Bab 5. Melarikan diri
Pak Ihsan telah memerintahkan orang suruhannya, untuk mencari tahu tentang Munah. Dimana tempat tinggal dan bagaimana kondisinya. 

     Orang suruhan Pak Ihsan itu, sudah mendapatkan alamat Munah. Dia akan mengawasi rumah itu. 

     Lelaki itu bernama Darman, dia baru setahun bersama Pak Ihsan. Namun Pak Ihsan sudah memberinya banyak kepercayaan. Anak muda itu seorang pemberani dan amanah. Dia sering menemani Pak Ihsan dalam urusan nego atau ketika menghadapi kolega kolega yang nakal. 

    Orang terpedaya melihat bentuk badannya yang terkesan kecil dan ringkih. Namun ketika dia beraksi, orang akan melongo. Selain itu dia juga jago berorasi. 

***

   Munah tak menyangka bahwa Ruman selalu mengawasi dan membuntutinya. Sepertinya niat untuk melarikan diri akan lebih susah. 

   Namun akhirnya kesempatan itu datang juga. Menjelang Isya, saat Ruman keluar untuk membeli alkohol. Munah mulai memasukkan beberapa helai kainnya dalam kantong plastik.  
  
   "Ini kesempatan baik," pikir Munah, sebab biasanya dia akan pulang larut malam. Ruman kalau sedang punya uang akan di habiskannya dalam semalam. 

   Sama sekali Munah tidak menduga kalau Ruman hanya keluar untuk membeli rokok, di kios yang tak begitu jauh dari rumahnya. 

   Lelaki itu berjalan pulang ketika Munah baru beberapa meter melangkah keluar dari rumah. Dia menyulut rokoknya dan mulai memainkan asap. Tiba tiba dia melihat Munah berjalan menggendong bayinya. 

    "Mau kemana dia?" pikir Ruman. 

   Tiba tiba ada yang menepuk bahunya. Perhatian Ruman jadi teralihkan. 

   "Hey, Bro... bagi rokok dong," pinta Jumbri sambil cengengesan. 

   "Sialan, udah bikin kaget, malak rokok pula, nihh...!" Ruman menyodorkan bungkusan rokok. Temannya mengambil satu dan menyulutnya ke rokok Ruman yang sudah menyala. Dia menghisapnya begitu dalam, kemudian asap mengepul dari hidungnya. 

    "Bukan malak Rum, ini namanya minta," Jumbri terkekeh. 

    Mereka berjalan ke rumah Ruman. 

***

    Jantung Munah serasa mau copot, ketika melihat Ruman berjalan pulang. Tanpa pikir panjang Munah menjauhi jalan itu, dia mengambil jalan buntu ke arah kuburan. Di sana dia bersembunyi sampai di rasa aman. 

    Beruntung bayinya tidak rewel. Munah membelai kepala sang bayi, hangat. Sepertinya dia akan demam. 
Munah jongkok dan bersembunyi di belakang batu nisan yang berpagar. 

   Dia betul betul di cekam ketakutan, mau keluar dari situ, takut kepergok Ruman, bertahan di area pekuburan malam malam begini jelas bukan pilihan bijak. 

    Sreak sreak sreak...! 

  Munah kaget, spontan dia menoleh, dia membayangkan sosok putih yang berjalan melompat seperti yang pernah dia lihat di televisi. 

   Munah tak melihat apapun. Rasa takutnya sudah sampai ke ubun ubun, namun Ruman jelas lebih menakutkan daripada hantu atau demit. 

    "Jangan takut sama hantu, gak ada orang mati karena dimakan hantu," ucap sang Ibu ketika Munah kecil takut pergi ke wc sendirian. 

   Akhirnya dia melihat Ruman dan seorang temannya berjalan masuk ke rumah. 

   Munah bergegas meninggalkan tempat itu. Rasa lega mulai memenuhi hatinya. Dia berjalan cepat menuju jalan raya. Sebuah alamat sudah di tulis di secarik kertas. Dan uang untuk bayar ojek juga telah dia siapkan. 

     Akhirnya Munah bertemu ojek yang sepertinya sedang mengharap dapat penumpang. Dia memperhatikan Munah sejak tadi kemudian menawarkan tumpangan. 

    "Eh eh...!" Munah menyodorkan alamat yang di tuju. 

    Tak lama Munah sudah naik dan melaju di jalan raya. 

***

    Ruman masuk ke rumahnya. Munah tidak ada. Berarti yang dia lihat di jalan tadi betul Munah. Mau kemana dia?  
Ruman mulai sadar beberapa barang Munah dan bayinya juga tidak ada lagi. 

   Sepertinya Munah akan kabur. Ini tak boleh terjadi. Hanya Munah yang bisa menghasilkan uang untuknya saat ini. 

   Wajahnya memerah,  dia sangat marah. 

   "Jum, sini pinjam HP mu, punyaku gak ada pulsa," Ruman merampas HP yang dipegang temannya. 

   Jumbri yang melihat perubahan wajah temannya itu diam saja. Dia tak membantah. 

   Ruman memencet sebuah kontak. 

   "Kau cegat dia, wanita bi*u itu, mau kabur dari rumah...!" teriak Ruman entah kepada siapa. 

***


Komentar

Login untuk melihat komentar!