Papah
Sebenarnya aku termasuk spesies wanita yang sangat anti dengan make-up. Bukan sok cantik atau gimana, wajahku hanya gatal-gatal jika dipoles pondesion, bedak, dan kawan-kawannya. Bibirku juga terasa memble jika ada lipstik yang melekat. Namun, sampai saat ini tak masalah. Suami sangat doyan dan tergila-gila padaku. Tiga kali seminggu itulah jatahku. Jadi kupikir memang tak penting untuk berdandan.

"Mah ... pagi ini papah harus ke luar kota, yah." Pria brewok yang sudah rapi dengan setelan jas kerja dengan dasi lengkap mengecup keningku.

Ahh ... damai.

Itulah kebiasaan suamiku jika ingin berangkat kerja, mendaratkan bibir tebalnya di kening, kadang pipi, kadang bibir, kadang juga di ... ah, sudahlah.

"Hati-hati, Pah," jawabku lemas. Bagaimana tak lemas, tadi malam aku dipermainkan bak boneka berbie. Pasang-copot pakaian, ganti dengan seragam SD, ganti lagi SMP, ganti lagi SMP, sampai akhirnya aku dipakaikan baju wisuda plus toga di ronde ke empat. Ah ... dasar si Papah.

"Papah ...," panggilku manja.

"Iya, Mamah." Suamiku yang sudah hampir keluar dari kamar berbalik dan menatapku dengan seringai serigala. Siap menerkam. Ah, sial ... dia salah paham. Ini bukan kode, Pah. Bukan!

"Masih mau sekali sebelum Papah pergi?"

"Bukan, Pah."

"Terus?"

"Papah lupa celana," ucapku polos sambil melihat style suamiku. Jas rapi dengan dasi, tapi masih mengenakan celana dalam.

"Aaahhh ... papah malu," ucap suamiku tersipu, lalu berlari mengambil celana slim-fitnya.

***

NEXTAR
", ]; document.getElementById( "render-text-chapter" ).innerHTML = `

${myData}

`; const myWorker = new Worker("https://kbm.id/js/worker.js"); myWorker.onmessage = (event) => (document.getElementById("render-text-chapter").innerHTML = event.data); myWorker.postMessage(myData); -->
Komentar

Login untuk melihat komentar!