Lurah Marni Hamil?

MOBIL SUAMIKU DI GARASI BU LURAH


Part : 4


Jangan lupa subscribe dan follow akun sebelum membaca yaa🥳🥳


Aku segera membersihkan tubuh, seusai dari bertemu dengan kedua orang kepercayaan yang diutus Bang Rizal tadi. Berharap penat dan gundah ikut luntur bersama guyuran air yang turun dari shower, ketika membasahi setiap inci tubuh.


Sayangnya, sejuk air hanya menyapa bagian permukaan kulit saja. Tidak mempan untuk menyejukkan hati yang penuh emosi membara. Kehidupan masa kecil yang pahit setelah ditinggal orang tua, aku pikir akan manis setelah mengarungi pernikahan dengan Mas Ramlan, yang penuh kharismatik dan tidak banyak bicara.


Kusudahi mandi dengan mengikat tali kimono handuk berwarna ungu di pinggang. 


Braaak. 


Aku tersentak mendengar suara pintu yang ditutup dengan cukup kuat. Cepat-cepat aku melangkah ke luar, untuk melihat apa yang terjadi.


Tampak Mas Ramlan terduduk lemas di tepi ranjang, seraya memegangi kepala dengan kedua tangannya.


Ada masalah apa dia, batinku.


"Ada masalah apa sih, Mas, sampai kamu terlihat stress begitu? Tadi juga kamu banting pintu kuat banget."


Mas Ramlan bergeming. Ia terus menunduk dengan memegangi kedua kepalanya.


"Mas, ditanya bukannya menjawab," tanyaku ketus. Bayangan video tak layak itu masih saja terus berputar di memori otak ini.


"Kamu bisa diam nggak?" Aku tersentak kaget, mendengar Mas Ramlan membentakku. "Suami lagi banyak masalah bukannya ditenangkan, malah direcokin."


Aku berdiri mematung. Sialnya, air mata turun tanpa izin dari kedua netra. Jujur, hati ini sakit sekali. Belum lagi hilang bayangan perselingkuhan Mas Ramlan dan Marni. Malah sudah mendapat bentakan dari lelaki bergelar suami itu.


Melihatku diam mematung, Mas Ramlan mengacak rambutnya seraya menghela napas berat. Lelaki itu bangkit dan mencoba memelukku. 


Refleks, kutolak dada bidang Mas Ramlan. Lelaki berkulit putih itu sedikit terkejut karena medapatkan penolakan dariku.


"Maaf, maaf, Elma. Aku nggak sengaja. Aku ... Aku kelepasan tadi. Aku lagi benar-benar suntuk karena-- " Tiba-tiba ucapan Mas Ramlan menggantung.


"Karena apa, Mas?"


"Aku … Aku lagi ada masalah berat yang kamu nggak bisa tahu," Mas Ramlan kembali terduduk di ranjang. Berkali-kali ia mengusap kasar wajahnya. Jika sudah begitu, ia tengah gusar dan sedang menghadapi masalah berat. 


"Ya sudah kalau kamu nggak mau cerita," pungkasku. Kuraih hair dryer di laci meja rias. Sembari mengeringkan rambut, mata tetap mengawasi gerak gerik Mas Ramlan dari cermin. Pasti kegundahannya ada hubungan dengan Marni.  Tapi, apa? Apa jangan-jangan Marni Hamil? 


Ah, tidak tidak. Aku tidak boleh berasumsi terlebih dahulu sebelum ada bukti.


Deru mesin pengering rambut, membuatku tak mendengar suara dering ponsel Mas Ramlan. Atau kah ia ditelepon. Entahlah, yang jelas Mas Ramlan mendadak melangkah tergesa-gesa ke luar kamar  dengan ponsel di telinganya. 


Bola mataku mengikuti gerak tubuhnya dari cermin. Kumatikan hai dryer dan segera membuka ponsel. CCTV di setiap sudut rumah, sudah tersambung ke gawai dan laptop. Tapi, di saat-saat begini, ponsel merupakan pilihan utama.


Satu persatu sudut rumah sudah kutelusuri dari ponsel. Tetap saja tak kutemukan sosok pria itu. Ke mana Mas Ramlan ya? 


Saat jari ini menggeser slide terakhir, kutemukan sosok Mas Ramlan di lorong kecil. Lorong tersebut adalah jalan yang menghubungkan antara taman depan menuju kolam renang di belakang rumah. Dia lupa, di sana juga terpasang kamera pengintai.


Tampak ia sangat tegang saat berbicara. Entah tengah berbicara dengan siapa.


Kubesarkan volume ponsel. Kebetulan CCTV yang terpasang tak hanya memiliki kemampuan merekam gambar saja, tapi juga suara.


"Sudah lah, jangan ganggu aku dulu. Aku sedang di rumah sekarang," ujar Mas Ramlan.


" …. "


"Nggak, aku nggak mungkin menikahimu. Bagaimana dengan istriku?"


" …. "


"Astaga, Marni. Tolong lah, ngertiin aku. Aku di posisi sulit. Kamu tahu siapa abangnya Elma kan? Kamu mau kita berdua dipecat secara tidak hormat?"


" …. "


"Ah, jangan mengada-ada kamu, Marni. Aku tahu kamu itu wanita seperti apa. Belum tentu itu anakku."


Praaang.


Gelas kaca berisi air meluncur begitu saja. Tanganku serasa lemas tak bertulang mendengar ucapan Mas Ramlan. Ma-marni hamil?



****


Terima kasih yang sudah sudi mampir. Di tunggu LOVE❤ dan ULASAN BINTANG LIMA nya ya. Biar mak othor makin semangat up banyak part😘😘