"Ada apa, Sekar?" seperti tersadar Mahoni mencoba menahan emosi yang tadi mendadak meluap. Ditarik napas panjang dan hembuskan, meski sampah di hatinya masih ada tapi ada sedikit perasaan longgar di hatinya.
"Ada tamu yang mau ketemu nanti habis makan siang."
"Siapa?" Mahoni mengernyitkan dahinya. Dia sangat selektif dalam memilah tamu atau klien yang ingin berjumpa dengannya, dia biasanya meminta asistennya untuk mewakili atau memilih Santy untuk menghandlenya.Terutama untuk klien laki-laki.
"Bapak Johan dari kafe Kopi, yang tempo hari minta dibuatkan design kafenya yang di Kemang," kata Sekar.
"Sendiri?"
"Kemungkinan akan datang bersama asistennya, Mba."
"Baiklah, nanti suruh tunggu di ruang meeting." Mahoni memberi kode agar Sekar segera mengabari Pak Johan untuk pertemuan hari ini.
Sekar segera berlalu dari ruangan Mahoni, menuju meja resepsionis. Dia akan telepon asisten Pak Johan untuk memberitahu Mahoni menyetujui pertemuan hari ini sehabis makan siang. ... Pak Johan adalah seorang lelaki berusia empat puluh lima tahun dengan kumis tipis yang dicukur rapi, senang mengenakan kemeja putih dan celana jeans sehingga penampilannya terlihat muda dan modern. Dia pemilik kafe kopi di Pondok Indah, dan kini akan membuka cabang di Kemang, Jakarta Selatan. CAHAYA dipercaya untuk mendesign interior kafe yang akan dibuka di Kemang, dan Mahoni menerima project itu.
Mahoni merapikan rambutnya yang diikat satu, memulas bibirnya dengan lipstik cokelat muda, lalu diraihnya outer abu-abunya dari sandaran kursi. Dia kenakan hingga menutupi kaos ketat hitam dan kulot hitam, dan diganti sandalnya dengan boots hitam.
Siang ini dia akan meeting didampingi Sekar, karena Dilsah sedang ke Bogor. Sementara meja resepsionis diisi asisten Sekar yang biasa membantu pekerjaan Sekar, dan juga merangkap pekerjaan lain seperti foto copy, membantu menyiapkan meeting, dan lain-lain. Memang kantor Mahoni tidak besar, hanya ada lima pekerja tetap di dalamnya, yakni Mahoni, Santy yang juga desainer interior seperti Mahoni, Dilsah, Sekar, dan Nana. Namun Santy sedang cuti satu bulan untuk workshop di Singapore.
"Pak Johan dan Mba Tiara sudah di ruang meeting, Mba," lapor Sekar, gadis itu terlihat lebih fresh. Wajahnya terlihat betul habis touch up.
" Sediakan minum, nanti aku menyusul," kata Mahoni. Dia mengambil berkas-berkas yang diperlukan, lalu menuju ruang meeting.
"Selamat siang..." sapa Pak Johan dan asistennya yang bernama Tiara, seorang wanita cantik dengan gaya busana yang sexy. Roknya mini di atas lutut, dan blousenya memiliki potongan yang cukup rendah sehingga menampakkan sebagian dadanya yang berukuran C38.
Mahoni membuang wajah. Dua kali bertemu wanita itu, dia sebenarnya menyayangkan penampilan Tiara. Tapi tentu saja itu bukan urusannya, karena wanita itu terlihat nyaman- nyaman saja mempertontonkan auratnya.
"Siang," balas Mahoni dengan senyum tipis. Kemudian meeting pun langsung dimulai.
Pak Johan menginginkan design interior kafenya gaya American Classic yang memberikan suasana elegan tanpa harus terlihat berlebihan, sehingga pengunjung nyaman tanpa merasa canggung.
Mahoni menyarankan beberapa material yang mendukung interior yang diinginkan kliennya, seperti adanya sofa lazy boys di sudut kafe, untuk memberi kesan yang berbeda bagi pengunjung.
Tentu saja Pak Johan menyambut atusias, bahkan laki-laki itu meminta adanya home theater untuk pengunjung kafe bisa melakukan nonton bareng film-film klasik.
"Wah, saya jadi tidak sabaran untuk segera Kafe Kopi bisa launching," kata Pak Johan. Ekspresi wajahnya senang.
"Nanti Mba Mahoni datang ya pas launching Kafe Kopi," ujar Johan saat meeting selesai, tangannya terulur hendak menjabat tangan Mahoni.
Mahoni reflek menarik tangannya, matanya mendelik. Tapi segera dia perbaiki sikapnya, "Oh---baik, baik.. Terima kasih, Pak. Sekar akan mengurusnya," ujar Mahoni kikuk, diulurkan tangannya dan ditarik cepat setelah bersalaman dengan Pak Johan.
Setelah itu Mahoni memberi kode kepada Sekar dengan matanya,kalau dirinya akan ke ruangannya lebih dahulu.