lima

Madu In Training 6


Daisy Djenar Kinasih tidak pernah bisa paham isi otak Kartika. Dia sudah memblokir nomor saudari angkatnya tersebut tetapi, dia malah menggunakan nomor Krisna untuk menghubunginya. Daisy, kan, agak sedikit alergi dengan pria itu tetapi Kartika seolah menebarkan racun langsung ke ubun-ubun Daisy dengan mengirimi pesan dari nomor suaminya. 



Mas Krisna sudah tahu. Dia bakal menerima kamu jadi istri. Tolong direspon pesan Mbak



Bagaimana dia bisa merespon pesan tersebut? Apakah dunia sedang tidak normal sehingga Krisna kesulitan mencari seorang istri bila Kartika telah tiada? Dia memang sedih dengan penyakit yang diderita oleh Kartika, tetapi, permintaan Kartika telah membuatnya jadi semakin stres. Menikah bukan soal untuk sehari dua hari tapi untuk seumur hidup dan dia telah membayangkan hidupnya bakal menjadi utuh saat menjadi makmum Syauqi, bukan Krisna. 


Menjadi istri Krisna? Tubuh Daisy bergidik. Dia tidak sanggup membayangkannya. Jika Kartika bisa hidup selama bertahun-tahun dengan  pria itu, maka dia ikut berbahagia. Tetapi, kalau Kartika ingin melibatkannya ke dalam satu pusaran yang sama, maka Kartika butuh berobat ke psikiater untuk memperbaiki otaknya.


"Umur Mbak nggak akan lama lagi, Dek." 


Daisy menghela napas. Sudah beberapa hari lewat dan pesan-pesan tidak masuk akal masih mampir ke ponselnya, entah itu dari Gendhis atau bahkan Kartika sendiri. Daisy sudah menyerah dan membuka blokirannya kembali. Menerima pesan dari Kartika yang dikirim dengan nomor Krisna membuatnya susah hati. Rasanya seolah-olah mengobrol dengan pria itu padahal kenyataannya tidak. 


"Umik Desi, dipanggil Abi."


Ummi adalah panggilan buat pengurus panti dan Abi adalah panggilan buat Syauqi. Hanya dia satu-satunya pengurus pria di panti dan anak-anak menganggapnya ayah sendiri sehingga dia tidak menolak ketika mereka memanggilnya abi. 


Syauqi sendiri adalah pria keturunan Arab yang memilih tinggal dengan keluarga ayahnya yang mengurusi panti. Ibunya adalah seorang pengusaha sukses yang punya puluhan cabang gerai kopi di seluruh penjuru Indonesia. Tapi, Syauqi lebih suka mengurus panti. Dia merasa punya kedekatan khusus dengan anak-anak malang tersebut walau kadang dia mesti tertatih-tatih membiayai kebutuhan panti yang memang tidak sedikit.


Daisy sendiri, menurut Ummi Yuyun punya kemiripan dengan Syauqi, berwajah sedikit kearab-araban yang membuat Daisy kadang mengkhayal bisa jadi dia adalah anak hasil hubungan gelap yang tidak diinginkan. Hal tersebut mulai mampir di dalam kepalanya sejak Daisy mempelajari kawin mut'ah yang cukup terkenal di daerah sekitaran Jawa Barat. Tetapi, dia kemudian memilih berpikiran positif, entah siapa bapak dan ibunya, Daisy berharap kemiripan antara dirinya dan Syauqi adalah pertanda kalau mereka memang jodoh. 


Bukankah, wanita itu berasal dari tulang rusuk sang pria? Secara ilmu biologi, Daisy berpikir tentang keterkaitannya. 


Hanya saja, dia perlu meneliti lebih dalam lagi. Namun, otaknya belum sanggup mencerna lebih jauh. Daisy dengan bangga mengaku dia hanya tamatan SMA saja, tetapi, dia tidak kalah dibanding tamatan S1 sekalipun. Pekerjaan sampingan yang selama ini dia rahasiakan dari keluarga di Panti mampu membuatnya jauh lebih cerdas dibanding wanita seumurannya yang punya latar pendidikan sama. 


Daisy adalah penulis konten untuk beberapa website. Dia menulis untuk majalah daring kecantikan, berbagai tips kesehatan, serta keluarga. Daisy juga menerjemahkan beberapa artikel luar serta memiliki hak cipta untuk beberapa desain yang membutuhkan jasanya. Terima kasih juga kepada Google Scholar yang amat banyak membantunya belajar, serta kamus online dan juga Thesaurus yang membuatnya pintar bermain kata.


Termasuk kamus gaul Debby Sahertian yang membuatnya terjun ke dalam dunia maya beberapa tahun lalu dan dia pada akhirnya amat terkenal di sebuah forum mengobrol. Tapi, lucunya, Daisy sering disangka banci padahal kenyataannya dia adalah perempuan tulen.


Ulahnya memergoki Krisna membuat Daisy jadi seperti ini dan sejak saat itu, dia amat membenci suami sang kakak angkat walau Kartika beberapa kali membujuknya untuk bersikap bersahabat.


"Ora sudi! Kalau Mbak Tika tahu siapa dia, pasti kamu nggak bakalan sayang lagi."


"Aku tidak akan terpengaruh dengan ucapanmu tentang suamiku, Desi Sayang. Aku terima Mas Krisna apa adanya dan dialah hal terbaik yang Allah beri untukku." balas Kartika setiap Daisy berusaha mengorek-orek masa lalu Krisna tanpa ragu.


Dan kini, menghadapi permintaan Kartika membuatnya makin punya banyak waktu untuk terjaga semalaman, hal yang nyaris tidak pernah dia lakukan. Seumur hidup, Daisy dan bantal adalah sahabat akrab. Yah, tidak melulu ada bantal, sih. Dia adalah tukang tidur paling bisa diandalkan. Lima menit pun cukup untuk membuatnya cepat terbang ke alam mimpi. Maklum, ketika mengurusi bayi-bayi baru di panti yang punya jadwal tidur dan bangun sesukanya membuat dia harus pintar-pintar mengatur jadwal tidurnya sendiri. Itu belum termasuk kalau mereka demam. Daisy malah hampir tidak tidur karena mesti mengurusi mereka semua.


Kalau bukan dia dan beberapa temannya, lalu siapa lagi yang bakal melakukannya? Anak-anak malang itu tidak punya bapak dan ibu. Membiarkan mereka menggelandang di jalan lalu dieksploitasi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab adalah hal terakhir yang dia inginkan.


Dia sudah pernah berada di titik itu, titik paling hina dalam hidup, mengemis, memulung, mengorek sampah bekas makan di rumah makan cepat saji supaya dia bisa  tetap bangun besok pagi. Daisy benar-benar tidak ingin mengulanginya lagi dan dengan tangannya, dia memastikan, anak-anak di panti tidak bakal bernasib sama dengan dirinya. 


Daisy berjalan menuju ruang pemilik yayasan. Dari radius sepuluh meter dia bisa mendengar lantunan nasyid kesukaannya, Raihan. Syauqi pastilah sedang menyetel lagu tersebut. Mereka sedikit mirip, menyukai lagu yang sama dan Daisy tidak memiliki alasan lain bila dia harus menolak pinangan pria itu.


Itu juga kalau Syauqi melamar. Mereka sudah cukup dekat dan Daisy tahu, Syauqi tengah menunggu momen yang pas. Ibunya sedang berada di tanah suci dan sudah pasti pria tampan tersebut membutuhkan izinnya. 


Meski begitu, dia tetap merasa cemas. Setelah kejadian buruk dipulangkannya Daisy dari rumah orang tua angkatnya hingga yang terparah, dia minggat dan melarikan diri karena tidak tahan disiksa membuatnya mempertanyakan layak tidaknya dirinya untuk bersanding dengan seorang pria. Amat sedih rasanya bila sudah bersama dengan seseorang yang menikahinya, lalu kemudian dikembalikan ke panti dengan alasan tidak cocok. 


Tentunya menikah bukan seperti itu. Tetapi dia tidak tahan membayangkan punya mertua yang terus mempertanyakan asal usul, demi mendapatkan menantu dengan bibit bobot dan bebet yang ideal. Cuma, dia tahu, ibunda Syauqi adalah wanita yang sangat baik. Mereka sudah beberapa kali bertemu dan Daisy amat menyukainya. Wanita tersebut amat mendukung usaha putra sulungnya untuk merangkul anak-anak tidak beruntung tersebut untuk bisa mendapatkan kehidupan lebih baik.


Daisy mengucap salam ketika kakinya menyentuh keset yang terbuat dari sabut kelapa di depan ruangan Syauqi. Salamnya berbalas dan ketika berada di dalam, Daisy menemukan kehadiran sepasang pria dan wanita yang tampak bersahabat. Tapi, Daisy tidak mengenal mereka semua.


"Ada yang bisa dibantu, Mas?" 


Daisy memandang bingung kepada mereka semua. Tetapi keberadaan Syauqi yang ikut duduk di depan para tamu membuatnya sedikit tenang. 


"Mereka ini notaris, yang bakal bantu kita untuk membebaskan lahan di sebelah."


Dahi Daisy berkerut. Dia tidak paham obrolan yang sedang terjadi. Terutama ketika Syauqi menyebut notaris serta pembebasan lahan sebelah. 


Dia tahu, Syauqi sedang mengincar lahan kosong di sebelah untuk memperluas panti yang dirasa amat sumpek. Tetapi, dana yang mereka miliki terbatas dan Syauqi harus merelakan tabungannya dialokasikan ke bagian lain dan hingga bertahun-tahun, impian untuk memperluas panti hanya berupa angan-angan. Terakhir kali pria itu bertanya kepada pemilik, nominal yang harus dibayar membuat mereka semua harus mengelus dada. Walau berada di kampung, tanah impian seluas 100 meter persegi itu ternyata tidak murah. 


"Mas beli tanah?" dengan suara rendah Daisy bertanya. Tetapi, Syauqi menggeleng. 


"Kartika yang beli lalu tanahnya mau dibuat balik nama. Baru aja dia telepon satu jam lalu dan bapak dan ibu di depan kamu sekarang utusan dari Tika. Mereka mau bantu kita urus masalah administrasinya dan pesan Tika, tanah itu harus atas nama kamu, belum termasuk bangunan yang bakal dibangun di atasnya nanti. " 


Daisy melongo. Bagaimana bisa Kartika berbuat senekat itu? Tanah atas namanya? Apakah ini bagian dari rayuannya agar mau menjadi istri Krisna? 


Jika benar, Kartika sedang melakukan sebuah kegilaan luar biasa dan Daisy tidak habis pikir, kenapa ada manusia sinting bernama Kartika Hapsari yang nekat memberikan suami serta uangnya untuk perempuan bodoh seperti Daisy Djenar Kinasih.


***


Gaiiis, ntar kalau nemu yang aneh-aneh tolong komen yes. Eke baru ngerasa oleng banyak, hahahah. 


Masak perawat umur 21 tahun. Akselerasinya ngebut banget.


***

Bab
Sinopsis
1
Prolog
2
satu
3
dua
4
tiga
5
empat
6
lima
7
enam
8
tujuh
no_image no_image
9
delapan
no_image no_image
10
sepuluh
no_image no_image
11
sebelas
no_image
12
dua belas
no_image
13
tiga belas
no_image
14
empat belas
no_image
15
lima belas
no_image
16
enam belas
no_image
17
tujuh belas
no_image
18
delapan belas
no_image
19
Sembilan belas
no_image
20
dua puluh
no_image
21
dua puluh satu
no_image
22
dua puluh dua
no_image
23
dua puluh tiga
no_image
24
dua puluh empat
no_image
25
dua puluh lima
no_image
26
dua puluh enam
no_image
27
dua puluh tujuh
no_image
28
dua puluh delapan
no_image
29
dua puluh sembilan
no_image
30
tiga puluh
no_image
31
tiga puluh satu
no_image
32
tiga puluh dua
no_image
33
tiga puluh tiga
no_image
34
tiga puluh empat
no_image
35
tiga puluh lima
no_image
36
tiga puluh enam
no_image
37
tiga puluh tujuh
no_image
38
tiga puluh delapan
no_image
39
tiga puluh sembilan
no_image
40
empat puluh
no_image
41
empat puluh satu
no_image
42
empat puluh dua
no_image
43
empat puluh tiga
no_image
44
empat puluh empat
no_image
45
empat puluh lima
no_image
46
empat puluh enam
no_image
47
empat puluh tujuh
no_image
48
empat puluh delapan
no_image
49
empat puluh sembilan
no_image
50
lima puluh
no_image
51
lima puluh satu
no_image
52
lima puluh dua
no_image
53
lima puluh tiga
no_image
54
lima puluh empat
no_image
55
lima puluh lima
no_image
56
lima puluh enam
no_image
57
lima puluh tujuh
no_image
58
lima puluh delapan
no_image
59
lima puluh sembilan
no_image
60
enam puluh
no_image
61
enam puluh satu
no_image
62
enam puluh dua
no_image
63
enam puluh tiga
no_image
64
enam puluh empat
no_image
65
enam puluh lima
no_image
66
enam puluh enam
no_image
67
enam puluh tujuh
no_image
68
enam puluh delapan
no_image
69
enam puluh sembilan
no_image
70
tujuh puluh
no_image
71
Tujuh Puluh Satu
no_image
72
tujuh puluh dua
no_image
73
tujuh puluh tiga
no_image
74
tujuh puluh empat
no_image
75
tujuh puluh lima
no_image
76
tujuh puluh enam
no_image
77
tujuh puluh tujuh
no_image
78
tujuh puluh delapan
no_image
79
tujuh puluh sembilan
no_image
80
delapan puluh
no_image
81
delapan puluh satu
no_image
82
delapan puluh dua
no_image
83
delapan puluh tiga
no_image
84
delapan puluh empat
no_image
85
delapan puluh lima
no_image
86
delapan puluh enam
no_image
87
87 Madu in Training
no_image
88
delapan puluh delapan
no_image
89
extra 1 Madu in Trainin...
no_image
90
extra 2
no_image
91
extra part 3a
no_image
92
extra part 3b
no_image
93
Gendhis dan Syauqi 1
no_image
94
2 Gendhis dan Syauqi
no_image
95
epilog Daisy-Krisna
no_image