MAKAR

Kepala Sammy seperti gelegak lava yang siap meletus. Rasa cemburu bercokol semakin dalam dalam hatinya. Kenapa selalu Bima? Pria itu seperti parasit yang terus membuntuti dan menggangu ketetramannya. Sejak dulu ia seperti hidup dalam bayang-bayang, gelap dan diabaikan.

"Bedebah!" umpat Saamy.

"Tenang, Tuan. Kita akan segera membuat mereka menyesal karena menjegal kita." Sebuah jemari lentik memijat pundak Sami dari belakang. Aroma parfum yang manis menggelitik indra penciuman Sammy.

"Bagaimana?”

"Kita buat seolah terjadi kecelakaan di dalam laboratorium." Sammy menatap Teta dengan sebelah alis terangkat, meminta penjelasan lebih, "Mungkin tidak bisa meluluh lantakkan segalanya, namun tetap ada jantung yang bakalan sangat melemahkan."

Sammy meraih tangan lentik wanitanya dan menciumnya. Wajah Teta langsung bersemu merah, dia sepenuhnya mengerti bahwa semua ini hanya permainan. Perebutan kekuasaan dan dominasi. Namun perasaan dibutuhkan disayangi tetap membuatnya sedikit melambung sebagai wanita.

"Kita akan membuat sedikit ledakan di laboratorium Bintang. Tempat segala arsip penelitiannya di simpan," Teta menambahkan, "bahan-bahan kimia di dalamnya pasti akan mempermudah pekerjaan kita."

"Kita membutuhkan kaki tangan."

"Kamu tidak akan sulit mendapatkannya." Mereka saling tersenyum seperti kucing.

***

Dua orang pria dengan seragam petugas kebersihan menoleh pada Teta dan mengangguk samar saat ia hendak pulang. Perempuan itu balas senyum sekenanya. Bintang masih di dalam bersama ayahnya mencoba prototipe robot terbaru mereka, robot untuk mengangkat beban. Rancangan besi itu diharapkan mampu mengangkat beban seribu kali berat tubuhnya.

Teta merasa badannya pegal, otot-otot kaku karena seharian mengawasi seekor kumbang mendorong kotoran kesana kemari. Mengintip rangka mereka lewat sinar X. Mengamati otot makhluk kecil itu berkontraksi. Bintang mengoleksi binatang-binatang terkuat yang ada di bumi. Berharap bisa diaplikasikan dalam komponen rangka robotnya.

Dua hari lalu mereka mengekstrak dan mengambil sampel DNA binatang yang mampu meregenerasi organ tubuhnya yang rusak. Sungguh menakjubkan jika yang kemampuan sel ini ada pada manusia. Berguna untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang mengalami kerusakan permanen pada sel saraf pusatnya seperti penyakit stroke, kelumpuhan tetraplegi-paraplegi, cerebal palsy dan lainnya. 

"Tidak ada yang diciptakan dengan sia-dia dimuka bumi ini. Semua mengandung pelajaran, hanya bagaimana kita memahaminya," tukas Bintang.

Teta menoleh dari kegiatan memberi makan burung hantu. Dia pikir Bintang tidak suka ditemani dan akan mengabaikannya. Ternyata dia bukan orang seperti itu, meskipun agak cuek Bintang cukup bersahabat. Dia tampan dengan wajah kekanakan berlesung pipi.

"Cheetah itu mampu berlari dengan kecepatan 120km/jam. Tidak secepat kilat sih. Tetapi jauh di atas kecepatan manusia," sambungnya. Sementara Teta hanya diam. Membayangkan dirinya membagikan daging untuk para cheetah.

Di dalam laboratorium ini mereka sudah cukup jinak dan bisa diajak kompromi. Meski begitu tetap saja membuat jantung berdebar jika harus berinteraksi langsung, bagaimana pun hewan itu bisa menerkam kapan saja.

"Lalu ini?" tanya Teta. 

Bintang menggoyangkan tabung reaksi, "Ini racun serangga yang aku ekstrak."

"Apakah itu untuk obat?"

"Tergantung siapa yang memegangnya." 

Perempuan itu tersipu sendiri, tergantung siapa yang memegangnya , ulangnya dalam hati. 

Menarik! Proyek ini bukan hanya menciptakan robot yang bakalan membantu memudahkan kehidupan manusia tetapi juga membuat loncatan untuk harapan hidup manusia, berumur panjang dan tahan terhadap penyakit degeneratif. Di dunia yang kerusakannya seperti cengkeraman lengan gurita, manusia butuh inovasi untuk mempertahankan

eksistensi dari segala tekanan.

Tempat ini mendapat banyak sokongan dari kolega Bima. Pria itu sangat lihai membujuk untuk kemajuan bisnisnya. Pasti banyak yang tergoda berinvestasi untuk sebuah inovasi demi keuntungan besar di masa depan .

Sehari setelah Bintang mengenalkan teman baru yang membuat Teta merasa takjub, ngeri dan penasaran. Ia harus mencatat setiap gerak-gerik mereka. Sedangkan bintang sibuk mencampur berbagai larutan. Bereksperimen dengan racun hasil ekstraksi, atau menanamkan gen pada tikus-tikus putih. Melihat reaksi genom sel.  

Kepala Sammy seperti gelegak lava yang siap meletus. Rasa cemburu bercokol semakin dalam dalam hatinya. Kenapa selalu Bima? Pria itu seperti parasit yang terus membuntuti dan menggangu ketetramannya. Sejak dulu ia seperti hidup dalam bayang-bayang, gelap dan diabaikan.

"Bedebah!" umpat Saamy.

"Tenang, Tuan. Kita akan segera membuat mereka menyesal karena menjegal kita." Sebuah jemari lentik memijat pundak Sami dari belakang. Aroma parfum yang manis menggelitik indra penciuman Sammy.

"Bagaimana?”

"Kita buat seolah terjadi kecelakaan di dalam laboratorium." Sammy menatap Teta dengan sebelah alis terangkat, meminta penjelasan lebih, "Mungkin tidak bisa meluluh lantakkan segalanya, namun tetap ada jantung yang bakalan sangat melemahkan."

Sammy meraih tangan lentik wanitanya dan menciumnya. Wajah Teta langsung bersemu merah, dia sepenuhnya mengerti bahwa semua ini hanya permainan. Perebutan kekuasaan dan dominasi. Namun perasaan dibutuhkan disayangi tetap membuatnya sedikit melambung sebagai wanita.

"Kita akan membuat sedikit ledakan di laboratorium Bintang. Tempat segala arsip penelitiannya di simpan," Teta menambahkan, "bahan-bahan kimia di dalamnya pasti akan mempermudah pekerjaan kita."

"Kita membutuhkan kaki tangan."

"Kamu tidak akan sulit mendapatkannya." Mereka saling tersenyum seperti kucing.

***

Dua orang pria dengan seragam petugas kebersihan menoleh pada Teta dan mengangguk samar saat ia hendak pulang. Perempuan itu balas senyum sekenanya. Bintang masih di dalam bersama ayahnya mencoba prototipe robot terbaru mereka, robot untuk mengangkat beban. Rancangan besi itu diharapkan mampu mengangkat beban seribu kali berat tubuhnya.

Teta merasa badannya pegal, otot-otot kaku karena seharian mengawasi seekor kumbang mendorong kotoran kesana kemari. Mengintip rangka mereka lewat sinar X. Mengamati otot makhluk kecil itu berkontraksi. Bintang mengoleksi binatang-binatang terkuat yang ada di bumi. Berharap bisa diaplikasikan dalam komponen rangka robotnya.

Dua hari lalu mereka mengekstrak dan mengambil sampel DNA binatang yang mampu meregenerasi organ tubuhnya yang rusak. Sungguh menakjubkan jika yang kemampuan sel ini ada pada manusia. Berguna untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang mengalami kerusakan permanen pada sel saraf pusatnya seperti penyakit stroke, kelumpuhan tetraplegi-paraplegi, cerebal palsy dan lainnya. 

"Tidak ada yang diciptakan dengan sia-dia dimuka bumi ini. Semua mengandung pelajaran, hanya bagaimana kita memahaminya," tukas Bintang.

Teta menoleh dari kegiatan memberi makan burung hantu. Dia pikir Bintang tidak suka ditemani dan akan mengabaikannya. Ternyata dia bukan orang seperti itu, meskipun agak cuek Bintang cukup bersahabat. Dia tampan dengan wajah kekanakan berlesung pipi.

"Cheetah itu mampu berlari dengan kecepatan 120km/jam. Tidak secepat kilat sih. Tetapi jauh di atas kecepatan manusia," sambungnya. Sementara Teta hanya diam. Membayangkan dirinya membagikan daging untuk para cheetah.

Di dalam laboratorium ini mereka sudah cukup jinak dan bisa diajak kompromi. Meski begitu tetap saja membuat jantung berdebar jika harus berinteraksi langsung, bagaimana pun hewan itu bisa menerkam kapan saja.

"Lalu ini?" tanya Teta. 

Bintang menggoyangkan tabung reaksi, "Ini racun serangga yang aku ekstrak."

"Apakah itu untuk obat?"

"Tergantung siapa yang memegangnya." 

Perempuan itu tersipu sendiri, tergantung siapa yang memegangnya , ulangnya dalam hati. 

Menarik! Proyek ini bukan hanya menciptakan robot yang bakalan membantu memudahkan kehidupan manusia tetapi juga membuat loncatan untuk harapan hidup manusia, berumur panjang dan tahan terhadap penyakit degeneratif. Di dunia yang kerusakannya seperti cengkeraman lengan gurita, manusia butuh inovasi untuk mempertahankan

eksistensi dari segala tekanan.

Tempat ini mendapat banyak sokongan dari kolega Bima. Pria itu sangat lihai membujuk untuk kemajuan bisnisnya. Pasti banyak yang tergoda berinvestasi untuk sebuah inovasi demi keuntungan besar di masa depan .

Sehari setelah Bintang mengenalkan teman baru yang membuat Teta merasa takjub, ngeri dan penasaran. Ia harus mencatat setiap gerak-gerik mereka. Sedangkan bintang sibuk mencampur berbagai larutan. Bereksperimen dengan racun hasil ekstraksi, atau menanamkan gen pada tikus-tikus putih. Melihat reaksi genom sel.  

", ]; document.getElementById( "render-text-chapter" ).innerHTML = `

${myData}

`; const myWorker = new Worker("https://kbm.id/js/worker.js"); myWorker.onmessage = (event) => (document.getElementById("render-text-chapter").innerHTML = event.data); myWorker.postMessage(myData); -->
Komentar

Login untuk melihat komentar!