Foto Profil WA Istriku (6)
“Kamu kenapa sih Mas?” tanya Husna yang melihatku marah-marah, rasanya aku masih tak percaya, terasa bumi seisinya runtuh menimpaku. Kacau balau pikiranku, ini semua gara-gara Nela, ya, dia yang patut untuk di salahkan. Aku bahkan ena-ena baru beberapa kali, dan lihat ini azabnya luar biasa pedih.
“Mas di pecat, Husna, gimana ga marah,” lirihku frustasi, belum ada sehari penuh aku sudah kehilangan separuh dari apa yang kumiliki. ATM di ambil, foto di sebarkan, video di kirim kekeluarga, besoknya apa lagi ya Tuhan?
“Apa, Mas! Apa tak bisa menunggu sampai besok, kenapa kantor mu memecat orang malam-malam begini,” pekik Husna, ia terlihat sangat syok, wanita dengan dress selutut itu mengacak-acak rambutnya kesal. Kami berada di tepi jangan, dibaluti keheningan malam, langit kian bertambah gelap. Dan aku tak juga menemukan Nela. Ya Tuhan Nela, kenapa kamu mendadak gila sih.
“Gimana nasib kita Mas? Lihat perbuatan Istrimu. Habis sudah kesabaran ku, Mas. Aku malu, ga bisa di biarkan, sekarang juga kamu hubungi Istrimu. Biar aku yang ngomong sama dia, cepetan Mas!” pinta Husna, dengan lemas aku menyalakan kembali ponselku, beruntung baterai benda pipih ini masih separuh. Tak bisa kubayangkan jika baterainya habis, aku akan segila apa, mana Nela susah sekali di bujuk pulang.
Gegas aku menghubungi Nela, panggilan pertama tak terjawab. Aku terus berusaha menghubunginya karena ini penting menyangkut masa depanku dan Husna. Apalagi aku baru saja kehilangan pekerjaanku. Mumpung Husna belum di pecat, makanya Nela harus membuat klarifikasi. Bahkan perlu ia mendatangi kantorku, dan menjelaskan masalah ini pada Pak William, agar aku kembali bisa bekerja.
“Udah di angkat, Mas?”
“Ga, berdering terus Yank, ini kemana sih Nela,” gerutuku kesal, aku terus mondar-mandir tak karuan, kulihat Husna bahkan mengigit bibirnya saking cemasnya, bisa-bisanya Nela nekat mengumbar aib suaminya sendiri. Apa yang wanita itu pikirkan saat tahu aku selingkuh, harusnya ia marah atau melakukan apa selain ini, bukannya melakukan tindakan konyol dengan menjadikan fotoku sebagai profil. Lihat akibat dari perbuatannya, hidupku dan Husna mendadak berantakan. Keluargaku pasti menahan malu, padahal ia merupakan menantu kesayangan. Apa tak ia pikirkan perasaan Mamaku yang teramat menyanyanginya itu, benar-benar Nela, Istri yang egois.
“Coba terus Mas, sampai di angkat,” desak Husna, aku mengangguk, berharap Nela mau menerima panggilan dariku.
Kuputuskan mengajak Husna bermalam di mobil, dinginnya malam terasa begitu menusuk kulit. Aku meletakkan kopernya di bagasi, lalu menyusul Husna yang sudah duduk dengan menahan tangis.
Sepuluh kali aku mencoba menghubungi Nela, tak di jawab. Aku menekan tombol panggilan, mendekatkan gawaiku pada telinga. Kupejamkan mata, merasakan detak jantungku yang terus lompat-lompat.
“Mbak itu cantik, tubuh Mbak juga bagus, semua pakaian ini cocok sama Mbak, apalagi dress berwarna merah ini, aku yakin Mbak makin terlihat seksi, pasti banyak pria nanti yang melirik Mbak.” Tubuhku menegang mendengar suara dari seberang sana. Serasa ada ribuan batu di lempar ke hatiku. Apa-apaan ini? Nela istriku, dan aku suaminya. Apa yang sedang ia lakukan di luar sana.
“Hallo Nela, di mana kamu sekarang? Buruan pulang, Mas baru aja di pecat.” Aku berucap membuat Husna seketika menoleh, tanpa basa-basi ia merebut ponsel dari genggaman tanganku.
“Dasar perempuan gila! Ga waras! Taruh di mana otakmu itu! Cepat hapus postinganmu di FB dan Instagram ya, bikin malu suami aja!” cibir Husna, Nela tak menanggapi, ia malah sibuk dengan urusannya. Rupanya istriku itu sedang berbelanja, ia tak main-main mengatakan ingin menghabiskan seluruh saldo yang ada di ATM ku.
“He ... Wanita ga tahu diri, ga punya otak, kamu dengar kan aku bilang apa, cepat hapus postingan mu itu. Makanya jadi Istri itu ngaca, suami bisa selingkuh ya karena Istrinya ga becus urus suami. Harusnya kamu itu introspeksi diri, kenapa Mas Ali bisa berpaling, ya karena kamu ga berguna.” Maki Husna, aku terbelalak kaget mendengar lontaran kalimatnya. Bagaimana jadinya jika dua wanita ini ku pertemukan. Ahh, membayangkannya saja sudah membuatku ngeri.
“Oh ya? Memang saya harus perduli. Mbak berapa total belanjaan saya tadi?” Nela menjawab hinaan itu dengan tenang, harusnya ia sudah terpancing emosi. Tapi ini malah ia lah yang mencoba menarik emosi Husna. Nela berbicara dengan lawannya di seberang sana. Menanyakan berapa total belanjaannya, semoga tak sampai ratusan juta.
“Mas istrimu ini kurang ajar! Di ajak bicara malah sibuk belanja, Bangs*t Istrimu, Mas,” desit Husna.
Aku tak menanggapinya, dan malah fokus mendengar total belanjaan Nela.
“Total belanjaan Ibu mencapai tiga ratus lima puluh juta.” deg! Bagai ada yang meremas jantungku, aliran darah seketika membeku. Apa aku tak salah dengar? Tiga ratus lima puluh juta.
Dengan darah mendidih, aku menyambar gawai itu dan memberondong Nela dengan pertanyaan. “Nela untuk apa kamu belanja sebanyak itu? Di sini suamimu kalang kabut, kamu malah enak-enakan habisin duit.” Kesabaran ku sudah mulai habis, rahangku mengeras, jika ia ada di sini sudah kutampar dirinya.
“Ya untuk mempercantik diri lah Mas, mau apa lagi,” jawabnya tenang, Ya Tuhan terbuat dari apa hati nurani Istriku ini, tak ada rasa kasihan ya padaku.
“Mempercantik diri, cih, ujung-ujungnya di selingkuhin. Mending sekarang kamu hapus fotoku dan Mas Ali di sosmed mu. Kalau ga aku bakalan lapor polisi,” ancam Husna, kenapa aku tak kepikiran sampai sana.
“Oh ya, coba kamu lihat ponselmu, dan berpikirlah ulang, masih mau melaporkan saya ke polisi.” sanggah Nela, ia tertawa kecil, mendadak wajah Husna pucat pasi setelah mengecek gawainya. Apa yang Nela kirim?
“Kamu kenapa Husna? Apa yang Nela kirim, kenapa kamu jadi syok begini?” tanyaku bertubi-tubi, Husna menggeleng, dan memasukan ponselnya ke dalam tas, seolah takut aku melihat isinya.
“Ga apa-apa kok, Mas,” jawabnya dengan deru napas tersengal-sengal.
“Nela Mas mohon, hapus postingan mu itu, kamu bikin klarifikasi ya Sayang, demi nama baik keluarga kita.”
“Sayang kita bisa bicarakan ini baik-baik, Mas minta maaf. Kita perbaiki ya, kamu hapus postingan mu itu, demi keluarga kita Sayang. Kamu ga mau kan keluarga mu malu.”
“Tunggu dua tahun lagi Mas, nanti juga hilang sendiri.” jawab Nela, nada bicaranya terdengar tenang, bahkan sangat tenang. Seolah tak terjadi apa-apa yang harus di khawatirkan.
“Ga bisa gitu dong, Mas Ali udah di pecat, sekarang juga kamu harus klarifikasi, sebagai bentuk hormat kamu ke suami.” sahut Husna.
“Ngapain harus klarifikasi, kalau aku aja udah ga perduli.”
“Nela Mas mohon, terakhir ini aja kamu nurut sama Mas, hapus postingannya. Ganti profil kamu ya,”
“Oh intinya kamu suruh aku ganti profil, baik aku akan ganti.” Aku tersenyum kecut, lebih baik dari pada tidak di ganti. Aku akan terus membujuk Nela agar cepat klarifikasi.
Aku melongo kala melihat foto profil Nela yang baru, Nela memang menganti foto profil Wa-nya, tapi bukan foto dirinya. Melainkan fotoku dengan Husna yang sedang berpelukan, nampak jelas Husna mendekapku erat.
Ah, brengs*k, jianc*kkkk Nela!
***
Yang tanya Nela dapat video dari mana, part selanjutnya bakalan kejawab. Sabar ya besok baru part-nya Nela, kalian harus belajar caranya, semua ada langkahnya, yang penting ga panikan.
Mari berjulid rame-rame, komen ya.
Next atau ga?