Seorang gadis dipaksa menikahi laki-laki yang memperkosanya, karena untuk menutupi aib keluarga. Sebab gadis malang itu ternyata hamil.
BRAK! Mahoni membanting koran yang dibacanya ke meja dengan keras. Tidak hanya menimbulkan suara yang mengejutkan, tapi cangkir kopi di mejanya bergoyang sehingga sebagian isinya tumpah mengotori koran dan permukaan meja.
“Dilsah!” teriak Mahoni keras. Matanya berkilat penuh amarah.
“Ya, Mba,” Dilsah yang merupakan asisten Mahoni datang tergopoh-gopoh. Dia tahu betul karakter bossnya, sering tiba-tiba meledak-ledak, menangis, tapi juga tidak jarang begitu lembut penuh empati. Dilsah berpikir mungkin karena Mahoni perawan tua jadi emosinya tidak stabil.
“Kau tahu keberadaan gadis korban pemerkosaan ini!?” Mahoni melempar koran yang dibantingnya ke arah Dilsah.
Dilsah membaca cepat, terdiam sesaat. Lalu katanya, “Ini di daerah sekitar Bogor, Mba.”
“Tolong kamu cari alamatnya, bantu dia sampai masuk yayasan KASIH. Jangan sampai pernikahan itu terjadi, kecuali memang korban menginginkannya,” tukas Mahoni tegas. “Tapi aku tidak yakin korban pemerkosaan menginginkan menikah dengan laki-laki yang memperkosanya. Kecuali itu tidak waras,” desis Mahoni.
“Siap, Mba!” Dilsah mengacungkan ibu jarinya, kemudian sigap membersihkan meja Mahoni, tapi oleh wanita itu dicegah.
“Kau kerjakan perintahku, biar urusan meja kotor ini aku urus,” ujar Mahoni.
Tapi sepeninggalan Dilsah, dia tidak membersihkan mejanya, Dibiarkan genangan kopi mengalir kecil menciptakan peta hitam. Di atas meja tidak ada dokumen maupun benda yang berarti, sehingga Mahoni membiarkan cairan kopi itu mengalir sesukanya. Pandangannya terpaku pada jendela kaca yang menyuguhkan pemandangan langit biru.
Demi Tuhan, dia selalu merasa mendidih jika membaca, mendengar, menonton kisah pemerkosaan. Sudah banyak korban perkosaan yang dia lindungin di yayasan miliknya yakni yayasan KASIH. Yayasan yang dikelola dengan uang pribadinya, selain melindungi, memiliki psikolog yang akan siap mendampini para korban.
Tidak hanya korban pemerkosaan, tapi ada bayi-bayi yang terlahir akibat pemerkosaan juga dilindungi. Sudah banyak wanita-wanita dari yayasan KASIH yang kembali hidup di masyarakat dengan normal kembali, bisa menjalani kehidupannya dengan baik-baik saja, bahkan kemudian banyak juga yang dipinang laki-laki baik-baik.
Sementara nasib bayi-bayinya ada yang dengan senang hati dibawa dan dirawat korban, tapi ada juga yang diikhlaskan untuk diasuh keluarga lain. Buat Mahoni yang terpenting para korban pemerkosaan tidak mengalami trauma dalam hidup, dan anak-anak yang sampai terlahir bisa hidup dengan berharga. Sebab trauma akibat diperkosa itu seperti hantu yang menghantui sepanjang hidup, menciptakan mimpi buruk yang terus datang hingga membuat korban mengalami takut tidur, takut terlelap. Apalagi terlelap dalam ruang gelap.
Dan lebih dasyatnya takut merasakan sentuhan laki-laki, meski itu laki-laki baik-baik yang memiliki cinta sejati. Karena semua laki-laki, bahkan aromanya jadi bisa menjelma moster yang menantutkan korban. Sebab diperkosa itu sakit, terasa sakit secara fisik, terasa sakit secara jiwa. Bagaimana tidak?
Tubuh suci yang terlindungi pakaian dirobek paksa, lalu bagian terintim seorang wanita yang tidak tersentuh dijamah sewena-wena. Diambil mahkotanya dalam keadaan ketakutan, kesakitan dan kenistaan oleh laki-laki yang sama sekali tidak diinginkannya, bahkan tidak jarang tidak dikenalnya. Kemudian masyarakat memberi stigma hina dina pada korban perkosan, entah dengan tatapan iba maupun ghibah di sana-sini.
BRAK! Mahoni bangkit menggebrak meja dengan kedua belah tangannya. Tubuhnya menggigil. Mata berkelebat kelam seperti sinar kemarahan, lalu perlahan tubuhnya lemah bersandar di kursi kerjanya. Dia menangis sesegukan seorang diri.
Login untuk melihat komentar!