Bab 1


Membatalkan Pernikahan Adik Tiri



"Saudara Ridwan Jami bin Aji Saputra, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Maya Aina binti Ari Sudono dengan mas kawin 10 gram kalung emas, tunai!"



"Saya terima ...." 



Prok ... prok ... prok ....



"Bagus ya, saya yang banting tulang kerja, kamu yang akhirnya menikah!" teriakku sambil bertepuk tangan di belakang kedua mempelai.



Aku adalah kakak dari Maya. Namaku Sulistia Mahira binti Ari Sudono. Kami sama-sama anak dari papa Ari Sudono. Bedanya, wanita yang melahirkan kami jelas berbeda. 



Ridwan Jami, ia adalah calon suamiku. Aku bertugas keluar kota sudah setahun lamanya. Rencana untuk menikah tanggal 13 Juni 2021 dibatalkan olehnya tiba-tiba dengan alasan, uang tabungan kami yang terkumpul 30 juta habis dicuri oleh segerombolan maling. Itulah alasan Ridwan membatalkan rencana pernikahan kami. 



Namun, aku tidak bisa percaya dengannya. Aku coba cari tahu dengan meminta salah seorang teman yang kebetulan dekat dengan rumahnya.



"Kak Sulis!" ucap Maya tertegun dengan wajah memucat. Make up yang dipakainya mulai bercucuran keringat. 



"Ya, kenapa, Maya? Kamu kaget?" tanyaku dengan nada ketus. Aku sorot matanya dengan pandangan sinis.



"Kamu ... Bukankah baru bisa pulang ke Jakarta dalam waktu 3 bulan ke depan?" tanya Ridwan.



"Aku nggak boleh pulang sekarang?" tanyaku sinis. 



 "Tidak begitu, aku pikir kamu ...." 



"Kamu pikir aku wanita bod*h? Gitu, kan?" tanyaku dengan nada tinggi.



"Tidak begitu," sahutnya menunduk.



Lalu Bu Ayu, ibunda dari Bang Ridwan menghampiri. Ia menarik pergelangan tanganku.



"Sulis, jangan merusak pernikahan adikmu sendiri, kamu yang telah mengkhianati Ridwan. Kenapa kamu sewot?" tanya Bu Ayu. Aku sontak terkejut dengan ucapannya. Khianat! Aku berkhianat katanya! 



"Apa ada buktinya bila aku berkhianat?" tanyaku penuh emosi. Aku tidak pernah mengkhianati Bang Ridwan. Namun dituduh seperti itu. Jelas aku marah.



"Kak, kita bisa bicarakan setelah akad nikah!" ujar Maya tidak tahu malu. Ibu pun ikut membelanya. Ia mencoba menarikku untuk segera keluar dari rumah yang telah aku bangun sendiri. Rumah ini hasil jerih payahku saat kerja di luar kota setahun belakangan. Tugasku selalu dipindah-pindah ke berbagai kota. Karena otakku masih terpakai di berbagai perusahaan-perusahaan ternama. Tidak seperti Maya, yang hanya mengandalkan kiriman gajiku untuk sekadar membeli skincare.



"Lepaskan, Bu. Aku tidak ingin mendengarkan penjelasan dari kalian! Aku sudah tahu semuanya."



Mereka tertegun, seketika suasana hening. Mereka yang menyaksikan ikut bergeming. Suasana yang hening tiba-tiba menjadi riuh saat aku mengambil bakso yang sudah tersedia di meja hidangan.



Byur ....



Aku siram kuah bakso itu pada baju kedua mempelai. Seketika penghulu berdiri, dan meminta izin untuk membatalkan pernikahan ini.



"Stop .... Saya tidak akan melanjutkan akad nikah ini, jika masih ada keluarga yang tidak setuju. Tolong selesaikan masalah kalian terlebih dahulu. Saya permisi!"



Akhirnya penghulu pun pergi meninggalkan akad nikah adik tiriku dengan calon suaminya, yang tidak lain adalah tunanganku, Ridwan.



"Kenapa kamu lakukan ini, Sulis?" tanya Bu Santi, ibu tiriku. 



"Kenapa Ibu bilang?" 



"Iya, Maya kan adikmu, kenapa kamu tega?" sahut ibu seolah-olah Maya yang terdzolimi.



"Resepsi ini memakai uang tabunganku, dan yang akan menikah dengan Maya adalah tunanganku. Kalau kalian mau menikah silahkan, tapi tolong, kembalikan uang tabunganku, sekarang!" ucapku dengan nada mengancam.



Next?



Komentar

Login untuk melihat komentar!