Keenam
"Nanti aku kabari kalau ada yang nyari pinjaman, Mit!" balasku padanya. Aku mau bilang pada Mas Surya dulu. Barangkali Mas Surya minat, tapi bunganya besar. Kalau 20 juta itu artinya harus bayar 26 juta, kalau sebulan belum bisa bayar bulan berikutnya masih bayar 6 juta lagi. Besar memang, tapi kalau udah kepepet pasti Mas Surya mengambil jalan ini.

"Ya, nanti kabarin aja!" ujar Mita masih membalas pesan dariku. Lalu kami akhiri chat masing-masing. 

Gumbrang... Suara pecahan terdengar dari arah dapur. Aku segera berlari ke dapur, untuk mengecek apa yang telah terjadi.

"Astaga, Derry," ucapku terbelalak melihat piring dan gelas sudah berantakan. Emosi ini makin bergejolak saat tahu Derry sengaja berbuat ini semua.

"Kenapa, Mah? Sayang dengan barang-barang ini?" sahut Derry agak nyeleneh. Ia seperti ingin menantangku. Kini amarahku bergemuruh, mendidih ingin menamparnya. Bocah baru kemarin sore sudah berani berontak pada mamanya.

"Kamu tuh, ini Mama kamu. Gak pantas kamu bicara seperti itu pada mama!" ujarku memberikan pengertian padanya. Masih tahan untuk tidak melayangkan tangan ini ke pipinya.

"Mama mau tampar aku? Ini," sahut Derry lagi sembari memasang pipinya tepat di depanku. Ia benar-benar menantang mamanya. Aku coba tarik nafas dalam-dalam, untuk menanyakan maksudnya memecahkan piring dan gelas-gelas.

"Mau kamu apa? Kenapa piring Mama kamu pecahkan?" tanyaku dengan nada pelan, tapi agak mendongakkan kepala.

"Mah, barang Mama kan mahal-mahal, masa beli motor untukku aja gak ada duit?" ucap Derry membuat hatiku sakit.

"Kenapa kamu jadi bahas barang-barang Mama? Kebutuhan kamu selalu Mama turuti, laptop baru Mama belikan!" ujarku agak sedikit emosi. Karena sia-sia selama ini menuruti kemauannya.

Saat aku sedang berdebat dengan Derry, tiba-tiba Mas Surya datang. Ia terganggu tidurnya dengar suara bising.

"Kalian tuh ganggu Papa tidur, Papa shift 3 tau gak? Kenapa malah pada ribut?" ujar Mas Surya marah. Matanya yang masih merah membuatku takut. Khawatir jadi ribut besar dengan Derry.

"Ya sudah, Papa tidur lagi aja. Mama dan Derry bereskan piring dan gelas yang pecah ini!" ujarku sambil menarik lengan Mas Surya untuk kembali tidur ke kamar.

Dan sesampainya di kamar, Mas Surya menyadari bahwa tadi ribut tentang motor yang Derry pinta.

"Kamu gak bisa pinjam Mita lagi? Untuk belikan Derry motor, Papa males debat dengan anak itu!" ujar Mas Derry membuatku terkejut.

"Pah, aku gak salah dengar? Kamu ingin belikan Derry motor?" tanyaku heran. Karena kemarin ia yang minta pending dulu beli motornya untuk bayar cicilan.

"Iya, carikan pinjaman saja. Kalau nunggu dealer lama, ribet pula!" sahut Mas Surya sambil tarik selimut kembali. Sebaiknya aku hubungi Mita lagi, Mas Surya yang nyuruh ini semua. Pasti ia mau membayarnya.

"Ya sudah, Mama hubungi Mita lagi," ujarku sembari pergi dari kamar. Lalu ke belakang lagi untuk menemui Derry.

"Derry, Mama akan belikan motor, tapi kamu bereskan dulu pecahan piring dan gelas yang berserakan!" ungkapku pada Derry yang masih berdiri tepat di depan rak piring.

"Beneran, Mah? Aku akan bereskan ini semua kalau memang Mama tidak bohong!" ujar Derry dengan senang. Ia tampak bahagia sekali karena aku menuruti keinginannya.

"Iya, Mama masuk kamar dulu ya, awas kalau sampai kaya tadi lagi!" ujarku mengancamnya.

Kembali ke kamar, Mas Surya sudah tidur. Karena nanti malam harus kembali bekerja. Ponsel yang sedang diisi baterai, aku cabut dan ambil. Untuk menghubungi Mita kembali. Sebaiknya jangan bilang yang pinjam itu aku, sebut saja teman suamiku.

"Mit, ada yang mau pinjam. Tapi gede maunya, ia mau pinjam 20 juta. Gimana?" tanyaku dalam chat. Aku lihat Mita sedang online, kemungkinan balasnya agak cepat.

Tiba-tiba Mita kembali menghubungi aku, ia tidak balas chatku itu. Langsung nelpon melalui panggilan video.

"Eh, entar ya aku balasnya. Lagi jalan-jalan sama suamiku!" ujar Mita memperlihatkan suasana puncak yang sangat sejuk. Ternyata sedari tadi ia chat denganku, sedang berada di sana. Enak ya jadi Mita, bisa jalan-jalan kemanapun ia suka. Tanpa memikirkan budget kantongnya. Sedangkan aku, untuk piknik seperti itu harus mikir-mikir. Karena uangku selalu habis untuk mentraktir teman-teman jika ngumpul bareng-bareng.

"Iya, Mit. Maaf ya ganggu! Selamat liburan," sahutku dalam video calling bersama Mita. Jadi Mita sengaja tidak balas chat untuk memberitahu bahwa ia benar berada di puncak. Ah, bikin iri hati saja. Lalu Mita tutup teleponnya. 

Semoga Mita benar-benar kasih pinjam, kalau tidak habis deh piringku dilemparin Derry lagi.

Tiba-tiba saja bunyi chat dari Mita, tidak perlu survei dan berkas-berkas jaminan. Ia langsung mengirimkan uang sebesar 20 juta rupiah. Wah Mita benar-benar percaya denganku. Memang aku dari dulu tidak pernah ingkar janji, jadi mungkin ini yang membuat Mita langsung percaya padaku.

"Langsung dikirim, Mit? Makasih ya!" ujarku membalas pesannya.

"Iya, tanggung jawab tetap kamu ya, Rin!" balas Mita meminta aku tetap sebagai penanggung jawab. Berati ia percaya bahwa teman suamiku yang pinjam. Padahal itu aku yang meminjamnya. 

Jam dinding menunjukkan pukul 13;00, waktunya makan siang dan membangunkan Mas Surya. Lagipula ia harus tahu kalau aku sudah mendapatkan pinjaman 20 juta dari Mita.

"Mas, bangun dah siang!" ujarku menggoyangkan tubuhnya yang masih tertidur pulas.

"Huamm, masih ngantuk. Tapi aku lapar juga! Masak gak, Mah?" tanya Mas Surya sudah duduk. Ia masih terpejam matanya, tapi sudah teringat perutnya yang lapar.

"Boro-boro masak, Pah. Kan dari tadi sibuk cari pinjaman buat beliin Derry motor!" ujarku menjelaskan. Memang masak buatku hal nomer 10. Karena kalau sudah masak, jadi malas ngapa-ngapain. Makanya jarang sekali aku masak, malas juga sih bertempur dengan bawang merah.

"Terus dikasih gak? Sama Mita kan? Yang bunganya 30%?" tanya Mas Surya beruntun.

"Iya, dapet nih, 20 juta. Ayo kita beli motor, sekalian makan siang di MC Donald!" ujarku mengajaknya makan siang.

"Hahh, 20 juta? Banyak amat!" Mas Surya terbelalak mendengarnya. Ia langsung melek dari tidurnya. Mata yang tadinya masih terpejam kini melotot.

________

Bersambung

Jangan lupa share tulisan ini ya, terimakasih banyak. Maaf hanya mampu up sehari 1 bab. Karena masih nulis cerbung lainnya!

Komentar

Login untuk melihat komentar!