Asal Usul Video Dan Foto

Foto Profil WA Istriku (7)



POV Nela


Kuhempaskan tubuhku ke ranjang, lalu menerawang jauh, rasanya hari ini luar biasa melelahkan. Baru kali ini aku pegang uang hingga miliaran rupiah. Biasanya hanya sejuta, dua juta, tapi hari ini aku mencoba menikmati hidupku. Di saat suamiku sedang kalang kabut mencari istrinya yang mendadak hilang, aku malah pergi ke salon, datang ke bioskop, menyibukkan diri dengan berbelanja, bahkan aku sudah menyiapkan tiket liburan ke Paris selama dua pekan.


Rasa sakitku sudah mendarah daging. Tak bisa lagi kujelaskan lewat untaian kata saking perihnya, apa yang Mas Ali dan Husna lakukan tak bisa di perhitungkan lagi. Aku bukan orang yang suka basa-basi, kalau bisa sekali gerak langsung melumpuhkan mangsaku. Itu lah yang kupikirkan waktu itu, dan hari ini itu lah yang terjadi.


Aku tak membenarkan perbuatanku, mungkin terdengar gila, tapi nyatanya aku tak perduli dengan komentar miring orang di luar sana. Menyebar aib suami? Aku hanya menjadikan sebagai profil WA, postingan di FB dan Instagram, itu pun gambar dan videonya masih wajar. Beberapa komentar miring memang ditujukan padaku, harusnya seorang istri menutupi aib suami, dan masing banyak lagi. Hello, kalau Anda tidak bisa memposisikan di tempat orang itu, minimal tidak usah berkomentar apa pun. Karena Anda tidak merasakan apa yang orang itu rasakan. You Understand?


Ponsel yang tergeletak di sofa itu terus saja berdering, suami ku tersayang ini rupanya semakin panik, aku melihat semuanya dari layar monitor yang selalu kupantau selama 24 jam, umpatan, cacian, makian yang Mas Ali lontarkan aku mendengar semuanya. Aku memasang alat khusus perekam suara, GPS, Cctv khusus di mobilnya, di rumahku, dan di rumah mertuaku. Tak tanggung-tanggung aku langsung menguras saldo ATM Mas Ali sebelum pria itu memblokirnya. Sudah jauh hari aku memindahkan uang yang ada di ATM Mas Ali ke ATM ku, hanya saja suamiku itu terjadi naif. Intinya ia lebih memikirkan kesenangan wanita lain, ketimbang istrinya sendiri. Jadi jangan salahkan aku jika aku melakukan hal segila ini.



“Masuk aja, ga di kunci,” teriakku kala mendengar suara bel berbunyi. Aku tak tahu siapa yang bertamu, hanya saja mereka pasti sudah di periksa sebelum sampai di depan kamarku.



“Nela,” seketika aku menoleh mendengar suara itu, tak lama muncul Bella dan Nadwa di balik pintu, mereka berdua itu sahabatku, di mana pun aku berada, mereka pasti tahu.


“Sumpah deh Nela, aku kesal banget, masa tadi aku di periksa sama orang-orang di depan, terus makanan yang tadi aku beli, ga boleh kubawa masuk,” keluh Bella, wanita berambut pirang itu langsung mendaratkan tubuhnya di sebelahku, sementara Nadwa sibuk mengamati tempat ini. Matanya terus menelisik ke penjuru arah, senyum tipis timbul di bibirnya.


“Ya Tuhan Nela, apa yang ada di pikiran mu sekarang? Ali kau bikin viral, dan ini apa? Sumpah ini gila, aku selaku sahabatmu ga habis pikir! Nekat banget sih!” Aku memutar bola mata malas mendengar seruan Nadwa, aku bangun dan menyodorkan beberapa minuman ringan yang ada di nakas pada mereka.


“Ya mau gimana lagi, udah terlanjur sakit,” jawabku acuh, rasanya aku ingin tertawa jika mengingat cibiran dari Husna, wanita itu diam seketika saat aku mengirim salah satu kartu As miliknya.


“Ini kamu sewa mata-mata apa gimana, La? Banyak banget foto dan video yang kamu dapatkan, gila sih ini,” 


“Ya aku selidiki sendiri,” sahutku, beberapa detik suasana mendadak hening, mereka berdua menatapku tak percaya, memang itu kan kenyataannya. Aku tak berbohong, terserah mereka mau percaya atau tidak.


“What? ga lagi bohong kan, La? Gila kamu selidiki sendiri, ga sewa mata-mata? Jadi bukti yang kamu dapatkan ini murni dari apa yang matamu lihat?” tanya Bella, lebih tepatnya mengintrogasiku, aku menyilang kakiku, posisi kami melingkar sekarang.


“Ya mau gimana, sewa mata-mata itu juga uang, belum lagi kerja mereka yang ga bisa cepat, kalau bisa sendiri, kenapa harus nunggu orang lain,” jawabku enteng, sontak saja bendungan di mata Nadwa terlihat, ada pancaran kesedihan yang ia tujukan padaku.


“Jadi saat suami mu sedang bergulat panas, kamu ada di sana?”


Aku mengangguk, lalu bergumam. “Ya, aku ada di hotel itu,”



“Bahkan saat suamimu menyebut nama wanita lain, kamu juga dengar?”



“Iya, aku dengar semuanya,”



“Sampai kelakuan bej*t mereka, kamu juga tahu?”




“Ya aku tahu, aku ada di kamar itu, dan sembunyi di belakang sofa, ya rekam langsung,” 


Tiba-tiba saja mereka langsung memelukku, menangis sesenggukan, aku yang masih binggung hanya bisa diam mematung, aku yang menyelidikinya langsung, kenapa mereka yang menangis.




“Gila Nela, ini gila! Kamu lihat pakai mata kepalamu sendiri, suami mu bercinta sama perempuan lain, sumpah Nela mental mu kuat banget. Kalau aku ada di posisi mu, waktu itu, ga kebayang tangis ku bakalan sekencang apa,” ucap Bella memelukku erat, semua bukti yang kudapatkan ini murni dari apa yang mataku lihat, bukan rekayasa, setingan maupun editan.


“Brengs*k Ali, biad*b itu lelaki, ya Tuhan Nela, kamu kuat banget mana lagi hamil lagi?”




“Aku udah keguguran, Bell”



“Apa? Keguguran Nela? Ya Tuhan, sakit banget nj*r, aku dengar berasa pengen nangis terus, bisa-bisanya kita berdua nangis sesenggukan, dan kamu tenang begini. Nela, terbuat dari apa sih mental mu, apa Ali tahu masalah ini?” tanya Nadwa, aku menggeleng, boro-boro Mas Ali tahu aku hamil, kado test pack yang kukasih saja ia buang ke tong sampah.


Lelehan kristal di pelupuk mata Bella tumpah ruah, aku bergeming, menatap kedua sahabatku yang menangis, apa yang perlu di tangisi, toh semuanya sudah terjadi.


“Udah kenapa kalian jadi nangis sih, aku baik-baik aja, lihat nih ga ada yang lecet kan? Udah stop, hapus air mata kalian,” aku melempar tissue pada mereka, aku menyuruh mereka datang ke sini, bukan untuk menangisi nasibku, melainkan melihat tontonan yang akan segera tayang. 



“Keluarga mu udah tahu kalau suami mu selingkuh, La?”



“Ga, aku suruh mereka liburan ke Paris, nanti aku nyusul setelah masalah ini selesai,” gumamku, Isak tangis mereka belum sepenuhnya reda, biarkan saja, itu haknya bukan.


“Orang normal itu, traveling keluar negeri, jalan-jalan keluar kota, foto di bawa menara Eiffel, lah laki mu beda, La, dia coba-coba traveling ke neraka, pas kebakar marah-marah,” aku tertawa mendengar lelucon Nadwa, bahkan ia masih bisa bercanda sambil menangis.


“Udah dong jangan nangis, aku suruh kalian ke sini bukan untuk ini, tapi untuk menikmati penderitaan Mas Ali,” lirihku, mata Bella seketika mengarah ke layar monitor, aku menoleh dan mengikuti tatapannya.


“Mau kemana lakimu itu, La?” tanya Nazwa binggung, aku segera turun dari ranjang, lalu duduk bersandar pada kursi. Melihat layar monitor, aku tahu tujuannya. Biarkan saja toh itu percuma juga.




Lihat saja Mas, istri yang kamu bilang gila ini, sedang duduk sambil di temani cemilan, menyaksikan suaminya dari kejauhan. Dari tadi siang hingga saat ini Mas Ali masih nampak panik, mungkin tak lama lagi ia akan di bawa ke RSJ. Aku tak akan menemuinya sampai tujuanku selesai. Sampai mereka berdua merasakan rasa sakitku.


“Lihat aja nanti,” gumamku pelan.


“Nela benar-benar Istri ga tahu diri, kemana dia sekarang, brengs*k Nela, Istri ga tahu malu, kualanat Nela bikin suaminya sengsara begini,” Kami terdiam tatkala mendengar umpatan Mas Ali.


“Memang bener, bangs*t istrimu itu, Mas, lihat kita sekarang, dia malah enak-enakan shopping sambil habisin uang kamu, mati aja itu istrimu,” sahut Husna dengan tangan mengepal, aku tertawa mendengarnya, tak ada perasaan geram, yang ada aku malah semakin merasa tertantang untuk memancing emosi mereka. 


Aku segera mengambil gawaiku, dan menyalakannya, mengetik pesan singkat, lalu kukirim pada Husna.



[Berhenti mencaci maki saya, Husna. Kamu lupa, kartu-As mu ada di tangan saya!] Aku langsung mengirim dan memposting sebuah foto di Instagram, foto Mas Ali dan Husna yang sedang senam jantung di mobil, nampak di sana Mas Ali sangat tertekan, dan Husna pusing bukan kepayang. Setelah itu kulempar ponselku ke ranjang, membuat dua orang ini melongo. 


Mampus kamu Mas, pasti suamiku saat ini sedang panik, melihat postinganku yang tak kalah bagus dari sebelumnya. 


***


Sorry saya revisi ulang, biar enak di bacanya, bukan gue elo. Udah kejawab Nela dapat video dari mana? Santuy bener ya Nela, kira-kira apa yang akan Nela lakukan pada Ali dan Husna setelah bikin Ali di pecat, bisa-bisanya Nela kirim keluargannya liburan ke Paris, pantas Ali belum di hubungi, keluarganya lagi traveling. Nanti bakalan rame kalau pulang tahu ada huru-hara.



Semoga kalian tetap suka cerita ini, binggung saya mau nulis apa lagi. Dari jam 12 malam sampai pagi, ga dapat ide.


Next atau ga ini?