#Trauma_pelecehan_6
Dinodai saat berumur 5 tahun
Bab 6
Tentang Mas Eki
Kejadian ini akan menguap begitu saja, kalau saja tak ada seseorang yang bertanya padaku. Maka, mulai lah aku menceritakannya kembali.
❤️❤️
Sebenarnya, aku tidak mengenal Mas Eki, hanya tahu saja karena kita tetangga. Umurku dan dia selisih kira-kira sepuluh tahun.
Meskipun Mas Eki tinggalnya di komplek Perwira, tapi dia sering bermain dengan anak-anak asrama yang seusianya.
Mas Eki tidak punya saudara, dia anak tunggal. Parasnya ganteng, berkulit putih dan berambut hitam lurus. Dia hobby bermain volley, jago malahan.
Hampir setiap sore, Mas Eki bermain volley di lapangan belakang, bersama anak remaja tanggung lainnya. Terkadang, kakak lelakiku, Mas Dani, juga ikut main bersama.
Kalau sedang ada permainan volley, kami semua berkumpul di lapangan untuk menonton. Sore hari, sesudah mandi, aku, Yuyun, Nining, Titik dan banyak lagi teman perempuanku yang lain, selalu menonton volley. Kami duduk-duduk di pinggir lapangan sambil bersenda gurau.
Anak-anak laki juga, mereka bermain di sekitar lapangan. Para Ibu-Ibu komplek pun tak ketinggalan. Sambil momong, menyuapi anaknya, atau sekedar ngerumpi, mereka juga tampak meramaikan sekitar lapangan. Pokoknya kalau sore rame.
Sesekali terdengar teriakan dari para pemain volley, apabila mereka mendapat skor. Aku dan teman-temanku menoleh dan bertepuk tangan.
Terkadang, bola menggelinding ke arah kami. Kalau pas giliran Mas Eki yang ngambil, dia selalu melihatku. Mas Eki tersenyum, mengambil bola, tak lupa menoel pipiku. 'Nina cantik' begitu dia memanggilku.
Pembawaannya kalem, cenderung pendiam. Nggak ada yang nyangka, kalau dia seorang pedofil. Dulu istilah pedofil, belum ngetren seperti sekarang. Jadi nggak banyak yang 'ngeh'.
Ada yang aneh menurutku. Kalau iya Mas Eki pedofil, kenapa dia hanya tertarik padaku? Banyak teman kecilku yang lain. Ada Yuyun, Nining, Titik, Minah, Iin, dan yang lainnya. Tapi, Mas Eki tak pernah menyapa atau menyentuh mereka. Hanya padaku saja.
Pernah suatu ketika, saat Tim bola volley Mas Eki menang di lomba agustusan. Semua pemain dan pendukung bersorak gembira. Mas Eki, berlari ke arahku. Dengan bermandi peluh, dia menggendongku di punggungnya. Membawaku menyatu dengan teman-temannya dalam euforia kemenangan. Saat itu, aku masih TK kecil, dan belum kejadian.
Banyak yang melihat juga. Termasuk Ibu-ibu komplek. Tak ada yang curiga apapun. Mereka bahkan ikut tertawa-tawa melihat Mas Eki menari-nari dengan aku di punggungnya.
Mereka berpikir, wajar jika Mas Eki begitu. Dia kan nggak punya saudara. Mungkin menganggap aku adalah adiknya. Nggak tahunya predator.
Ibu-ibu di sini tahu, Mas Eki anaknya Perwira, jadi pada sungkan. Mereka selalu menyapa Mas Eki dan sopan padanya. Termasuk Ibuku. Beliau nggak curiga sama sekali dengan Mas Eki.
*Di sini saya mengingatkan buat mereka yang memiliki anak perempuan yang masih bocah. Selalu jaga dan awasi anak-anak kita.
Pedofil atau predator anak adalah sebuah kelainan yang tak terlihat. Jangan mudah percaya sama mulut manis orang yang berbuat seolah-olah dia menyayangi anak kita. Meskipun itu orang dekat kita.
Ingat! Kejahatan terjadi, karena ada kesempatan.
Bersambung