Ketiga
Tok... Tok... Tok...

"Assalamualaikum...." suara Lionel sedikit meninggi saat mengucapkan salam. 

"Wa'alaikum salam... Neil...." Jawab Ibu dari dalam rumah, lalu membukakan daun pintu.

"Bu..." Lionel hanya diam berdiri menatap Ibu dihadapannya.

"Masuk Neil..." sahut Ibu.

"Iya Bu," 

Lionel hanya mengekori tubuh kecil Ibunya dari belakang menuju dapur. Ibu lalu memberikan secangkir teh panas yang dibuatnya sedari tadi, sesaat sebelum Lionel datang. Diletakkannya cangkir teh tadi diatas meja makan.

"Duduk Neil..." kata Ibu menyuruh Lionel duduk.

Lionel lalu mengikuti perintah Ibu, yang sudah duduk di depannya. Lionel hanya menunduk, memainkan ponsel yang ada di genggamannya saat itu. Ada perasaan tidak karuan di hatinya, saat melihat wajah yang sudah tua, dan banyak terlihat garis-garis keriput di sekitar mata dan dahi.

Lionel tidak tau, darimana dia harus memulai cerita, yang sebenarnya dia juga tidak tau awal mulanya. Hanya diam yang bisa dia lakukan saat itu di ruang makan. Lionel tidak ingin menambah beban pikiran kedua orang tuanya dengan masalah rumah tangganya sendiri.

"Neil... Ada apa?" suara berat dari lelaki yang sudah tidak muda itu memecah hening antara Ibu dan Lionel.

Ayah yang baru keluar dari kamar kemudian berdiri di belakang Lionel, dan menepuk pelan bahu anak lelakinya tersebut. Lionel semakin bingung, jawaban apa yang akan dia katakan pada kedua orang tuanya.

"Neil, beberapa waktu sebelum kamu telepon Ibu, istrimu Citra sudah telepon Ibumu terlebih dahulu. Ada apa Nak?" tanya Ayah, memulai percakapan dengan anak lelakinya.

"Citra ada cerita apa Yah?" Lionel kembali bertanya pada Ayahnya.

Ayah dan Ibu kemudian saling menatap satu sama lain, mencoba mencerna pertanyaan yang diberikan oleh anaknya. Ayah dan Ibu seolah memberikan kode, siapa yang akan menjawab.

"Citra bilang dengan Ibu, kalau kamu belum juga pulang ke rumah, padahal sudah larut malam. Dia pikir, kamu ada disini..." jawab Ayah menjelaskan.

"Ada apa nak?"

Komentar

Login untuk melihat komentar!