"Pergi kamu dari sini, PERGIIIIIIIIII!!!!!!"
Teriakan tersebut memekik dinginnya suasana subuh itu. Semua orang terbangun, karena teriakan perempuan dari dalam rumah.
Lionel yang masih di luar rumah, lalu kalut saat melihat Citra dari luar jendela berada di dalam rumah, dengan sebilah parang yang di genggamnya sedari tadi.
"Mah, buka dulu pintunya," sahut Lionel pelan sambil menggedor pintu depan.
"PERGI!!!! Jangan datang lagi kemari...." teriakan Citra di dalam rumah semakin menjadi.
Lionel makin tidak karuan, ketika dia mengingat ada Kamila, putri semata wayangnya ada di dalam rumah. Lionel mencoba mengelilingi rumah. Mencari jalan masuk lewat pintu belakang. Namun usahanya sia-sia, pintu dapur terkunci rapat dari dalam.
"Apa ku dobrak saja pintunya?" sangkanya dalam hati.
Lionel lalu diam, berpikir dengan akal sehatnya. Diambilnya ponsel dari saku celana, Lionel lalu melakukan panggilan pada kontak di ponsel. Lama, belum ada jawaban dari seberang telepon. Karena saat itu masih pukul empat subuh, mungkin wajar tidak ada yang menjawab panggilannya.
"JANGAN KEMBALI KESINI!!!! PERGIII....!!!"
Teriakam itu kembali, masih memecah keheningan di subuh hari itu. Tetangga sebelah rumah Lionel lalu keluar dari rumah mereka.
"Ada apa Mas?" tanya Edy, tetangga sebelah rumah Lionel saat itu.
"Nggak apa-apa kok Om!! Masalah rumah tangga aja," jawab Lionel dengan muka masih kebingungan.
"Owh..." jawabnya lalu kembali masuk ke dalam rumahnya.
Lionel begitu malu saat itu. Dilihatnya beberapa tetangga yang lain juga keluar rumah, karena teriakan Citra, istrinya. Citra terus mengamuk di dalam rumah dengan menggedor pintu depan. Masih terlihat dari jendela luar, yang hanya tertutup tirai putih berenda.
Citra yang masih menggenggam sebilah parang di tangan kanannya, berdiri di depan jendela, menatap garang sosok Lionel yang masih kebingungan di luar rumah.
Lionel yang sedari tadi sibuk bolak-balik di depan rumah dengan ponsel di telinganya, menunggu jawaban dari seberang telepon.
"Halloo...."
Login untuk melihat komentar!