satu

Madu In Training 2



Dua hari sudah lewat dari peristiwa Kartika Hapsari yang menangis di depan Daisy Djenar Kinasih. Sewaktu Kartika membuka kedua kelopak mata, lima menit sebelum pukul tiga dini hari, dia mengernyit. Bagian bawah sana berdenyut tidak nyaman dan dia tahu, sesuatu sedang mengalir di sela-sela pahanya. 


Kartika tidak kaget lagi. Dia sudah terbiasa dengan hal tersebut. Sudah beberapa bulan terakhir dia tidur mengenakan popok dewasa karena pembalut kadang tidak sanggup menampung darah yang keluar karena jumlahnya terlampau banyak. Nyerinya luar biasa dan dia selalu berusaha menutupi semua itu dengan senyum. Walau ketika terbangun di sepertiga malam seperti saat ini, dia hanya mampu menangis sendirian. 


Kartika bahkan tidak bisa berdoa seperti kebanyakan orang karena dia selalu merasa dirinya tidak pernah suci akibat penyakit yang dia derita.


Orang bilang, sakit adalah penggugur dosa. Apakah dosaku terlalu banyak hingga diberi penyakit separah ini, Ya Allah? 


Kartika memejamkan mata. Bulir-bulir bening dan hangat telah meleleh begitu saja. Dia berusaha kuat tidak terisak supaya suaminya yang sedang terlelap di sebelahnya saat ini tidak terganggu. 


Mas Krisna.


Kartika membuka mata. Suasana kamar tidak terlalu redup. Lampu tidur di atas nakas, yang berada di samping tempat tidur, sengaja dinyalakan supaya ketika dia bangun, Kartika masih dapat melihat sesuatu.


Ditelengkannya kepala. Krisna, suami tersayangnya sedang terlelap. Kepalanya menghadap ke arah Kartika. Tangan mereka bertaut sejak mula kepala keduanya menyentuh bantal. Krisna tidak pernah melepaskan tautan tangan mereka setiap tidur dan dengan tangan kirinya yang bebas, seraya menahan isak yang sebetulnya tidak sanggup dia tahan, Kartika menyentuh pipi mulus pria berusia tiga puluh satu tahun itu dengan perasaan hancur berkeping-keping. 


Bagaimana aku bisa sanggup jauh darimu, Mas? Bagaimana aku bisa kuat?


Kartika menarik tautan tangan mereka berdua dan mengarahkannya ke arah bibirnya sendiri, mencium tautan tersebut sembari memejamkan mata, di antara perih yang menyayat-nyayat di bagian bawah sana yang terus diabaikannya sejak dulu, air matanya luruh lagi.


Bagaimana perasaanmu kalau tahu aku nggak bakal lama lagi berada di sampingmu?


Dengkur Krisna terdengar jelas dan Kartika berusaha tersenyum. Suaminya terlihat amat lelah. Mereka baru saja merayakan tahun ketiga bisnis showroom mobil yang ternyata cukup menjanjikan. Krisna punya kemampuan negosiasi yang baik dan tidak malu keluar masuk berbagai kantor dan perusahaan demi menjalin kerjasama baik untuk penyewaan, pengadaan mobil kantor berskala besar serta inisiasi mobil antar jemput untuk korporat yang biasanya malas berurusan dengan penurunan nilai barang setiap tahunnya. 


Karena kesibukannya, dia bahkan selalu lupa dan abai pada keadaan dirinya sendiri. Kartika harus selalu memastikan Krisna makan tepat waktu, serta urusan remeh temeh lain yang kadang tidak sempat pria itu lakukan sendirian. 


Pipi kamu tirusan, Mas. Ya Allah, suamiku…


Kartika memejamkan mata. Air matanya tumpah lagi dan sekejap, dia merasa hidungnya mampet. Detik itu juga, dia berusaha bernapas namun akhirnya suaranya yang berjuang diantara isakan dan tarikan napas membuat kelopak mata sang suami terbuka. Krisna otomatis bangun dan mengusap lengan kiri Kartika.


"Kenapa? Perutnya sakit? Kamu pendarahan lagi?"


Krisna bangkit lalu duduk dan memeriksa tubuh Kartika yang di matanya makin kurus. Karena itu juga, isak Kartika makin jadi dan daripada dicek oleh suaminya, dia memohon agar Krisna mau memeluknya dengan erat. Dia tahu, percuma saja mengelus atau mengusap perut dan punggungnya. Nyeri-nyeri itu tidak akan bisa hilang dengan mudah. Dokter telah memberi peringatan supaya dia dirawat secara intensif di rumah sakit. Tapi, Kartika menolak dan mengatakan pada semua orang yang mengenalnya kalau dia baik-baik saja. 


Kecuali pada Deasy yang secara mengejutkan, malah menolak permohonannya.


"Mbak sadar bicara apa? Suami Mbak bukan anak kecil. Dia nggak akan suka dengan ide gila ini. Desi juga bukan nggak mampu cari suami. Desi masih mau mengabdi di Panti ini lebih lama lagi."


Kartika tahu bukan itu alasannya. Deasy adalah satu-satunya gadis yang masih berada di panti padahal dia telah berusia dewasa. Sementara semua temannya telah keluar, dengan alasan diadopsi, menikah, telah mendapat pekerjaan, Deasy memilih mengabdi sembari nyambi jadi tukang kue yang menurut Kartika bukan pekerjaan yang bisa diandalkan. Deasy menekuninya karena hanya itu hal yang dia sukai selain mendekam di panti dengan dalih tidak tega melihat adik-adiknya merana.


Padahal, staf di yayasan tidak sedikit dan Deasy sama sekali bukan staf, Kartika tahu betul tentang itu. Dia tahu semua tentang adik angkatnya tersebut luar dalam sehingga meminta Daisy menerima permintaanya adalah hal paling bijak yang pernah dilakukan oleh seorang Kartika Hapsari sebelum dia berpisah dari dunia ini.


"Mbak, aku nggak mau!" Kartika ingat, penolakan Daisy benar-benar membuatnya terluka. Tapi, dia tetap tidak suka wanita muda tersebut hilir mudik dengan gamisnya yang sudah pudar serta bagian bawahnya penuh untaian benang akibat obrasannya lepas, efek terlalu sering dipakai. Kartika tahu, hampir semua uang Daisy digunakan untuk membantu panti sebagai ucapan terima kasih telah diasuh dan dibesarkan hingga detik ini.


"Dengar! Aku punya penawaran yang nggak bakal bisa ditolak sama sekali olehmu. Jika kamu setuju, hidupmu akan terjamin hingga tua."


Deasy menggeleng. Matanya beberapa kali mencuri pandang ke arah luar dan pigura yang tergantung di dinding depan kamar. Saat satu suara familiar terdengar, dia seperti terlonjak dan buru-buru keluar sambil menggendong Jelita. Mengabaikan Kartika yang memandanginya dengan mata terpicing ke arah pigura yang sebelum ini menjadi pelarian Deasy.


Wajah Syauqi nan tampan terlihat dengan jelas di mata Kartika. Dia adalah sang pewaris panti atau pria yang terpaksa dibebani kewajiban mengurus tujuh puluh anak-anak tidak beruntung karena ayahnya, sang pemilik panti asuhan terkena serangan jantung mendadak dan meninggal tidak lama kemudian. 



Kamu jatuh cinta sama Syauqi, Des? 


Nggak. 


Kamu nggak boleh jatuh cinta sama dia. Satu-satunya pria yang boleh kamu cinta adalah orang yang sama yang saat ini sedang memelukku. 


Kamu akan menggantikan aku. Kamu akan jadi satu-satunya wanita yang dipeluk dan dicintai oleh Mas Krisna. 


Dan aku akan melakukan apa saja supaya kamu mau menganggukkan kepala dan menerima pinanganku, menjadi maduku, menjadi istri kedua suamiku, Krisna.


Azan Subuh masih belum berkumandang dan Kartika meminta agar Krisna mengeratkan pelukan mereka supaya nyeri-nyeri di bagian bawah sana lekas hilang dan dia bisa terlelap kembali dan bermimpi dengan indah. 


Tentang dirinya yang berjalan di sebuah taman bunga yang berbau harum dan luas, sedang melambai kepada sepasang anak manusia yang bertatapan penuh cinta dan berjalan sukacita ke arahnya.


***



Olaaah 


Mbak Tika licik nggak sih? 


Kalian tahu dese sakit apa? 


Kira-kira misinya sukses nggak?


Ayo jawab dan kita bakal ketemu lagi sama mereka kalau kalian suka.



Bhayy


MCR 💅💅💅💅💅

Bab
Sinopsis
1
Prolog
2
satu
3
dua
4
tiga
5
empat
6
lima
7
enam
8
tujuh
no_image no_image
9
delapan
no_image no_image
10
sepuluh
no_image no_image
11
sebelas
no_image
12
dua belas
no_image
13
tiga belas
no_image
14
empat belas
no_image
15
lima belas
no_image
16
enam belas
no_image
17
tujuh belas
no_image
18
delapan belas
no_image
19
Sembilan belas
no_image
20
dua puluh
no_image
21
dua puluh satu
no_image
22
dua puluh dua
no_image
23
dua puluh tiga
no_image
24
dua puluh empat
no_image
25
dua puluh lima
no_image
26
dua puluh enam
no_image
27
dua puluh tujuh
no_image
28
dua puluh delapan
no_image
29
dua puluh sembilan
no_image
30
tiga puluh
no_image
31
tiga puluh satu
no_image
32
tiga puluh dua
no_image
33
tiga puluh tiga
no_image
34
tiga puluh empat
no_image
35
tiga puluh lima
no_image
36
tiga puluh enam
no_image
37
tiga puluh tujuh
no_image
38
tiga puluh delapan
no_image
39
tiga puluh sembilan
no_image
40
empat puluh
no_image
41
empat puluh satu
no_image
42
empat puluh dua
no_image
43
empat puluh tiga
no_image
44
empat puluh empat
no_image
45
empat puluh lima
no_image
46
empat puluh enam
no_image
47
empat puluh tujuh
no_image
48
empat puluh delapan
no_image
49
empat puluh sembilan
no_image
50
lima puluh
no_image
51
lima puluh satu
no_image
52
lima puluh dua
no_image
53
lima puluh tiga
no_image
54
lima puluh empat
no_image
55
lima puluh lima
no_image
56
lima puluh enam
no_image
57
lima puluh tujuh
no_image
58
lima puluh delapan
no_image
59
lima puluh sembilan
no_image
60
enam puluh
no_image
61
enam puluh satu
no_image
62
enam puluh dua
no_image
63
enam puluh tiga
no_image
64
enam puluh empat
no_image
65
enam puluh lima
no_image
66
enam puluh enam
no_image
67
enam puluh tujuh
no_image
68
enam puluh delapan
no_image
69
enam puluh sembilan
no_image
70
tujuh puluh
no_image
71
Tujuh Puluh Satu
no_image
72
tujuh puluh dua
no_image
73
tujuh puluh tiga
no_image
74
tujuh puluh empat
no_image
75
tujuh puluh lima
no_image
76
tujuh puluh enam
no_image
77
tujuh puluh tujuh
no_image
78
tujuh puluh delapan
no_image
79
tujuh puluh sembilan
no_image
80
delapan puluh
no_image
81
delapan puluh satu
no_image
82
delapan puluh dua
no_image
83
delapan puluh tiga
no_image
84
delapan puluh empat
no_image
85
delapan puluh lima
no_image
86
delapan puluh enam
no_image
87
87 Madu in Training
no_image
88
delapan puluh delapan
no_image
89
extra 1 Madu in Trainin...
no_image
90
extra 2
no_image
91
extra part 3a
no_image
92
extra part 3b
no_image
93
Gendhis dan Syauqi 1
no_image
94
2 Gendhis dan Syauqi
no_image
95
epilog Daisy-Krisna
no_image