Bab 1
USAI BERPISAH

---

"Num, tolong rapihkan kamar saya. Ingat! Jangan pegang macem-macem! Cuma bereskan kamar saja," ucap Mas Arifin sambil berlalu. 

Namaku Hanum, dan inilah kehidupan pernikahan kami. Aku dan Mas Arifin hanya terpaut dua tahun, dan kami menikah atas dasar balas budi. 

Ibunya Mas Arifin adalah majikan ibuku, dan aku bisa sekolah hingga perguruan tinggi juga berkat beliau. 

Sebenarnya, aku dan Mas Arifin dulunya lumayan dekat. Bahkan untuk sekedar melihat senyum dan ketawanya saja bisa. Namun, ia berubah ketika perjodohan ini dilakukan. 

Ia yang mempunyai seorang pacar, awalnya menolak keras. Aku bahkan sampai diteror oleh Mbak Anita-pacarnya saat itu. 

Aku sedang hamil sekarang, usia tujuh bulan. Dua bulan lagi aku melahirkan, dan untuk menjalani sehari-hari, tak ada pembantu yang dipekerjakan Mas Arifin. Semuanya aku lakukan sendiri. Mandiri, katanya.

"Aku pulang malam, jangan ditunggu!" titahnya.

Aku hanya mengangguk pasrah. Memang seperti ini sikapnya. Sekarang berubah menjadi dingin. Aku hamil pun, karena sebuah kesalahan katanya. Karena waktu itu ia pulang dalam keadaan mabuk. 

Sedih? Pasti. Apalagi saat kami melakukannya, ia kembali mengebut nama Mbak Anita. 

"Mas, bisakah kamu mengantarku untuk periksa kandungan besok?" tanyaku hati-hati. 

"Gak bisa. Anita minta diantarkan ke Ancol. Ada bisnis katanya." 

Kecewa? Pasti, karena kenyataannya aku hanyalah istri sebagai sebuah status saja. Hubungan Mas Arifin dan Mbak Anita pun masih terjalin hingga kini. 

Mungkin banyak yang mengatakanku bodoh. Namun, apa aku harus marah? Karena memang aku hidup dalam ketidakberdayaan. 

Sebelum hamil, aku pernah bekerja. Namun karena kondisi kandungan lemah, maka aku mengajukan resign. 

--

Ibu Mertua suka datang ke sini. Beliau membawakan makanan kesukaanku dan juga Mas Arifin. Beliau, sangat berbeda dengan anaknya. 

Jika bukan karenanya, aku mungkin sudah menyerah. Siapa yang tahan dengan kehidupan pernikahan macam ini? 

Next 

Komentar

Login untuk melihat komentar!