#Trauma_pelecehan_2
Dinodai saat berumur 5 tahun
Bab 2
Aku diapain?
~Kejadian ini akan menguap begitu saja, kalau saja tak ada seseorang yang bertanya padaku. Maka, mulai lah aku menceritakannya kembali~
Masih tidak mengerti, mengapa Mas Eki menind*hku. Aku diam tak bergerak.
Wajah Mas Eki yang basah (baca: berkeringat) diusap-usapkan ke wajahku. Sesekali dia bicara (baca: berbisik) di telingaku.
"Diam ya, nggak boleh teriak," katanya lembut. Aku menggerakkan kepalaku mengangguk. Mas Eki seperti menurunkan celanaku. Mata polosku menatapnya, tak berani bertanya. Padahal, saat itu aku ingin sekali bertanya, kenapa aku ditindih?
Tubuh Mas Eki bergerak-gerak terus. Ngapain sih dia? Keringat Mas Eki mulai menetes di wajahku. Aku memalingkan wajahku ke samping.
Beberapa saat kemudian, aku merasa selangkanganku basah. Dalam pikiran polosku saat itu, kupikir aku ngompol! Hihh, aku malu, mosok ngompol di kasurnya Mas Eki sih? Mau nangis karena takut.
Mas Eki kemudian berdiri. Dia memakai celananya lagi dan menaikkan lagi celana dalamku yang melorot. Setelah itu, Mas Eki keluar dari kamar.
Menunggu di kamar sendiri, aku bangun dan duduk di tepi tempat tidur. Kuraba pangkal pahaku. Iya, beneran basah, aku ngompol. Hikss, aku mau nangis.
Tanganku rasanya lengket setelah memegang cairan itu. Kuusapkan tanganku di kaos yang kupakai.
Mas Eki masuk lagi ke kamar. Kali ini dia membawa segelas air putih dan diberikan padaku.
"Nina mimik dulu," katanya sambil menyodorkan gelas. Aku yang takut dimarahin karena ngompol menurut. Kuhabiskan segelas air itu sekaligus. Aku hanya ingin pulang.
"Ini, buat jajan." Mas Eki memberiku selembar uang lima ribuan. Mataku berbinar. Jaman segitu, uang lima ribu buat anak kecil banyak banget ya. Seketika aku lupa dengan ngompolku.
Senengnya hatiku. Aku tadi ngompol di kasur Mas Eki, nggak dimarahin malah dikasih uang. Aku benar-benar polos, memang masih umur lima tahun soalnya.
Dituntun Mas Eki aku keluar dari kamarnya. Melewati dapur, Mas Eki mengambil satu ikat rambutan dan diberikannya padaku.
"Ini, buat kamu. Jangan bilang siapa-siapa, ya?" Pesan Mas Eki. Dia berjongkok, matanya sejajar denganku.
"Iya," anggukku. Tangan Mas Eki mengusap kedua pipiku. Kebetulan, aku ini berkulit putih, dan kata orang aku ini cantik meski masih kecil.
Mas Eki lalu mencium kedua pipiku. Mataku mengerjap. Baik sekali Mas Eki ini, pikirku saat itu.
Aku diantar Mas Eki sampai depan pintu. Setelah keluar dari rumah Mas Eki, aku berlari pulang. Tidak jadi jajan, karena aku risih dengan celanaku yang basah.
Bersambung
Login untuk melihat komentar!