Episode 6
Sejak menikah dengan Mas Bejo, baru kali ini jalan berduaan ke pasar dengan mertuaku, dulu mah boro-boro kepasar, sekedar di ajak ke dapur ngobrol bareng saja tidak. Yang Ibu mertuaku ajak ngobrol selalu kakak Iparku, Istri dari Mas Lukman. Apa mungkin ngobrol dengan ku kurang nyambung ya??

Sesampainya di pasar Ibu memilih kalung emas, Ibu memilih yang seperti rantai.

"Bu, jangan gede-gede kalung nya! Aku gak ada duit tambahan nya kalau gede!"

"Kamu pelit sekali Lun, Ibu hanya minta tambahin, uang Ibu ada ini tiga juta!"

Padahal uang tiga juta yang Ibu pegang pun itu dari Mas Bejo, tapi Ibu masih minta tambahin dan bilang dengan kata cuma nambahin lagi!!!

"Kurangnya berapa Bu? Jangan banyak-banyak ya Bu, aku masih butuh uang untuk selametan rumah nanti."

Sambil aku keluarkan uang sejuta agar Ibu bisa mengira-ngira harus beli yang berapa gram.

"Ini harganya lima juta rupiah tambahan nya kurang Lun!!" Ucap Ibu sambil memperlihatkan kalung yang Ibu pilih.

"Aku cuma bisa nambahin sejuta Bu, gak bisa lebih gede dari ini, Ibu silahkan pilih yang lebih kecil lagi gram an nya!!"

Aku coba tetep pada pendirian ku nambahin sejuta saja, karena nanti kalau aku susah juga Ibu tidak akan rela menjual emas itu untukku. Orang tuaku saja di kasih uang nolak, ini sudah di kasih tiga juta masih minta tambah. Jadi sewot kan aku ke mertuaku!!

Setelah dapat emas yang harga empat juta, kami pulang!! Riska kami tinggal di rumah, tapi Ibu tiba-tiba bilang ingin membelikan Riska tas dan sepatu untuk sekolah.

"Itu tas sama sepatu untuk Riska bagus Lun."

"Iya Bu, tapi duit Luna sudah habis Bu. Kita pulang saja ya lain kali beli nya."

"Huuhh, dasar menantu pelit dan perhitungan kamu Lun!"

Aku pura-pura tak mendengarkan ucapan Ibu, padahal ini hati rasa sakit seperti di sobek dengan pisau, menyayat kalbu!!! Hancur hatiku seperti tak di anggap pemberian dariku, sudah beli emas masih di bilang menantu pelit.

Sesampainya di kontrakan, Ibu bilang ke Riska tidak belikan sepatu dan tas.

"Riska, nanti kamu beli sepatu dan tas nya di kampung saja minta sama Mas Lukman! Mas Bejo punya Istri yang pelit jadi tidak usah minta-minta beli ya!"

Astaghfirullah, rasanya aku ingin ngomel-ngomel atas ucapan Ibu yang masih saja bilang aku pelit.

"Bu, tadi kan aku bilang cuma cukup untuk beli emas Ibu! Harusnya tadi Ibu jangan beli emas empat juta, kan bisa cari gram di bawah nya!!"

Sambil melotot dan memanyunkan mulutnya, aku lihat Ibu seperti ingin menampar pipiku. Matanya seperti keluar dari kelopak nya!! Aku sedikit takut, tapi sedikit juga sakit hati karena selalu di bilang pelit olehnya.

Setelah Mas Bejo pulang, Ibu kembali memamerkan kalungnya, dan lagi-lagi ngadu karena aku hanya memberikan uang tambahan sejuta untuk nya.

"Bejo, ini kalung Ibu kurang besar! Istri mu pelit Ibu minta tambah sedikit lagi saja tidak di kasih!"

"Itu kalung sudah aku tambahin sejuta Mas, Ibu masih bilang aku pelit!" Sela ku menjawab aduan Ibu.

"Mbok, itu Luna sudah berikan sejuta dan yang kemarin sudah ku berikan tiga juta kan itu duit dari Bejo juga Mbok." Seru Mas Bejo membelaku.

Mata Ibu terbelalak melihat ku, dia tak berhasil menghasut Mas Bejo. 

"Bu, sudah jangan bahas perhiasan lagi ya, kan sudah dibelikan! Yang penting saat aku tidak punya uang aku tidak merepotkan Ibu!! Iya kan Mas?"

"Iya Mbok, lagi pula minggu depan kita mau pindahan! Kan butuh uang untuk selametan juga!" Sahut Mas Bejo membela ku.

Ibu tidak menjawab apa-apa, Ibu hanya manyun ngambek pada Mas Bejo. Lihat situasi gini lebih baik aku kerumah emak saja lah.

"Mas, aku pamit kerumah emakku dulu ya!"

"Mau ngapain kamu Lun? Mau kasih Ibumu uang ya? Enak sekali kamu Lun, anakku yang kerja cari duit eh kamu enak-enakan ngasih uang untuk Ibu mu!!"

Astaghfirullah, aku baru mau cium tangan dan melangkah keluar sampai tidak jadi, aku urungkan saja niatku dari pada harus timbul dugaan seperti ini.

"Mbok, kok ngomong gitu? Luna Istri ku Mbok, aku nyari uang juga untuk dia."

"Kamu sudah berani sama Ibu Le? Bukan nya di belain malah marah-marah ke Ibu!"

"Mbok sudah keterlaluan, Mbok jangan ngomong gitu, Ibunya Luna justru di kasih uang tidak mau, itu yang untuk tambahan Mbok beli emas uang yang harus nya untuk Ibu nya Luna."

Aku pun langsung melangkah ke kamar, tidak jadi kerumah emak. Karena khawatir Ibu mertuaku jadi makin nuduh. Sudah di jelaskan oleh Mas Bejo pun Ibu hanya diam, entah percaya atau tidak.

Kenapa Ibu menuduh orang tua ku seperti itu? Padahal sebaliknya, orang tua ku lah yang selalu membantu saat aku mengalami kesulitan. Dan wajar jika aku ingin balas Budi saat ada rezeki berlimpah.

******

Komentar

Login untuk melihat komentar!