya seorang diri. Belum lagi keluargaku, atau bisa jadi mereka sudah mengepung rumahku saat ini.

“Kamu udah gila, Nela! Di mana kamu taruh otak mu itu, hah! Jangan berani bantah perintah suami Nela. Dosa, Nela. Cepetan kamu hapus postingan mu di Fb, itu profil Wa juga kamu ganti, buat apa bikin begituan, mau bikin keluarga malu, hah?” omelku dengan gigi gemeletuk, wajahku sudah merah padam, napas serasa memburu, di sabari malah ngelujak. 

“Kamu kenapa sih Mas kok panik banget?” kekeh Nela tanpa dosa. Aku mengusap dada, sedari tadi ia anggap aku ini kenapa? Bertingkah seperti orang tak waras. Jelas lah aku panik, ini berakibat fatal dalam karirku.

“Ck Nela, kamu ini ya mau jadi Istri durhaka, dosa sakiti hati suami, sekarang juga kamu pulang!” pekikku menekan kalimat akhir, andai dari tadi ia mau pulang, pasti masalahnya akan selesai. Memang susah berurusan dengan perempuan, apa-apa di bikin baper. 

“Ga bisa Mas, habis ke salon aku mau ke bioskop, ada film yang pengen aku tonton,” aku menghela napas berat mendengar jawabannya, istighfar Nela, ini suamimu kamu siksa begini, kamu malah pergi ke bioskop.

“Mas ga mau tau, pokoknya kamu pulang, atau kamu share lokasi kamu sekarang, biar Mas jemput!”

“Ga usah di suruh pulang, nanti juga pulang sendiri. Udah ya aku mau shopping dulu, oh ya tadi pagi aku ambil kartu ATM mu di dompet,” imbuhnya, aku memegangi dadaku, jantungku kini mendadak hobi melompat, dan berpacu dua kali lebih cepat.

“Nela brengs*k ya kamu, di sana kamu enak-enak shopping dan kasih tontonan suami begini!” kesalku padanya. Nela tertawa pelan, tak ada amarah sama sekali. Ia begitu pandai menyembunyikan perasaannya.

“Hallo Nela, Nela jangan dulu matiin teleponnya, Mas belum selesai bicara—Aah janc*kkk!” aku menarik rambut frustasi kala Nela malah mematikan sambungan telepon sepihak. Aku belum usai berbicara dengannya. Lagi pula siapa yang memberi ide gila ini pada Istriku.

Terlepas dari itu semua, aku segera merogoh saku celanaku, lalu mengeluarkan dompet, memeriksa kartu ATM mana yang Nela ambil. Gila! Sialan! Brengs*k, Nela mengambil 3 sekaligus kartu ATM ku, ya Tuhan bagaimana ini? Mana uang di dompet tinggal seratus ribu.

Aku benar-benar stress, kuusap wajahku kasar, peluh sudah membanjiri keningku. Pikiranku kalut, aku tak bisa berpikir jernih. Tiba-tiba saja gawaiku kembali berdering, kupikir pesan dari Nela namun salah, saat kucek ternyata Nela mengirim sebuah video yang isinya aku dan Husna, ke grup WhatsApp keluargaku.

Astagfirullah, dosa apa yang pernah kuperbuat hingga mendapatkan istri bar-baran seperti ini. 

[Ali buruan pulang sekarang! Kamu apakah Mantu ke sayangan Mama. Dasar anak ga berguna, siapa yang ajari kamu jadi bajing*an!] Aku terkejut mendapati notif dari Mama. Sedangkan grup keluargaku di wa mendadak ramai. Pasti mereka menghujat ku dan memakiku layaknya sampah. Padahal ini semua salah Nela, perbuatan Nela. Jika ia mau berbaik hati tak mengumbar masalah ini ke publik, pasti tak akan viral sampai begini.

Dasar, Istri kurang ajar! Wanita sial*n! Umpatku tak tertahan.

***

Bukannya pulang Nela malah kirim video ke grup WhatsApp keluarga sih Ali, drop langsung tuh, kena mental bertubi-tubi. Mana di sebut anak ga berguna lagi. 

Next?