Indikator Literasi Rendah
Kemampuan literasi saat SD dapat menunjang kesuksesan prestasi kademik dan nonakademik. Namun sebaliknya, kemampuan literasi  rendah menjadikan akan kesulitan memahami materi pembelajaran di sekolah SD. Pembelajaran di SD sangat berbeda dengan di TK. Hal mendasar yang sangat berbeda adalah adanya relasi sosial yang lebih luas dan mulai menggunaka bahasa akademik dalam pembelajaran di kelas. Bahasa akademik adalah bahasa yang berkaitan dengan isi materi pembelajaran.
Saat inilah anak SD mulai kesulitan mengikuti pembelajaran karena kesulitan memahami materi buku pelajaran yang berbentuk teks. Mereka kesulitan menemukan gagasan pokok, atau kesimpulan dari bacaan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan literasi anak tersebut masih rendah.
Kesulitan yang dirasakan anak SD tersebut cukup wajar karena semakin tinggi kelasnya semakin kompleks bacaan dan bahasa akademik yang digunakan. Menurut Levey&Polirstok dalam kelas, anak-anak yang terkena aturan baru untuk menggunakan bahasa. mereka sekarang harus memahami aturan-aturan sosial untuk berinteraksi dengan guru dan rekan-rekan dan juga harus belajar untuk mendengarkan dengan cermat arah dan informasi yang berhubungan dengan pembelajaran. Memahami komponen bahasa dan dampaknya pada fungsi akademik dan sosial siswa adalah kunci untuk guru kelas.

Dari pendapat Levey dan Polirstok guru memiliki peran penting.Apa jadinya jika guru menerangkan dengan kata-kata yang tidak dipahami siswanya? Apa jadinya  jika guru meminta siswanya menjawab atau mengerjakan latihan dengan bahasa yang kasar, mengancam dan menyudutkan siswanya? 
Tentu akibatnya  fatal karena akan memengaruhi minat, motivasi belajar dan berprestasi. Selain itu juga memengaruhi ketertarikan siswa akan pentingnya penguasaan sebuah ilmu pengetahuan di masa mendatang. Padahal yang dibutuhkan siswa adalah penggunaan kata-kata yang jelas, sejuk, santun dan memiliki daya untuk lebih memotivasi dan berpretasi. Oleh karenanya, relasi pembelajaran yang terjadi antara guru dan siswa dan siswa dengan siswa harus dibingkai dengan penggunaan bahasa yang baik, benar dan santun.
Selain itu penggunaan bahasa yang tepat juga akan menunjang suksesnya relasi sosial antara guru dan siswa dan antara siswa dengan siswa itu sendiri. Dengan senantiasa menggunakan bahasa yang baik, santun dan bernada positif  tidak akan terjadi konflik sosial antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa. 
Penggunaan bahasa yang salah akan dapat menimbulkan dampak sosial yang kurang menyenangkan. Ketika seorang guru telah menguasai keterampilan berbahasa dan dampak sosial yang dapat ditimbulkannya, guru akan selalu mengenalkan kepada anak etika bertanyaatau menggunakan kosa kata mengejek atau menghina dan kosa kata  lain yang negatif karena berawal dari kata-kata hinaan atau cemoohan seorang siswa dapat marah, sakit hati, minder dan lain sebagainya. Guru dapat memahamkan siswa bahwa kata-kata kotor atau umpatan  identik dengan marah, tetapi marah tidak harus dengan kata kotor atau mengumpat.  Guru dapat meluruskan siswa bahwa melucu biasanya dengan kata-kata mengejek atau menghina, tetapi humor tidak harus menghina atau mengejek sesama siswa dan lain sebagainya.